Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Aqidah Ath-Thahawiyah > Halaqah 81 | Dua Macam Ilmu

Halaqah 81 | Dua Macam Ilmu

Kitab: Aqidah Ath-Thahawiyah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
Transkrip: ilmiyyah.com

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن وله

Halaqah yang ke-81 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Pembahasan Kitāb Al-Aqidah Ath-Thahawiyah yang ditulis oleh Al-Imam Abu Ja’far Ath-Thahawi rahimahullāh.

Beliau mengatakan rahimahullāh:

فَهَذَا جُمْلَةُ مَا يَحْتَاجُ إِلَيْهِ مَنْ هُوَ مُنَوَّرٌ قَلْبُهُ مِنْ أَوْلِيَاءِ اللهِ تَعَالَىٰ

Maka ini adalah beberapa perkara yang dibutuhkan oleh seseorang yang diterangi hatinya di antara wali-wali Allāh.

Jadi keyakinan-keyakinan tentang takdir tadi, pasrah dan menerima, mengimani tentang takdir, dan tidak berlebihan dalam memikirkan takdir. Tapi dia pikirkan dirinya sendiri, bagaimana dia beramal shalih, bagaimana dia selamat di Surga, dia beriman dengan takdir, beriman dengan syariat Allāh. Maka ini diyakini oleh orang yang diterangi hatinya oleh Allāh, bukan orang yang gelap hatinya dan tidak memiliki cahaya.

Adapun orang-orang yang ta’ammuk tadi, itu orang-orang yang gelap hatinya. Adapun orang yang diberikan cahaya hatinya oleh Allāh, cahaya iman, cahaya Islam, percaya dan juga menyerahkan diri kepada Allāh, maka tidak akan dia melakukan yang demikian. Min auliyāʾillāh yang mereka adalah termasuk wali-wali Allāh, bukan wali-wali syaitān. Adapun wali-wali syaitān, maka mereka terjerumus dalam ucapan mereka, “Lima fa’ala? (Kenapa Allāh melakukan?)”.

وَهِيَ دَرَجَةُ الرَّاسِخِينَ فِي العِلْمِ

Dan ini adalah derajatnya, tingkatannya orang-orang yang dalam ilmunya.

Kita dapatkan justru orang-orang yang dalam ilmunya mereka istiqāmah, iman dengan takdir, dan terus mereka beramal. Ini keadaan orang-orang yang dalam ilmunya, berbeda dengan orang yang dangkal ilmunya, yang dia merasa dirinya dalam, padahal itu adalah menunjukkan kedangkalan tentang ilmunya. Maka kita lihat dia mengutak-atik sesuatu yang merupakan rahasia Allāh tentang takdir ini. Orang-orang yang kuat di dalam ilmu, kokoh di dalam masalah ilmu.

لِأَنَّ العِلْمَ عِلْمَانِ

Karena ilmu itu ada dua macam

عِلْمٌ فِي الخَلْقِ مَوْجُودٌ، وَعِلْمٌ فِي الخَلْقِ مَفْقُودٌ

Ilmu yang ada kita dapatkan pada makhluk (bisa kita dapatkan di sekitar kita), dan ilmu yang tidak ada hanya Allāh ﷻ yang mengetahui. Jadi ada ilmu yang diketahui oleh makhluk, ada ilmu yang tidak ada (tidak diketahui) oleh makhluk, yang mengetahui hanya Allāh ﷻ saja.

Ilmu yang diketahui oleh makhluk, seperti kita mengetahui tentang nama dan juga sifat Allāh, ini Allāh ﷻ memberitahu kepada kita. Allāh ﷻ memberitahu kepada kita beriman dengan takdir. Ini adalah ilmu yang Allāh ﷻ beritahukan kepada kita tentang adanya hari kiamat, Allāh ﷻ memberitahukan itu kepada kita. Ilmu yang tidak ada pada diri kita, yaitu seperti rahasia Allāh ﷻ, apa yang ada di dalam Lauh al-Mahfūdh berupa takdir Allāh ﷻ.

فَإِنْكَارُ العِلْمِ المَوْجُودِ كُفْرٌ

Mengingkari ilmu yang ada pada makhluk, yaitu mengingkari nama dan juga sifat Allāh ﷻ, mengingkari tentang hari akhir, adalah kekufuran.

وَادِّعَاءُ العِلْمِ المَفْقُودِ كُفْرٌ

Sebaliknya, mengaku mengetahui ilmu yang mafqud, mengaku mengetahui ilmu yang sebenarnya tidak diketahui oleh makhluk tapi hanya Allāh ﷻ saja yang mengetahuinya, adalah kekufuran. Maka mengaku mengetahui ilmu yang ghaib, padahal itu adalah rahasia Allāh ﷻ, ini adalah kekufuran.

وَلَا يَثْبُتُ الإِيمَانُ إِلَّا بِقَبُولِ العِلْمِ المَوْجُودِ، وَتَرْكِ طَلَبِ العِلْمِ المَفْقُودِ

Bagaimana sempurna dan sahih keimanan seseorang tidak sah, tidak benar keimanan seseorang kecuali dengan menerima ilmu yang maujūd, ilmu yang sudah sampai kepada kita, ilmu tentang agama ini, ilmu tentang syariat ini, ilmu tentang keimanan terhadap hari akhir, ilmu tentang nama dan juga sifat Allāh ﷻ. Kita harus menerimanya.

وَتَرْكِ طَلَبِ العِلْمِ المَفْقُودِ

Dan kita harus meninggalkan mencari-cari ilmu yang tidak ada pada diri kita, yang hanya diketahui oleh Allāh ﷻ. Di antaranya adalah tentang masalah qadar, yang merupakan rahasia Allāh ﷻ. Jadi yang dimaksud dengan ilmu yang mafqud di sana adalah perkara-perkara yang ghaib.

قُلْ لَا يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ الْغَيْبَ إِلَّا اللَّهُ 

“Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allāh,’….” (QS. An-Naml: 65)

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلَا يُظْهِرُ عَلَىٰ غَيْبِهِ أَحَدًا ٢٦ إِلَّا مَنِ ٱرْتَضَىٰ مِن رَّسُولٍ … ٢٧

“(Dialah) Yang Mengetahui yang ghaib, tetapi Dia tidak memperlihatkan kepada siapa pun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya….” (QS. Al-Jinn: 26-27)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top