🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Arief Budiman, Lc
📗 Kitāb Fiqhu Tarbiyatu Al-Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi
(Fiqih Mendidik atau Membimbing Anak-anak dan Sebagian Nasehat para Dokter dalam hal ini)
📝 Syaikh Musthafa Al Adawi
~~~~~~~~~~~~
*PUJIAN ORANG LAIN KEPADA ANAK-ANAK KARENA KEBAIKAN YANG DILAKUKAN ORANG TUANYA*
بسم اللّه الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ والْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحبِهِ أَجْمَعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، وَبَعْدُ
Ma’asyiral mustami’in wa rahīmaniy wa rahīmakumullāh.
Kita lanjutkan pembahasan kita ke-14 dari kitāb Fiqhu Tarbiyatul Abnā wa Thāifatu min Nashā’ihi Al Athibbāi, tentang fiqih mendidik atau membimbing anak-anak dan penjelasan sebagian nasehat dari para dokter karya Syaikh Musthafa Al Adawi Hafīdzahullāh.
Dan pada pertemuan ini kita akan membahas sub judul “Pujian orang lain kepada anak-anak karena kebaikan yang dilakukan orang tuanya”.
Amal shālih yang dilakukan kedua orang tua mendatangkan pujian yang baik bagi anak-anak tersebut. Sebaliknya, perbuatan amal buruk yang dilakukan kedua orang tua akan mendatangkan celaan, penghinaan bagi anak-anak tersebut.
Dan semua ini berpengaruh kepada emosional dan perasaan anak-anak.
Maka, wahai ayah, wahai ibu.
Janganlah menjadi penyebab timbulnya penghinaan orang lain terhadap anak-anak anda, karena sebab anda melakukan perbuatan-perbuatan tercela.
Apakah anda ridhā (wahai ayah, wahai ibu) jika orang lain berkata kepada anak-anak anda, “Hai anak maling, bapakmu adalah seorang maling,” atau, “Bapakmu seorang pezina,” atau, “Ibumu gampang sekali menerima tamu laki-laki,” atau, “Ibumu mudah sekali ngobrol dengan laki-laki asing.”
Tentu ucapan seperti ini, akan menghancurkan perasaan dan emosional Si Anak.
Beda halnya kalau anak tersebut dipuji orang-orang (masyarakat).
Misalnya, orang-orang mengatakan:
“Māsyā Allāh, bapak mu itu orang shālih.”
“Subhānallāh, bapak mu itu orang yang suka mendamaikan perselisihan.”
“Māsyā Allāh, bapak mu adalah tokoh yang baik.”
Jika anak sering mendapatkan pujian atau kata-kata yang baik dari orang-orang disekelilingnya, tentunya perasaannya akan baik. Kesadaran, akhlaq baiknya akan muncul.
Demikian pula keinginan untuk berbuat baik juga semakin bertambah.
Sebaliknya jika anak sering dicela karena perbuatan buruk bapak ibunya, maka dia akan merasa hina dan hatinya akan hancur, anak ini tidak akan memiliki kepercayaan diri.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjelaskan, bahwa orang tua berpengaruh sekali kepada anak-anak. Jika orang tua beramal shālih pengaruh positifnya akan dirasakan oleh anak-anak demikian pula sebaliknya.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman tentang Nabi Nūh alayhissallām di dalam surat Al Isrā’ ayat 3.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
ذُرِّيَّةَ مَنۡ حَمَلۡنَا مَعَ نُوحٍۚ إِنَّهُۥ كَانَ عَبۡدٗا شَكُورٗا
_”(Wahai) keturunan orang yang Kami bawa bersama Nūh. Sesungguhnya dia (Nūh) adalah hamba (Allāh ) yang banyak bersyukur.”_
(QS. Al Isrā’: 3)
Maksudnya ayat di atas adalah:
“Wahai keturunan orang-orang beriman yang dibawa oleh kapal bersama Nūh! Kalian bisa naik kapal itu karena bapak-bapak kalian dahulu adalah orang-orang yang beriman.”
Karena tidak mungkin dibawa oleh Nabi Nūh alayhissallām kecuali orang-orang yang beriman yang mengikuti ajaran Nabi Nūh alayhissallām.
Oleh karena itu bersyukurlah kalian semua, karena sesungguhnya Nabi Nūh alayhissallām adalah seorang hamba Allāh yang bersyukur dan jadilah kalian seperti bapak-bapak kalian yang shālih juga bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla (beriman).
Di dalam surat lain.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ…..۞
_”Wahai Banī Isrāil!…….”_
(QS. Al Baqarah: 47)
Maksudnya adalah Wahai anak-anak Isrāil (keturunan Nabi Ya’qub alayhissallām).
Di dalam ayat ini Allāh memberikan peringatan bagi keturunan seorang ayah yang shālih sekaligus kakek yang shālih (nenek moyang) di antaranya adalah Nabi Ya’qub alayhissallām.
Hal ini agar mendorong keturunan beliau bersemangat melakukan amalan shālih sebagaimana yang dilakukan oleh nenek moyang mereka (bapak dan kakek mereka).
Kemudian perhatikan juga firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla di dalam surat Maryam, dimana orang-orang telah menuduh Maryam berbuat zina, karena Maryam telah melahirkan seorang anak (nabi Īsā alayhissallām) tanpa ayah.
Mereka mengatakan:
يَٰٓأُخۡتَ هَٰرُونَ مَا كَانَ أَبُوكِ ٱمۡرَأَ سَوۡءٖ وَمَا كَانَتۡ أُمُّكِ بَغِيّٗا
_”Wahai saudara perempuan Hārun (Maryam)! Ayahmu bukan seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang perempuan pezina.”_
(QS. Maryam: 28)
Maksudnya, kenapa Maryam, kamu sampai memiliki putra tanpa memiliki suami?
Kisahnya ada di dalam surat Maryam mulai ayat 28 dan seterusnya.
Ini semua menunjukkan bahwa pujian manusia kepada anak-anak karena keshālihan orang tua, sebagaimana sebaliknya celaan atau hinaan orang-orang kepada anak-anak karena perbuatan maksiat dan kejelekan orang tua.
Sebagaimana anak yang shālih akan mendapatkan manfaat dengan sebab keshālihan kedua orang tua.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱتَّبَعَتۡهُمۡ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلۡحَقۡنَا بِهِمۡ ذُرِّيَّتَهُمۡ وَمَآ أَلَتۡنَٰهُم مِّنۡ عَمَلِهِم مِّن شَيۡءٖۚ كُلُّ ٱمۡرِيِٕۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٞ
_”Dan orang-orang yang beriman, beserta anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak cucu mereka (di dalam surga) dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.”_
(QS. Ath Thūr: 21)
Māsyā Allāh.
Anak menjadi baik dengan sebab orang tua yang baik dan sebaliknya anak menjadi buruk (artinya terkena dampak buruk) jika orang tuanya juga buruk.
Demikian halaqah yang ke-14 ini, semoga yang sedikit ini bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________________