🌍 Kajian Kitab
👤 Al-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy حفظه الله
📗 Kitab Awaa’iqu ath Thalab (Kendala Bagi Para Penuntut Ilmu)
📝 as-Syaikh Abdussalam bin Barjas Alu Abdul Karim حفظه الله
Kendala yang kelima ada Mutadorruj fil Ilmi’ (tidak bertahap dalam mempelajari ilmu) tidak didapati seorang ulamapun yang berselisih atau berbeda pendapat bahwa tadarruj (bertahap) salah satu metedologi yang paling berhasil memahami ilmu. Dan ini diambil dari Al-Qur’an. Al-Qur’an pun tidak turun sekaligus 30 Juz tetapi bertahap. Allah berfirman :
وَقُرْآنًا فَرَقْنَاهُ لِتَقْرَأَهُ عَلَى النَّاسِ عَلَىٰ مُكْثٍ وَنَزَّلْنَاهُ تَنْزِيلًا
“Al-Qur’an Kami turunkan agar engkau membacakan kepada manusia secara bertahap (berangsur) dan Kami telah menurunkan Al-Qur’an itu berangsur-angsur” . (Q.S. Al-Israa`:106)
Dalam ayat yang lain surat Al-Furqon : 32 Allah berfirman :
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً ۚ كَذَٰلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ ۖ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلًا
“Berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil (teratur dan benar)”.
Itu salah satu diantara hikmah kenapa berangsur-angsur Allah berfirman ketika Nabi ﷺ dicela, dihina, dipojokan sebagai manusia biasa beliau merasa sedih artinya sumpek mendengar ocehan mereka (orang-orang kafir). Maka turunlah ayat dari Allah. Allah berfirman :
(99) وَلَقَدْ نَعْلَمُ أَنَّكَ يَضِيقُ صَدْرُكَ بِمَا يَقُولُونَ(97) فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَكُنْ مِنَ السَّاجِدِينَ(98) وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ
“Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal). ” (Al-Hijr : 97-99)
Jadi ketika kita sempit mendengar ocehan orang lain tentang kita maka Allah perintahkan kita untuk tasbih dan tahmid baca “subhanallah wa bihamdihi subhanallahil’adzim” sujudlah kepada Allah, ambil air wudhu lalu sholat-lah Allah akan menguatkan, mentegarkan, mensabarkan, Allah akan menghilangkan rasa sumpek dihati kita karena ocehan mereka. Ayat ini turun disaat yang tepat dan memberikan faedah yang luar biasa. Oleh karena itu maka salah satu diantara hikmah kenapa Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur karena untuk menguatkan dan mengokohkan.
Berkata Azzubaidi menukil dari kitab Adjariah tentang wadhoiful muta’alim (beberapa usaha, ikhtiar, tugas yang harus dilakukan oleh orang-orang yang belajar), “Wajib bagi setiap pencari ilmu untuk tidak belajar atau berbicara dalam satu cabang ilmu sehingga dia memahami terlebih dahulu cabang ilmu sebelumnya secara berurutan, kemudian silahkan dia lampiaskan kebutuhannya dengan ilmu artinya banyak mempraktekannya dan mengamalkannya”. Contoh umpamanya dalam bahasa Arab ada nahwu dan shorof, ada balaghoh yang mencakup badi, bayan, ma’ani dan seterusnya. Itu urutannya nahwu dan shorof terlebih dahulu baru belajar balaghoh. Jadi belajar dahulu cara yang benar dalam membaca al-qur’an, tajwid dan makhroj hurufnya yang benar dulu setelah baca qur’an lancar, tajwid makhroj benar maka barulah belajar nahwu shorof. Ini ingin belajar bahasa arab tetapi membaca qur’an masih tersandung-sandung jadinya susah, lalu bertumpuknya ilmu didalam pendengaran itu menyesatkan pemahaman.
Jadi kalau kita belajar satu fan ilmu coba ta’amuk (memperdalam ilmu) dulu jangan berpaling dulu ke ilmu yang lain. Nanti konsentrasi kita terpecah harus konsentrasi ke ilmu ini dan itu akhirnya terbalik. Isilah ilmu ini diterapkan dalam ilmu itu akhirnya kacau pemahamannya. Makanya disebut mudhilatul faham (menyesatkan pemahaman) dia atau pemahamannya bisa kacau.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته