Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Qawa'idul Arba' > Halaqah 25 – Qa’idah Yang Keempat

Halaqah 25 – Qa’idah Yang Keempat

🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
📗 Silsilah Qawa’idul Arba’

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-25 Penjelasan Kitāb Al Qawā’idul Arba’ karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb At-tamīmiy rahimahullāh

Kaidah yang keempat (terakhir) dari 4 kaidah yang dengannya kita bisa memahami apa itu kesyirikan.

Beliau mengatakan:

الۡقَاعِدَةُ الرَّابِعَةُ: أَنَّ مُشۡرِكِي زَمَانِنَا أَغۡلَظُ شِرۡكًا مِنَ الۡأَوَّلِينَ

Ketahuilah (kata beliau) bahwasanya orang-orang musyrikin di zaman kita ini (dan beliau hidup 200 tahun yang lalu) أَغۡلَظُ شِرۡكًا مِنَ الۡأَوَّلِين lebih keras/lebih dahsyat kesyirikannya daripada orang-orang musyrikin zaman dahulu.

Kata beliau orang-orang musyirikin dizaman sekarang(zaman beliau) itu lebih dahsyat lebih keras kesyirikannya lebih besar kesyirikannya daripada orang-orang musyikin zaman dahulu. Ini ucapan beliau pada kaidah yang ke-4

Apa kata beliau?

لِأَنَّ الۡأَوَّلِينَ يُشۡرِكُونَ فِي الرَّخَاءِ وَيُخۡلِصُونَ فِي الشَّدَّةِ

Kenapa demikian?

Kata beliau:

Karena orang-orang musyrikin yang terdahulu mereka menyekutukan Allāh ketika dalam keadaan senang/bahagia/tenteram tetapi ketika mereka susah, mereka mengikhlāskan ibadah kepada Allāh.

Ini adalah sifat orang-orang musyrikin zaman dahulu, ketika mereka senang/bahagia mereka menyekutukan Allāh tetapi ketika mereka susah/terkena musibah mereka mengikhlāskan ibadahnya hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

وَمُشۡرِكُو زَمَانِنَا شِرۡكُهُمۡ دَائِمٌ فِي الرَّخَاءِ وَالشِّدَّةِ

“Adapun orang-orang musyrikin di zaman kita kesyirikan mereka senantiasa dan selalu, baik ketika mereka dalam keadaan senang maupun dalam keadaan susah.”

Adapun orang-orang musyrikin yang dahulu mereka menyekutukan (Allāh) hanya keadaan senang tetapi dalam keadaan susah mereka mengikhlāskan ibadahnya hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Tentunya, orang yang melakukan kesyirikan baik dalam keadaan susah maupun senang ini lebih keras, lebih dahsyat dan lebih besar daripada orang yang menyekutukan Allāh ketika dalam keadaan senang dan tidak dalam keadaan susah.

Oleh karena itu beliau mengatakan orang-orang musyrikin di zaman kita lebih dahsyat kesyirikannya, susah senang mereka berbuat syirik.

Adapun zaman dahulu melihat keadaan :

√ Keadaan senang menyekutukan Allāh.
√ Keadaan susah baru mereka ingat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Dalīlnya apa?

Beliau mengatakan:

وَالدَّلِيلُ قَوۡلُهُ تَعَالَى: ﴿فَإِذَا رَكِبُوا فِي الۡفُلۡكِ دَعَوُا اللهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمۡ إِلَى الۡبَرِّ إِذَا هُمۡ يُشۡرِكُونَ

“Kata Allāh Subhānahu wa Ta’ālā dalam firmanNya: ‘Apabila mereka berada di dalam kapal (artinya mereka sedang dalam perjalanan di laut) mereka berdo’a kepada Allāh dalam keadaan mengikhlāskan agama ini hanya kepada Allāh.”

(QS Al-Ankabut : 65)

Ini yang mengabarkan adalah Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, mengabarkan tentang keadaan orang-orang musyrikin ketika mereka melakukan berpergian memakai kapal, di tengah-tengah lautan, Allāh mengabarkan:

دَعَوُا اللهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

“Mereka berdo’a kepada Allāh dalam keadaan mengikhlaskan agamanya hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.”

Kabar dari Allāh Subhānahu wa Ta’ālā tentang keadaan orang-orang musyrikin saat itu, kita tidak pernah mendengar tidak pernah melihat apa yang mereka lakukan di tengah lautan, tetapi Allāh Subhānahu wa Ta’ālā melihat dan mendengar apa yang mereka lakukan.

Allāh mengabarkan ternyata mereka mengikhlāskan ibadahnya hanya untuk Allāh.

Di dalam ayat yang lain Allāh mengabarkan ketika mereka berada di tengah lautan kemudian datang angin yang keras dan ombak yang sangat besar, mereka mengikhlāskan ibadahnya kepada Allāh dan mengatakan:

لَئِنْ أَنجَيْتَنَ مِنْ هَٰذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ

“Yā Allāh, seandainya Engkau menyelamatkan kami dari ini semua niscaya kami termasuk orang-orang yang bersyukur.”

(QS Yūnus: 22)

Berjanji kepada Allāh di tengah lautan apabila mereka selamat sampai ke daratan dan diselamatkan oleh Allāh niscaya mereka akan menjadi orang-orang yang bersyukur.

Lupa mereka dengan Lāta, ‘Uzzā, Manāh dan sesembahan-sesembahan lain selain Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.
Yang mereka ingat saat itu adalah Allāh, Dialah Allāh Subhānahu wa Ta’ālā yang hanya bisa menyelamatkan mereka dari kesusahan saat itu.

Oleh karena itu Allāh mengatakan:

دَعَوُا اللهَ مُخۡلِصِينَ لَهُ الدِّينَ

Dalam keadaan susah tersebut mereka mengikhlāskan ibadahnya karena Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Tapi apa kata Allāh?

فَلَمَّا نَجَّاهُمۡ إِلَى الۡبَرِّ إِذَا هُمۡ يُشۡرِكُونَ

“Ketika Allāh menyelamatkan mereka ke daratan tiba-tiba mereka kembali menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.”

Lupa dengan apa yang sudah dikatakan oleh mereka ketika mereka berada di tengah lautan, yaitu tiba-tiba mereka kembali menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Ayat ini adalah dalīl , sebagaimana disebutkan oleh pengarang bahwasanya orang-orang musyrikin mereka mengikhlāskan ibadahnya ketika susah dan menyekutukan Allāh ketika mereka dalam keadaan senang.

Adapun orang-orang musyrikin di zaman beliau dan ini juga masih ada di zaman kita dalam keadaan susah dan senang mereka tetap menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā.

Tidak jarang di antara mereka ketika datang musibah, bukan kembali dan meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, akan tetapi justru meminta kepada selain Allāh.

Ketika gunung merapi akan meletus atau ketika terjadi tsunami, kembalinya bukan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’ālā dan meminta perlindungan dan penjagaan dari Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, akan tetapi kembali kepada benda-benda, menaruh ini dan itu di rumah atau datang kepada orang yang dinamakan dengan paranormal atau orang yang sakti dengan harapan mereka bisa menyelamatkan dari musibah-musibah tersebut.
Dalam keadaan susahpun mereka masih bergantung kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’ālā, dalam keadaan senang juga.

Oleh karena itu apa yang dikatakan beliau pada kaidah yang keempat ini adalah sesuatu yang berdasar dan bukan sesuatu yang mengada-ada, bahwasanya orang-orang musyrikin di zaman kita lebih dahsyat daripada orang musyrikin yang ada di zaman dahulu.

Kemudian beliau mengatakan:

وَاللَّهُ أَعْلَمُ

“Dan Allāh Subhānahu wa Ta’ālā lebih mengetahui.”

Dengan demikian kita sudah menyelesaikan sebuah kitāb yang sangat bermanfaat yang ringkas yang dikarang oleh Syaikh Muhammad At-Tamīmiy dan beliau adalah ulama besar yang meninggal pada tahun 1206 H dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta’ālā memberikan manfaat dari apa yang kita baca.

Itulah yang bisa kita sampaikan, semoga apa yang kita sampaikan bermanfaat.

وبالله التوفيق والهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

image_pdfimage_print

1 thought on “Halaqah 25 – Qa’idah Yang Keempat”

  1. Bismillah. Alhamdulillah materi ini sangat bermanfaat. Semoga Allah subhanallahu wata’ala membalasnya dengan berlipat ganda. Jazakallahu khairan.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top