Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Kun Salafiyyan Alal Jaddah > Halaqah 41 | Beberapa Kaidah Di Dalam Manhaj Salaf Bag 2

Halaqah 41 | Beberapa Kaidah Di Dalam Manhaj Salaf Bag 2

Kitab: Kun Salafiyyan Alal Jaddah
Audio: Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

بسم الله الرحمٰن الرحيم
الحمد لله رب العالمين وأشهد أن لا اله الا الله وحده لا شريك له و أشهد أن محمدا عبده و رسوله صلاة عليه و على آله و صحبه و التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين وسلم تسليما كثيرا . أما بعد

Kita lanjutkan pembahasan kitab Kun Salafiyyan ‘Ala Al-Jaaddah yang ditulis oleh Fadhilatul Syaikh DR. Abdussalam As-Suhaimi Hafidzhahullah Ta’ala.

Beliau mengatakan:

ثانيا

Yang kedua:
Yaitu di antara kaidah-kaidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah berkaitan dengan kaidah di dalam masalah ibadah (قاعدة في العبادات)

Apa kaidahnya, di dalam masalah ibadah?

العبادات مبناها على التوقيف

“Ibadah itu dasarnya harus tauqif.”

Tauqif artinya adalah berhenti di atas dalil.

فالله أمر باتباع الرسول ﷺ

Karena Allah ﷻ menyuruh kita untuk mengikuti Rasul bukan membangkang atau membuat sesuatu yang baru.

قال تعالى:

Allah mengatakan:

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ

“Katakanlah kalau kalian benar-benar cinta kepada Allah maka hendaklah kalian mengikuti aku niscaya Allah cinta kepada kalian dan mengampuni dosa kalian.” (QS Ali-Imran: 31)

Jadi kalau memang kita cinta kepada Allah ya ikuti Rasulullah, dalam aqidah beliau, dalam ibadah beliau, nanti kalau kita mengikuti Rasul, Allah akan mencintai kita dan mengampuni dosa kita.

و قال تعالى:

Dan Allah mengatakan:

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدۡخِلۡهُ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَاۚ وَذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ

“Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan juga Rasul-Nya, maka Allah akan memasukkan dia ke dalam Surga, mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan yang demikian adalah keberuntungan yang sangat besar.” (QS An-Nisa’: 13)

Siapa mereka?
Orang yang taat kepada Allah dan Rasul.
Mengikuti Rasulullah ﷺ di dalam ibadahnya, bukan membuat sesuatu yang baru.

و في الصحيحين عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه أَنَّهُ قَبَّلَ اَلْحَجَرَ اَلْأَسْوَدَ وقَلَ: إِنِّي لأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ, وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَبِّلُكَ مَا قَبَّلْتُكَ

Di dalam shahih Al-Bukhari dan Muslim, Umar radhiyallahu ta’ala ‘anhu ketika beliau mencium hajar aswad.
Kenapa beliau menciumnya?
Beliau mengatakan, “Sungguh aku tahu bahwasanya engkau adalah batu yang tidak bisa memberikan mudharat dan tidak bisa memberikan manfaat. Kalau bukan aku melihat Rasulullah ﷺ dahulu menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”

“Kalau aku tidak melihat Rasulullah ﷺ menciummu, niscaya aku tidak akan menciummu.”

Apa yang bisa kita ambil dari atsar ini? Menunjukkan bagaimana semangatnya Umar bin Khatthab yang ketika disuruh untuk mengikuti sunnah para khulafaur rasyidin, semangatnya beliau untuk mengikuti Rasulullah.
Karena Rasulullah ﷺ mencium maka beliaupun mencium hajar aswad bukan karena tabarruk atau mengambil berkah dari hajar aswad.

Kemudian beliau mengatakan:

وقد تقدم قول بعض السلف : اتبعوا ولا تبتدعوا فقد كفيتم

Dan telah berlalu ucapan sebagian salaf, “Hendaklah kalian mengikuti dan jangan kalian membuat bid’ah, karena sungguh kalian sudah dicukupi.”

Sudah dicukupi untuk kalian, artinya apa yang kalian perlukan, amal yang kalian perlukan untuk bisa masuk surga itu sudah dicukupi, sudah ada, tidak perlu kita membuat sesuatu yang baru.

Shalat dengan berbagai jenisnya, puasa dengan berbagai jenisnya, orang yang mau puasa sehari, berbuka sehari ada, orang yang berpuasa senin dan kamis silahkan, ada yang ingin 3 hari dalam sebulan juga ada.

كما تقدم أن من شرط قبول العمل تجريد المتابعة للرسول ﷺ

Sebagaimana telah berlalu bahwasanya termasuk syarat diterimanya amal adalah seseorang mengikuti Rasulullah ﷺ.

وقد جاءت النصوص الكثيرة في القرآن و السنة التي فيها الأمر بطاعة الله وطاعة رسوله و النهي عن معصية الله ومعصية رسوله

Dan telah datang dalil-dalil yang banyak di dalam Al-Qur’an dan Sunnah yang di dalamnya ada perintah untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan larangan untuk bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.

فلا يجوز لأحد أن يخرج عما مضت به السنة ودل عليه الكتاب و السنة وكان عليه سلف الأمة

Maka tidak boleh bagi seseorang untuk keluar dari Sunnah dan keluar dari Al-Qur’an dan juga Sunnah dan apa yang berada di atasnya para salaf umat ini.

Itu adalah kaidah yang berkaitan dengan ibadah.

Kemudian yang ketiga:

ثالثا:

Kata beliau:

قاعدة في أن مدار الدين على العلم النافع والعمل الصالح

Sebuah kaidah bahwasanya inti dari agama ini berporos pada ilmu yang bermanfaat dan juga amal shalih.

Itu adalah poros dari agama ini.

إن دين الإسلام مداره على العلم النافع والعمل الصالح

Sesungguhnya agama Islam porosnya adalah pada ilmu yang bermanfaat dan amal yang shalih.

قال شيخ الإسلام ابن تيمية:

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:

والصلاح منحصر في نوعين في العلم النافع والعمل الصالح و قد بعث الله محمدا ﷺ بأفضل ذلك وهو الهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله فالهدى العلم النافع ودين الحق العمل الصالح

Dan kebaikan ada pada dua jenis في نوعين dalam dua jenis, ada pada ilmu yang bermanfaat dan juga amal shalih. Dan Allah ﷻ telah mengutus Nabi Muhammad ﷺ dengan yang paling afdhal yaitu الهدى ودين الحق

هُوَ ٱلَّذِىٓ أَرْسَلَ رَسُولَهُۥ بِٱلْهُدَىٰ وَدِينِ ٱلْحَقِّ

“Allah telah mengutus nabinya dengan al-huda juga diinul haq.” (QS. Al-Fath: 28, At-Taubah: 33, Ash-Shaff: 9)

Untuk menampakan itu di atas seluruh agama.

Kemudian Syaikhul Islam mengatakan yang di maksud dengan هُدَىٰ adalah ilmu yang bermanfaat dan yang di maksud dengan دِينِ ٱلْحَقِّ adalah amal shalih.

وقال رحمه الله : فأهل السنة والجماعة المتبعين للسلف الصالح لا يتكلمون في شيء من الدين إلا تبعا لما جاء به الرسول ﷺ اتباعا للكتاب و السنة و اما أهل البدع فلا يعتمدون على الكتاب والسنة وآثار السلف الصالح و إنما يعتمدون على العقل اللغة و الفلسفة

Maka Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang mereka mengikuti para salafush shalih tidak berbicara tentang agama ini atau di dalam agama ini kecuali mengikuti apa yang di bawa oleh Rasul, mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah. Adapun Ahlul Bid’ah, maka mereka tidak bersandarkan pada Al-Qur’an dan Sunnah dan juga Atsar para salafush shalih akan tetapi mereka berpegang pada akal mereka atau berpegang pada ilmu bahasa yang mereka miliki atau berpegang pada ilmu falsafah.

Kemudian رابعا, yang keempat,

قاعدة : إن درء المفاسد مقدم على جلب المصالح

Yang keempat, kaidah bahwasanya menolak kerusakan itu didahulukan daripada mendatangkan kebaikan.

والدليل لهذه القاعدة

Dalil tentang kaidah ini, adalah firman Allah:

وَلَا تَسُبُّواْ ٱلَّذِينَ يَدۡعُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ فَيَسُبُّواْ ٱللَّهَ عَدۡوَۢا بِغَيۡرِ عِلۡمٖۗ {الأنعام :١٠٨}

“Dan janganlah engkau mencela orang-orang yang disembah selain Allah atau segala sesuatu yang disembah selain Allah karena nanti yang menyembahnya akan mencela Allah tanpa ilmu.” (QS Al-An’am: 108)

فحرم الله سب آلهة المشركين مع كون السب غيظا وحمية الله وإهانة لآلهتهم

Maka Allah ﷻ mengharamkan untuk mencela sesembahan orang-orang musyrikin padahal mencela mereka ini adalah termasuk bukti fanatik kita terhadap Allah, kecintaan kita terhadap Allah dan penghinaan kita terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah.

Kenapa kita dilarang?

لكونه ذريعة الى سبهم الله تعالى

Karena yang demikian akan membawa, menjadikan mereka mencela Allah ﷻ.

وكان مصلحة ترك مسبة الله تعالى أرجح من مصلحة سبنا لآلهتهم

Maka maslahat ditinggalkannya pencelaan terhadap Allah itu lebih dikuatkan daripada maslahat mencela, pencelaan kita terhadap sesembahan-sesembahan mereka.

(Dalil) Yang kedua:

و جاء في حديث عائشة أن النَّبِيِّ ﷺ قَالَ : يا عائشة لو لا أن قومك حديثوا عهد بجاهلية لأمرت بالبيت فهدم فأدخلت فيه ما أخرج منه وألزقته بالأرض. الحديث متفق عليه

Hadits Aisyah bahwasanya Nabi ﷺ mengatakan, “Wahai Aisyah kalau bukan kaummu ini baru saja meninggalkan jahiliyyah (artinya imannya masih lemah), niscaya aku akan memerintahkan supaya Ka’bah ini dibongkar, kemudian aku akan memasukan ke dalamnya apa yang dikeluarkan sebelumnya, dan aku akan menjadikan dia rata dengan tanah.” Maksudnya adalah yang sekarang pintu, pintu kalau kita perhatikan pintu Ka’bah itu agak ke atas, dulu aslinya ke bawah mepet dengan tanah, kalau misalnya Nabi tidak khawatir orang-orang yang baru masuk Islam ini kemudian murtad kembali niscaya akan dibongkar Ka’bah kemudian dijadikan seperti di zaman nabi Ibrahim. Tapi beliau tinggalkan yang demikian karena takut terjadi fitnah yang lebih besar. Hadits ini muttafaqun ‘alaih.

ففي هذا الحديث دلالة ظاهرة على معنى هذه القاعدة إذ ترك النبي ﷺ مصلحة بناء البيت العتيق على أسس إبراهيم عليه السلام لدرء مفسدة خشي وقوعها إن هو هدمه و بناه عليها و هي نفور الناس عن الإسلام أو ردتهم بسبب هذا الفعل فقدم النبي ﷺ درء هذه المفسدة على جلب تلك المصلحة

Segi pendalilannya, maka di dalam hadits ini ada penjelasan yang sangat jelas tentang kaidah ini karena Nabi ﷺ meninggalkan maslahat membangun rumah, yaitu membangun rumah Allah (Ka’bah) dengan pondasi Ibrahim.
Karena apa?
Karena ingin menolak kejelekan, yang beliau takutkan akan terjadi, ketika beliau membongkarnya, kemudian membangunnya kembali di atas pondasinya nabi Ibrahim.
Apa mafsadah tersebut?
Yaitu larinya manusia dari Islam atau murtadnya mereka dari Islam dengan sebab perbuatan ini.

Karena kita tahu bagaimana orang-orang Quraish terhadap Baitullah, maka Nabi ﷺ, beliau menghilangkan mafsadah itu atau menghindarkan mafsadah ini untuk mendapatkan maslahat tersebut.

In syaa Allah dalil yang selanjutnya kita sebutkan pada kesempatan yang akan datang.

والله تعالى أعلم
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top