Home > Bimbingan Islam > Kitāb Kaifa Takuunu Miftaahan Lil Khoir > Halaqah 15: Kunci Keempatbelas – Jangan Remehkan Amal Orang Lain

Halaqah 15: Kunci Keempatbelas – Jangan Remehkan Amal Orang Lain

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Ratno Abu Muhammad, Lc حفظه لله تعالى
📗 Kitab كيف تكون مفتاحاً للخير (Bagaimana Engkau Menjadi Kunci Kebaikan)
📝 Syaikh Abdurrazaq Al Badr حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم القيامة اما بعد

Sahabat Bimbingan Islām, rahimaniy wa rahimakumullāh, yang semoga selalu dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Alhamdulillāh kita masih membahas Kitāb كيف تكون مفتاحاً للخير (Bagaimana Anda Menjadi Pembuka Pintu Kebaikan),
yang disusun oleh Syaikh Abdurrazaq Al-Badr hafidzahullāhu ta’āla dalam ceramahnya.

Pada kesempatan kali ini, kita akan membaca kunci ke-14.

KUNCI KEEMPAT BELAS: JANGAN MEREMEHKAN KEBAIKAN YANG ALLĀH BUKAKAN UNTUK ORANG LAIN

Seorang insan yang Allāh bukakan baginya suatu pintu kebaikan, jangan pernah meremehkan kebaikan lain yang Allāh bukakan untuk orang lain.

Ketika ada satu pintu kebaikan yang terbuka untukmu seperti shalat misalkan. Engkau diberi taufīq untuk mudah melakukan shalat atau mudah untuk melakukan puasa sunnah, atau mudah melakukan amal bakti dan amal kebaikan lainnya, maka jangan meremehkan pintu-pintu kebaikan yang Allāh bukakan untuk orang lain.

Engkau dibukakan pintu puasa, orang lain Allāh bukakan pintu menolong agama Allāh (pintu menolong agama Islām) Allāh bukakan amal ibadah indah yang lainnya. Mungkin orang lain ini tidak seperti shalat malammu, tidak berpuasa seperti puasamu, tidak bersedekah sebanyak sedekahmu. Tapi bisa jadi amalan orang lain ini lebih besar nilainya pahalanya dan lebih berharga di sisi Allāh dari amalanmu.

Pada intinya siapapun yang dibukakan untuknya pintu kebaikan jangan sampai meremehkan pintu kebaikan lain yang Allāh bukakan untuk orang lain.

Engkau berada di atas kebaikan dan orang lain juga di atas kebaikan, sekali lagi jangan pernah meremehkan pintu kebaikan yang Allāh bukakan untuk orang lain.

Sebagian orang dan ini adalah masalah yang sudah banyak terjadi di tengah-tengah kita, sebagian orang itu ketika ia diberi taufīq oleh Allāh untuk melakukan sebuah ketaatan seperti puasa atau shalat malam, ia akan melihat orang lain yang tidak beramal seperti amalannya dengan pandangan merendahkan dengan pandangan menyepelekan. Padahal bisa jadi orang lain yang tidak seperti dirinya ini memiliki amal rahasia dengan Allāh yang sangat bernilai tinggi. Lebih besar daripada ketaatan yang manfaatnya hanya terpusat pada satu orang saja.

Jadi jangan pernah sekali-kali merendahkan amal kebaikan orang lain

Di antara kisah yang sangat menarik terkait hal ini adalah sebuah kisah indah Imam Mālik bin Anas rahimahullāh dan salah satu ahli ibadah. Kisah beliau ini disebutkan oleh Imam Ibnu Abdil Bar dalam kitāb At-Tamhid, lalu Imam Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lamin Nubala’ juga meriwayatkan kisah ini dari jalur beliau juga (jalur Ibnu Abdil Bar).

Kisahnya seperti ini:

Abdullāh bin Abdul Azīz Al-Umari salah seorang ahli ibadah, pernah menulis surat kepada Imam Mālik. Isi suratnya adalah memotivasi Imam Mālik untuk menyendiri lalu banyak beramal, jangan banyak berkumpul untuk membicarakan ilmu (membicarakan hadīts).

Kemudian Imam Mālikpun menulis balasan yang isinya adalah:

إن الله عزوجل قسم الأعمال كما قسم الأرزاق

“Sesungguhnya Allāh Azza wa Jalla itu membagi amal ketaatan seperti Allāh membagi rezeki”

فرب رجل فُتح له في الصلاة، ولم يُفتح له في الصوم

“Mungkin ada orang yang dibukakan pintu shalat untuknya, tetapi dia tidak dibukakan pintu puasa”

وآخر فتح له في الصدقة ولم يفتح له في الصوم

“Dan orang lain yang mungkin dibukakan pintu sedekah tetapi tidak dibukakan pintu puasa”

وآخر فتح له في الجهاد ولم يفتح له في الصلاة

“Dan orang lain mungkin Allāh bukakan pintu jihad untuknya, tetapi tidak dibukakan pintu shalat sunnah untuknya”

ونشْر العلم من أفضل أعمال البر

“Menyebarkan ilmu dan mengajarkan ilmu termasuk amal kebaikan yang paling afdhal”

وقد رضيت بما فُتح الله لي فيه من ذلك

“Dan akupun ridha kepada Allāh atas dibukakannya pintu tersebut untukku”

وما أظن ما أنا فه بدون ما أنت فيه

“Dan saya pun tidak menyangka bahwa saya lebih rendah amalannya daripada amalanmu,
(Saya perpandangan bahwa amalku ini tidak lebih rendah daripada amalmu).

وأرجو أن يكون كلانا على خير

“Dan saya berharap kita berdua di atas kebaikan”

ويجب على كلِّ واحدٍ منَّا أن يرضى بما قُسِمَ له وسلم

“Dan masing-masing kita wajib untuk ridha dengan pembagian Allāh Subhānahu wa Ta’āla”

Wassalam.

Demikian surat dari Imam Mālik.

Perhatikanlah perkataan ahli ilmu ini (rahimahullāh)!

Beliau mengatakan, “Aku berharap kita berdua di atas kebaikan”. Beliau tidak mengatakan, “Kamu itu tidak paham, kamu tidak memiliki ilmu seperti yang aku miliki, amalanmu lebih rendah dari amalku”, beliau tidak mengatakan seperti itu.

Beliau mengatakan kalimat yang sopan dan rendah hati, beliau mengatakan, “Aku juga berharap kita berdua di atas kebaikan”, dalam artian beliau ini berkata, “Aku berada di atas kebaikan dan engkau juga berada di atas kebaikan, tapi aku melihat bahwa kebaikan yang aku lakukan lebih tinggi nilainya, karena dari sisi manfaat kebaikanku lebih banyak karena menyebarkan ilmu itu lebih banyak dibandingkan beribadah untuk dirinya sendiri.”

Berbeda dengan seorang ahli ibadah, manfaat yang di dapat hanya terbatas kepada dirinya sendiri atas dasar inilah ada sebuah hadīts dari Abū Darda radhiyallāhu ‘anhu, bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

فضلَ العالمِ على العابدِ كفضلِ القمرِ ليلةَ البدرِ على سائرِ الكواكبِ

“Keutamaan ahli ilmu dibandingkan ahli ibadah itu, seperti perbandingan antara keutamaan rembulan saat purnama dengan seluruh bintang”

(Hadīts riwayat Imam Ahmad, Abū Dawud, At-Tirmidzi, Ibnu Mājah, Ibnu Hibban dan di shahīhkan oleh Syaikh Al-Albanīy rahimahullāh)

Demikian yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullāhu ta’āla pada kunci ke-14 yaitu Jangan sampai merendahkan amal kebaikan yang dilakukan oleh orang lain.

√ Ketika kita dimudahkan untuk shalat malam, kita jangan rendahnya orang lain yang tidak bisa shalat malam.

√ Ketika kita dimudahkan untuk berpuasa senin kamis, jangan rendahnya orang yang tidak bisa puasa senin kamis.

√ Ketika kita dimudahkan untuk shalat sunnah, kita jangan rendahnya orang lain yang tidak shalat sunnah.

√ Ketika kita dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk berjihad, kita jangan rendahnya orang lain yang tidak bisa berjihad.

√ Ketika kita dimudahkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk berdakwah, jangan merendahkan orang lain yang tidak bisa berdakwah.

Karena sebagaimana perkataan Imam Mālik, bahwa amalan itu seperti rezeki, Allāh bukakan, Allāh bagi-bagi kepada hamba-Nya sesuai dengan kehendak Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan yang terpenting bagi kita adalah jangan sampai merendahkan sebagaimana Imam Mālik, beliau tidak merendahkan Abdullāh bin Abdul Azīz yang mengajak untuk menyendiri lalu beribadah kepada Allāh.

Tidak direndahkan, Imam Mālik mengatakan, “Kita berdua berada di atas kebaikan”, jadi kunci ke-14 yang disampaikan oleh Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr adalah “Jangan sampai kita merendahkan (meremehkan) amal ibadah orang lain.”

Ketika kita ingin menjadi pembuka pintu kebaikan orang lain maka kita jangan meremehkan amalan yang dilakukan oleh orang lain. Mungkin mereka memiliki amal rahasia yang mungkin hanya diketahui oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla saja yang nilainya sangat besar dibandingkan amal-amal kita.

Wallāhu Ta’āla A’lam bishawab.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت استغفرك وأتوب إليك
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top