Home > Bimbingan Islam > Syarah Ushul Iman > Halaqah 09 : Kelompok yang Mengingkari dan Menyimpang dari Nama dan Sifat Allāh ﷻ

Halaqah 09 : Kelompok yang Mengingkari dan Menyimpang dari Nama dan Sifat Allāh ﷻ

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Syarhu Ushul Iman Nubdzah Fīl ‘Aqīdah (شرح أصول الإيمان نبذة في العقيدة)
📝 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد الله وصلاة وسلام على رسول الله وعلى آله واصحابه و من والاه، و لا حول ولا قوة إلا بالله اما بعد

Sahabat BiAS, kaum muslimin rahīmani wa rahīmakumullāh.

Kembali kita melanjutkan pembahasan dari Risalah Syarah Ushul Iman Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāhu ta’āla.

Kita sedang berbicara tentang iman kepada nama-nama dan sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, telah kita sampaikan cara mengimani nama dan sifat Allāh Ta’āla.

Lalu ayat yang Allāh sebutkan di dalam surat Al-A’rāf ayat 180. Ada lanjutan yang perlu kita perhatikan setelah Allāh menegaskan,

وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَاۤءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ

_”Dan Allāh memiliki nama-nama yang indah, maka berdoalah kalian kepada Allāh dengan nama-nama itu.”_

Dan ini telah kita jelaskan.

Kemudian ada lanjutannya,

وَذَرُوا۟ ٱلَّذِینَ یُلۡحِدُونَ فِیۤ أَسۡمَـٰۤىِٕهِۦۚ سَیُجۡزَوۡنَ مَا كَانُوا۟ یَعۡمَلُونَ

_”Biarkan orang-orang yang mereka mengingkari nama-nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Mereka akan dibalas sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan.”_

Para pendengaran sahabat BiAS rahīmani wa rahīmakumullāh.

Di antara manusia ada mereka yang mengingkari nama-nama dan sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, baik itu orang kafir maupun orang musyrikin. Tetapi yang kita fokuskan adalah bahwa ada di tengah-tengah kaum muslimin yang mereka mengingkari nama dan sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ilhād (penyimpangan), al-lahd (liang lahad) yaitu liang yang dibuat miring artinya ilhād itu adalah penyimpangan. Menyimpang dari cara yang benar dalam mengimani nama dan sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dalam hal ini ada kelompok-kelompok yang mereka menyimpang dalam hal mengimani nama dan sifat Allāh Ta’āla.

Siapa itu?

1. Kelompok Muathillah

Kelompok muathillah adalah kelompok yang menolak atau mengingkari nama-nama dan sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Baik mengingkari secara total atau sebagian.

Di kalangan kaum muslimin di antara kelompok yang mengingkari nama dan sifat ini ada kelompok yang telah dikenal dalam sejarah:

Yang Pertama | Jahmiyyah.
Kelompok yang mereka secara totalitas mengingkari nama dan sifat Allāh Ta’āla dengan pertimbangan bahwa menetapkan nama dan sifat Allāh akan terjatuh dalam penyerupaan kepada Allāh Ta’āla.

Sedangkan penyerupaan kepada Allāh adalah sebuah kekafiran, maka mereka ingkari nama dan sifat Allāh Ta’āla tersebut. Ini yang paling parah.

Yang Kedua | Mu’tazilah.
Mu’tazilah adalah kelompok yang mereka mengingkari nama dan sifat-sifat Allāh dan menetapkan nama-nama Allāh Ta’āla. Sehingga nama tanpa sifat.

° Allāh ( العلم) tanpa ilmu.
° Allāh (البصير) tanpa melihat.
° Allāh (السميع) tanpa mendengar.

Ini aneh sekali, pikirannya sama bahwa menetapkan sifat-sifat Allāh berarti menyerupakan Allāh dengan makhluk dan menyerupakan Allāh dengan makhluk adalah kekafiran. Maka mereka menolak sifat-sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Ini mu’tazilah.

Yang Ketiga | Asy-Syaira.
Ini pengikut Abul Hasan Al-Asy’ari. Pemikiran lamanya karena beliau (Abul Hasan Al-Asy’ari) pada akhirnya kembali rujuk kepada Salaf. Tetapi ada orang yang mereka mengikuti pemikiran lama Abul Hasan Al-Asy’ari.

Di antara aqidah mereka di antaranya menetapkan nama, menetapkan sebagian sifat dan menolak sebagian sifat dengan cara mentahrīf.

Contoh umpamanya:

√ Tangan ditahrīf dengan kekuasaan.
√ Allāh cinta ditahrīf dengan keinginan untuk memberikan pahala.
√ Dan seterusnya.

Sehingga nama-nama dan sifat-sifat Allāh ada yang ditolak, karena dia sangka tidak masuk akal, sehingga mereka tahrīf. Semua pemikirannya sama menetapkan sifat yang mereka sangka tidak masuk akal, ini akan terjatuh dalam menyerupakan Allāh dengan makhluk, padahal itu merupakan kekafiran.

Maka mereka tolak dengan cara mentahrīf.

Jahmiyyah yang paling parah, kemudian mu’tazilah yang menolak semua sifat Allāh Ta’āla, kemudian Asyaira yang menetapkan nama dan sifat dan menolak sebagian sifat yang lainnya. Ini semua masuk dalam mu’atthilah, ini para penolak sifat.

Baik menolaknya total atau menolak sebagian, dan ini adalah sebuah kebathilan.

Dimana kebathilannya?

Orang yang mereka menolak nama dan sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla itu adalah:

⑴ Dia mengesankan bahwa bertentangan antara kalam Allāh dengan realita yang ada. Pertentangannya antara kalam Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Bagaimana Allāh menetapkan nama dan sifatnya, lalu dianggap itu adalah hal yang akan menjadikan manusia kafir? Kalau menetapkannya. Ini tentu sebuah tuduhan yang keji dan menganggap Allāh Subhānahu wa Ta’āla bicara tanpa ilmu.

Allāh berbicara tidak disertai dengan kefasihan, sehingga bicaranya perlu ditakwil, perlu ditahrīf. Ini adalah sebuah kemungkaran.

⑵ Orang yang menolak nama dan sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengingkari kenyataan di dunia ini memiliki nama yang sama hakikatnya berbeda.

Contoh umpamanya:

Kaki, kaki memiliki makna yang sudah kita ketahui semua. Tapi ketika dikatakan kaki semut dengan kaki gajah, dengan kaki manusia, dengan kaki bebek dengan kaki ular. Tentu berbeda hakikatnya.

Kalau antar makhluk berbeda-beda bagaimana dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla?

Allāh berbicara dengan bahasa yang dipahami manusia tetapi hakikatnya berbeda antara makhluk dengan Allāh, antara Allāh dengan makhluk. Sehingga orang yang menolak nama dan sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla mereka betul-betul berada dalam kebathilan.

Kelompok yang kedua yang menyimpang dari nama dan sifat Allāh, adalah :

2. Kelompok Al-Musyabihah

Orang yang mereka menyerupakan Allāh dengan makhluk, mereka menetapkan nama-nama dan sifat Allāh, tetapi mereka menyerupakan Allāh dengan makhluk.

Karena mereka menyangka bahwasanya Allāh berbicara kepada manusia dengan bahasa yang dipahami manusia kemudian prasangka ini membawa, menyeret mereka menyerupakan Allāh dengan makhluk, ini adalah sebuah kebathilan.

Kenapa? Karena menyerupakan Allāh dengan makhluk itu diingkari oleh akal manusia dan didalam syariat agama.

Syariat menegaskan:

ۚلَيْسَ كَمِثْلِهِۦ شَىْءٌۭ

_”Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak serupa dengan apapun”_

(QS. Asy-Syura[42]: 11)

Sehingga menyerupakan Allāh dengan makhluk adalah sebuah kebathilan dan akal pun akan mengingkari bagaimana Allāh serupa dengan makhluknya.

Bahwa Allāh berbicara kepada manusia dengan bahasa yang mereka pahami, tetapi ini pada aslul makna, pada pokok maknanya.

Mendengar dipahami bahwa mendengar adalah menangkap suara. Tetapi hakikatnya tentu berbeda antara Allāh dengan makhluk.

Maka orang-orang yang mereka menyerupakan Allāh dengan makhluk, mereka terjatuh dalam sebuah kebathilan yang tidak dibenarkan dalam agama ini.

Sehingga ketika Ahlus Sunnah wal Jamā’ah mengimani umpamanya nama dan sifat Allāh istiwa’ maka istiwa’ pertama kita imani, Allāh beristiwa’ kemudian mengimani istiwa’nya Allāh sesuai dengan keagungan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dan kita tidak menggambarkan bagaimana istiwa’nya Allāh karena kita tidak melihat Allāh, tidak melihat yang serupa dengan Allāh, tidak ada yang akurat bagaimananya istiwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Inilah cara Ahlus Sunnah mengimaninya, sehingga tidak mengingkari sebagaimana muathillah dan tidak menyerupakan Allāh dengan makhluk sebagaimana musyabihah.

Tetapi Ahlus Sunnah mengimani semua nama dan sifat tanpa melakukan menyerupakan Allāh dengan makhluk, tanpa menolak melakukan ta’thīl pengingkaran terhadap nama dan sifat Allāh baik dengan cara dia tolak mentah-mentah atau dengan cara dia melakukan tahrīf terhadap nama dan sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Inilah kelompok yang menyimpang yang harus kita waspadai dan mengimani nama-nama dan sifat-sifat Allāh adalah sesuatu yang sangat penting. Sangat menentukan kesempurnaan kita dalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla sehingga berkaitan dengan kesempurnaan tauhīd Uluhiyyah.

Berkata Imam Ibnul Qayyim:

أكمل الناس عبودية المتعبد بجميع الأسماء والصفات التي يطلع عليه البشر

_”Manusia yang paling sempurna penghambaannya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah orang yang mereka beribadah kepada Allāh dengan semua nama dan sifat yang Allāh jelaskan kepada dia.”_

Semoga bermanfaat dan semoga kita dijauhkan dari semua penyimpangan-penyimpangan dari agama ini khususnya penyimpangan dalam aqidah, seperti penyimpangan dalam ‘asma dan sifat karena pemahaman penyimpangan dalam hal ini akan menimbulkan kesesatan-kesesatan yang sangat besar dalam perkara agama ini.

و صلى الله عليه وسلم الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top