Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Qawa'idul Arba' > Halaqah 04 – Penjelasan Doa Pengarang

Halaqah 04 – Penjelasan Doa Pengarang

🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
📗 Silsilah Qawa’idul Arba’

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-4 Penjelasan kitāb Al Qawā’idul Arba’ karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb Sulaimān At-tamīmiy rahimahullāh, beliau mengatakan :

ِ وَأَنْ يَجْعَلَكَ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتَ

Dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan engkau wahai pembaca, wahai pendengar, (mubārakan) menjadi orang berbārakah dimanapun engkau berada, dan ini juga do’a yang sangat agung.

Beliau mendo’akan untuk kita, supaya kita menjadi orang yang berbārakah.

Berbārakah artinya adalah :

√ Banyak kebaikan
√ Bisa memberikan manfaat
√ Memiliki banyak kebaikan
√ Kebaikan tersebut langgeng dan terus menerus bersama kita.

Orang yang berbārakah maka ini adalah orang yang banyak kebaikannya, memberikan kebaikan tersebut kepada diri sendiri maupun kepada orang lain.

Ketika dia memiliki ilmu dan dia adalah orang yang berbārakah, bermanfaat ilmu yang dia miliki, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain.

Ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan keluasan didalam masalah rejeki, bermanfaat rejeki tersebut untuk dirinya dan juga untuk orang lain yang ada disekitarnya.

Apabila dia seorang penguasa (seorang pejabat) bermanfaat kekuasaannya, jabatannya untuk dirinya dan juga untuk orang lain yang ada disekitarnya.

Dia memiliki kebaikan yang banyak dan kebaikan tersebut adalah kebaikan yang langgeng.

Beliau mengatakan:

ِ وَأَنْ يَجْعَلَكَ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتَ،

Dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan engkau berbārakah dimanapun engkau berada.

Baik didalam rumah, ketika keluar rumah, baik ketika bersama keluarga maupun bersama orang lain, baik bersama bawahannya maupun dengan teman-temannya.

Menjadikan seseorang menjadi orang yang berbārakah, tidak ada orang yang duduk dengannya (dekat dengannya) kecuali dia mengambil faedah dari dirinya ِ(وَأَنْ يَجْعَلَكَ مُبَارَكًا أَيْنَمَا كُنْتَ)

Kemudian beliau mengatakan :

وَأَنْ يَجْعَلَكَ مِمَّنْ إِذَا أُعْطِيَ شَكَرَ

Dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan engkau termasuk orang yang apabila di beri maka dia bersyukur.

وَإِذَا ابْتُلِيَ صَبَرَ

Dan apabila diberikan ujian, menjadi orang yang bersabar.

وَإِذَا أذَنبَ اسْتَغْفَرَ

Dan apabila dia berdosa maka dia beristighfār.

فَإِنَّ هَؤُلاءِ الثَّلاثَ عُنْوَانُ السَّعَادَةِ

Karena sesungguhnya 3 (tiga) perkara ini adalah termasuk tanda-tanda kebahagiaan.

Ini adalah do’a yang lain, yang beliau panjatkan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk kita.

Beliau berdo’a supaya kita termasuk orang yang apabila diberi bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Diberikan kenikmatan, diberikan karunia, sekecil apapun kenikmatan tersebut.

Beliau berdo’a kepada Allāh, supaya kita termasuk orang-orang yang bersyukur apabila diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dan beliau berdo’a supaya,

√ Apabila kita terkena musibah maka kita termasuk orang yang bersabar.
√ Apabila kita berdosa atau melakukan maksiat kepada Allāh (melakukan dosa) maka kita termasuk orang-orang yang beristighfar kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Beliau menyebutkan 3 (tiga) perkara dan tidak terlepas keadaan kita dari salah satu diantara 3 (tiga) perkara ini.

Seorang manusia di dalam kehidupannya terkadang mendapatkan kenikmatan, maka kewajiban dia saat itu adalah bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Seorang yang tidak bersyukur, maka cepat atau lambat Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengambil kenikmatan tersebut.

Tapi orang yang bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan menambah kenikmatan diatas kenikmatan.

Allāh berfirman :

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Apabila engkau bersyukur, mengakui bahwasanya kenikmatan ini dari Allāh bersyukur dengan lisannya, menggunakan kenikmatan ini, didalam perkara yang diridhāi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka Allāh menjanjikan akan menambah kenikmatan tersebut.

(QS Ibrāhim : 07)

Ditambah kenikmatan diatas kenikmatan.

وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

Dan apabila engkau kufur kepada Allāh, mendapatkan kenikmatan akan tetapi mengingkari bahwasanya itu dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla, menganggap bahwasanya kenikmatan itu berasal dari dirinya, dari ilmu yang dia miliki, dari usaha yang dia kerjakan, lupa bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang telah memberikan kenikmatan tersebut dan memudahkan dia untuk mendapatkan kenikmatan tersebut.

Wa lain kafartum (وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ) apabila engkau kufur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka ketahuilah bahwasanya adzab Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah adzab yang sangat pedih.

Ini adalah akibat dari orang yang kufur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Seseorang ketika diberikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla kenikmatan maka kewajibam dia adalah bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dan apabila mendapatkan musibah maka hendaklah dia bersabar kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Seseorang tidak lepas didalam kehidupannya terkadang mendapatkan kenikmatan dan terkadang dia mendapatkan musibah, maka kewajiban dia ketika mendapatkan musibah adalah bersabar.

Berimān bahwasanya ini semua adalah takdir dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla, sudah ditulis oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bahkan sudah sejak lama, 50 ribu tahun sebelum diciptakan langit dan bumi.

Langit dan bumi telah diciptakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam waktu yang sudah cukup lama dan ditulisnya takdir sebelum diciptakan langit dan bumi 50 ribu tahun.

Telah ditulis oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla kenikmatan yang akan diterima oleh seseorang, umurnya, rejekinya termasuk diantaranya adalah musibah.

Dan tidak mungkin apa yang sudah ditulis oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla luput dari seseorang.

Oleh karena itu seseorang ketika ditimpa musibah baik didalam dirinya, hartanya, keluarganya maupun yang lain, maka hendaknya ingat dan beriman bahwasanya ini semua sudah ditulis oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan harus terjadi.

Dan barangsiapa yang beriman kepada Allāh, beriman dengan takdir, dan mengetahui bahwasanya ini adalah termasuk takdir Allāh Subhānahu wa Ta’āla ketika terjadi musibah maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memberikan hidayah.

Memberikan hidayah kepada hatinya, memberikan ketenangan didalam menghadapi musibah tersebut, bagaimanapun besarnya musibah tersebut.

وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُ

“Dan barangsiapa yang beriman kepada Allāh, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan memberikan hidayah (petunjuk) kepada hatinya”.

(QS At-Taghābun :11)
____________________

وصلى الله على نبينا محمد و على آله و صحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top