Home > Bimbingan Islam > Sirah Nabawiyyah > Bab 09 | Usaha Kaum Musyrikin Quraisy Dalam Menghalangi Dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Bag. 6 dari 6)

Bab 09 | Usaha Kaum Musyrikin Quraisy Dalam Menghalangi Dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Bag. 6 dari 6)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Pertarungan antara tauhīd dengan kesyirikan, akan senantiasa berlangsung dan terus ada.

Seseorang tidak boleh lengah dari hal ini. Hendaknya dia terus mendakwahkan tauhīd. Jangan katakan bahwa dakwah tauhīd adalah dakwahnya para Anbiyyā dan sekarang kita tidak perlu dakwah tauhīd, kita berbicara yang lain. Tidak!

Dakwah tauhīd harus tetap ada karena kesyirikan selalu merajalela. Betapa banyak orang-orang terjerumus dalam kesyirikan (keluar dari Islām masuk agama lain).

Jangan pernah dengarkan perkataan orang-orang liberal yang mengatakan, “Semua agama sama.” Sungguh buruk perkataan mereka menyamakan tauhīd dengan kesyirikan.

Lihat para shahābat! Mereka semua rela disiksa dan rela mati demi membela tauhīd. Namun betapa ironinya saat ini tidak sedikit kaum muslimin yang beranggapan bahwa tauhīd itu tidak berbeda dengan kesyirikan.

Orang Nashārā, orang Yahūdi juga masuk surga, ini perkataan orang liberal (wal’iyadzu billāh).

Di Indonesia, kita mengenal istilah toleransi. Semua agama silakan melakukan ritual agamanya masing-masing. Namun toleransi tidak mengharuskan umat Islam ikut-ikutan, (yaitu) turut meramaikan acara-acara mereka atau ikut mengucapkan selamat hari raya mereka.

Betapa banyak perkataan yang ringan menurut kita tetapi berat di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Orang-orang Nashrāni dikāfirkan oleh Allāh bukan karena dengan sebab mereka adalah pembunuh atau perampok, tetapi mereka dikāfirkan adalah karena masalah ‘aqidah.

Bangsa Yahudi lebih parah lagi, mereka adalah bangsa pembunuh para Nabi, tetapi dalam Al Qur’ān Allāh tidak menyebutkan kejahatan orang-orang Nashārā.

Allāh menyebutkan kesalahan mereka yang fatal dalam Al Qurān, di mana para Nabi diutus adalah untuk menyeru mereka kepada tauhīd, namun mereka malah kāfir.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla :

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلاثَةٍ

“Sesungguhnya kāfirlah orang-orang yang mengatakan: “Bahwasanya Allāh salah satu dari yang tiga.”

(QS Al Maidah 73)

Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman:

لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ

Sungguh, telah kāfir orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya Allāh itu dialah Al Masih putra Maryam.”

(QS Al Ma’idah: 72)

Bahkan Allāh menjelaskan bahwa ini adalah perkataan yang sangat berat dan besar, kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

وَ قالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمٰنُ وَلَداً َ

“Dan mereka berkata: Tuhan Pengasih itu mempunyai anak.”

(QS Maryam: 88)

لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئاً إِدًّا َ

“Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu yang amat seram.”

(QS Maryam: 89)

تَكادُ السَّماواتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَ تَنْشَقُّ الْأَرْضُ وَ تَخِرُّ الْجِبالُ هَدًّا َ

“Nyarislah langit menjadi pecah daripadanya dan bumi menjadi belah dan gunung-gunung menjadi runtuh.”

(QS Maryam: 90)

أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمٰنِ وَلَداً َ

“Karena mereka mendakwakan bahwa Tuhan Yang Maha Pengasih itu mempunyai anak.”

(QS Maryam: 91)

وَما يَنْبَغي لِلرَّحْمٰنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَداً َ

“Padahal tidaklah layak bagi Tuhan Maha Pengasih itu mempunyai anak.”

(QS Maryam: 92)

إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ إِلاَّ آتِي الرَّحْمٰنِ عَبْداً

“Seluruh yang ada dilangit dan dibumi semuanya hamba Allāh.

(QS Maryam: 93)

Bagaimana bisa seorang hamba yang hina dan lemah bisa menjadi Tuhan?

Bagaimana Nabi Īsā yang berbulan-bulan berada di perut ibunya lalu lahir menjadi Tuhan?

Dia tidak pernah menciptakan apa-apa kemudian tiba-tiba menjadi Tuhan?

Sebagaimana ucapan “Selamat Natal”.

Apa makna di balik ucapan selamat ini?

Maknanya adalah selamat atas dilahirkannya ‘Īsā sebagai Tuhan.

Bila antum mengucapkan, “Selamat Natal,” berarti ini dukungan, berarti antum dukungan mereka berada di atas kekufuran (kesyirikan).

Ya Akhiy, toleransi banyak caranya bukan seperti itu caranya toleransi.

Dan saya telah baca perkataan orang-orang liberal (melalui disertasi saya tentang pemikiran orang-orang liberal), kesimpulan saya mereka pendusta. Mereka menukil dari ini dari itu, semua isinya dusta.

Salah satu diantara mereka menyakitkan hati saya dia mengatakan, “Tidak ada kisah-kisab di dalam Al Qur’ān yang benar.”

Kisah Nabi itu dongeng, kenapa?

Agar semua orang takut sehingga Allāh membuat dongeng kisah-kisah tersebut (kisah nabi Nūh), Subhānallāh.

Wal’iyadzu billāh, ini orang seperti apa?

Kemudian sekarang dia menyeru untuk mengucapkan natal.

Semoga Allāh membersihkan hati-hati kita, menjauhkan kaum muslimin dari kotoran-kotoran liberal yang mulai masuk ditanah air kita.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top