Home > Grup Islam Sunnah > Kitab Sifat Shalat Nabi ﷺ > Halaqah 109 – Sujud Bag 11 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 06

Halaqah 109 – Sujud Bag 11 ~ Macam Bacaan Dzikir dalam Sujud Bag 06

🌍 Grup Islam Sunnah | GiS
🎙 Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A.
📗 صفة صلاة النبي ﷺ من التكبير إلى التسليم كأنك تراها
📝 Syaikh Al-Albani رحمه الله
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.
الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah Subhanahu wa Ta’ala, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus, kitab yang ditulis oleh Asy Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullahu Ta’ala. Kitab tersebut adalah kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi ﷺ Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).
(Kita sampai pada, -ed) pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud.

– Pembahasan masalah dzikir-dzikir yang disyariatkan untuk dibaca ketika sujud –

Dzikir-dzikir yang dibaca ketika sujud ini sangat banyak. Di antara bacaan tersebut:

12) Doa yang paling akhir, yang disebutkan oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala di dalam Kitab beliau ini:

❲ [ اَللَّهُمَّ ] [ إِنِّيْ ] أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ، وَ [ أَعُوْذُ ] بِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ، لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ ❳

_”Allaahumma innii a’uudzu biridhooka min sakhothika, wa bimu’aafaatika min ‘uquubatika, wa a’uudzu bika minka, laa uhshii tsanaa-an ‘alaika, anta kamaa ats-naita ‘alaa nafsik”_

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada keridhoan-Mu dari kemurkaan-Mu, dan aku berlindung kepada ampunan-Mu dari siksaan-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari azab-Mu, aku tidak mampu menghitung pujian kepada-Mu, karena Engkau adalah sebagaimana pujian Engkau terhadap diri-Mu.”

Maksudnya “aku tidak mampu menghitung pujian kepada-Mu”, maksudnya: “aku tidak mampu memuji-Mu dengan pujian yang pantas untuk-Mu ya Allah”.

Sebanyak apapun pujian yang kita berikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka pujian tersebut tidak sesuai dengan kemuliaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemuliaan Allah lebih dari itu.

Makanya para ulama mengatakan, kata-kata sebagian orang yang berdoa dengan doa yang mengatakan:

الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِؤُ مَزِيْدَهُ.

“Aku memuji-Mu dengan pujian yang sebanding dengan nikmat-Mu”

[ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِؤُ مَزِيْدَهُ ]

Kata-kata ini tidak pantas bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dan para ulama sudah menjelaskan masalah ini.

Yang tidak pantas
bukan [ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ ]-nya,
tapi kata-kata [ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِؤُ مَزِيْدَهُ ]. Dan kata-kata ini tidak dari Rasulullah ﷺ .
Ya [ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ ] -nya, ini yang tidak pantas (dengan pujian yang bisa membalas dengan pantas semua nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala); [ وَيُكَافِؤُ مَزِيْدَهُ  ] (dan bisa membalas semua tambahan-tambahan nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala).

Ini sesuatu yang tidak pantas, tidak sopan. Karena apa? Sebanyak apapun pujian, sebaik apapun pujian, sebesar apapun pujian (yang) kita berikan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, tidak akan bisa sesuai dengan nikmat-nikmat-Nya. Nikmat-Nya jauh lebih besar dari pujian-pujian kita.

Begitu pula tambahan-tambahan kenikmatannya, jauh lebih besar daripada pujian-pujian kita. Coba lihat ya kita, berapa kenikmatan yang Allah berikan kepada kita? Setiap detik kita merasakan nikmat tersebut. Tapi pujian kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala apakah setiap detik? Tidak.

Walaupun setiap detik kita memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka kenikmatan yang Allah berikan kepada kita tetap lebih banyak. Dalam 1 detik misalnya, berapa kenikmatan yang kita rasakan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala? Ada kenikmatan mata, ada kenikmatan telinga, kenikmatan lisan, kenikmatan sehat. Ini apa bisa antum memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan semua kenikmatan tersebut dalam 1 detik itu? Tidak mungkin.

Kalau antum setiap detik memuji Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu pun masih tidak bisa menutup atau membalas kenikmatan Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau memuji kenikmatan tersebut dengan pujian yang pantas.

Makanya kata-kata [ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِؤُ مَزِيْدَهُ ] dikatakan oleh para ulama, ini kata-kata yang tidak pantas, tidak sopan, diucapkan untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala (aku memuji kepada-Mu ya Allah dengan pujian yang bisa menutup kenikmatan-kenikmatan, yang bisa membalas dengan pantas kenikmatan-kenikmatan-Mu dan tambahan kenikmatan-kenikmatan-Mu). Ya ini sangat tidak pantas diucapkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Apabila ada di antara kita yang terbiasa dengan bacaan ini, sebaiknya dihindari. Katakan:

❲ لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ ❳

sebagaimana dicontohkan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ.

“Aku tidak mampu menghitung pujian-pujian untuk-Mu”
Maksudnya: “Aku tidak mampu memuji-Mu dengan pujian yang Engkau pantasi”.

❲ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ ❳

“Engkau ya Allah, kemuliaan-Mu itu sebagaimana pujian-Mu terhadap diri-Mu sendiri.”

(Maksudnya, -ed): “Engkau yang bisa memuji dengan pujian yang pantas untuk diri-Mu. Hanya Engkau. Sedangkan kami tidak mampu memberikan pujian kepada-Mu dengan pujian yang pantas untuk-Mu.”

Ini yang dituntunkan oleh Nabi kita Muhammad ﷺ , dan ini maknanya lebih tinggi.

❲ لاَ أُحْصِيْ ثَنَاءً عَلَيْكَ ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ ❳

Thayyib.
Inilah bacaan-bacaan yang disyariatkan untuk kita baca ketika kita sujud. Silahkan memilih bacaan-bacaan ini.

Jadi para ulama ada yang mengatakan kita tidak boleh menggabung bacaan-bacaan ini di dalam sujud kita; ada yang mengatakan boleh kita menggabung bacaan-bacaan ini dalam sujud kita.

Yang mengatakan tidak boleh menggabung bukan berarti tidak boleh membaca semuanya, harus memilih salah satu, kemudian yang lain ditinggalkan. Tidak seperti itu. Maksud mereka kalau di dalam suatu shalat kita membaca bacaan tertentu, maka baca yang itu. Nanti di shalat lain baca bacaan yang lain, di shalat lain lagi baca yang lain lagi. Ini lebih afdhal.

Adapun menggabung, maka tidak disyari’atkan. Di antara yang memilih pendapat ini Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala. Syaikh Utsaimin memilih pendapat ini.

Ada yang mengatakan boleh digabung. Di antara yang memilihnya adalah Imam Nawawi rahimahullahu Ta’ala. Dan pendapat Imam Nawawi -wallahu a’lam- menurut saya lebih kuat, karena tidak ada batasan, tidak ada batasan dalam menggabungkan bacaan-bacaan ini. Sebagaimana bacaan tersebut bisa dibaca dengan sendiri, begitu pula bisa dibaca dengan bacaan-bacaan yang lainnya.

______

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa ‘Ala.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top