Home > Bimbingan Islam > Kitab Syamail Muhammadiyah > Halaqah 32 | Hadits Yang Berkaitan Dengan Menyemir Rambut Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam

Halaqah 32 | Hadits Yang Berkaitan Dengan Menyemir Rambut Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Ratno, Lc
📗 Kitab Syamail Muhammadiyah (Sifat dan Akhlak yang dimiliki Nabi Muhammad ﷺ)
📝 Imām Abū Īsā At Tirmidzī
〰〰〰〰〰〰〰

HADĪTS YANG BERKAITAN DENGAN MENYEMIR RAMBUT RASŪLULLĀH SHALLALLĀHU ‘ALAYHI WA SALLAM

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الْخَلْقَ وَالْأَخْلَاقَ وَالْأَرْزَاقَ وَالْأَفْعَالَ، وَلَهُ الشُّكْرُ عَلَى إِسْبَاغِ نِعَمِهِ الظَّاهِرَةِ وَالْبَاطِنَةِ بِالْإِفْضَالِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّهِ وَرَسُولِهِ الْمُخْتَصِّ بِحُسْنِ الشَّمَائِلِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْمَوْصُوفِينَ بِالْفَوَاضِلِ وَالْفَضَائِلِ، وَعَلَى أَتْبَاعِهِ الْعُلَمَاءِ الْعَامِلِينَ بِمَا ثَبَتَ عَنْهُ بِالدَّلَائِلِ. أما بعد

Sahabat BiAS rahīmaniy wa rahīmakumullāh.

Ada banyak nikmat yang perlu kita syukuri di antara nikmat-nikmat tersebut adalah nikmat menuntut ilmu.

Dan pada kesempatan kali ini (pertemuan ke-32) in syā Allāh, kita melanjutkan pembahasan Kitāb Asy Syamāil Al Muhammadiyyah, karya Imām Abū Īsā At Tirmidzī rahimahullāhu ta’āla.

Kali ini kita akan membahas tentang biografi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dan pada kesempatan kali ini kita meneruskan pembacaan hadīts yang berkaitan tentang, apakah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyemir rambut ataukah tidak.

Yang mana hal tersebut diperselisihkan oleh para ulamā bahkan para shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

In syā Allāh ini adalah hadīts nomor 46 dari kitāb Asy Syamāil Al Muhammadiyyah, yang ditulis oleh Imām At Tirmidzī rahimahullāhu.

Imām At Tirmidzī berkata :

حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِي

“Sufyān bin Wakī’ memberikan hadīts kepadaku, dia mengatakan ayahku memberikan hadīts.”

Ibnu Hajar berkata tentang Wakī’ bin Al Jarrah ini (ayah dari Sufyān bin wakī’):

“Beliau terpercaya, penghafal hadīts (hafidz) dan seorang ahli ibadah.”

Imām Ahmad berkata :

“Wakī’ adalah imam kaum muslimin pada masanya.”

Marwan bin Muhammad Ath Thathari berkata :

“Aku tidak pernah melihat orang yang lebih khusyu’ dari Wakī’. Dan biasanya ketika ada seorang yang diceritakan kepadaku, pasti ku dapati orang tersebut lebih buruk dari pada ceritanya, kecuali Wakī’. Aku melihatnya ia lebih baik dari pada cerita-cerita yang sampai kepadaku.”

Kemudian Imām Wakī’ juga pernah mengatakan :

“Seorang tidak akan sempurna, sampai ia mau belajar dengan orang yang lebih utama, dengan orang yang sama, dan dengan orang yang lebih rendah darinya.”

Imām Wakī’, berkata:

عَنْ شَرِيكٍ، عَنْ عُثْمَانَ بْنِ مَوْهَبٍ قَالَ: سُئِلَ أَبُو هُرَيْرَةَ

Dari Syarīk, dari Utsmān bin Mauhab, dia berkata Abū Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu pernah ditanya,

Abū Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu adalah seorang shahābat yang paling banyak meriwayatkan hadīts, beliau meriwayatkan sekitar 5374 hadīts. Walaupun beliau adalah seorang yang tidak begitu lama kebersamaannya bersama Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Karena beliau masuk Islām sekitar tahun 7 Hijriyyah dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam meningal tahun 11 Hijriyyah hanya. Sekitar 3 atau 4 tahun saja kebersamaannya bersama Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Lalu kenapa beliau bisa meriwayatkan hadīts sebanyak itu, padahal shahābat yang lain tidak bisa meriwayatkan hadīts sebanyak itu ?

Setidaknya ada tiga jawaban, yaitu:

⑴ Beliau adalah orang yang semangat untuk belajar kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Imām Al Bukhāri pernah meriwayatkan sebuah hadīts dari shahābat Abū Hurairah ketika beliau bertanya tentang, “Siapakah orang yang paling bahagia dengan syafā’atmu wahai Rasūlullāh?”

Sebelum Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab pertanyaan dari Abī Hurairah, Beliau mengatakan, “Wahai Abū Hurairah, aku sudah menyangka bahwa tidak akan ada orang yang mendahuluimu bertanya tetang hal ini, karena aku melihat engkau sangat semangat untuk belajar hadīts.”

Lalu Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam baru menjawab pertanyaan Abī Hurairah terkait siapakah orang yang paling bahagia dengan syafā’at Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 99 dan nomor 6570)

⑵ Karena beliau (Abī Hurairah) mendapatkan do’a dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam agar kuat hafalannya.

Beliau pernah mengatakan:

Aku pernah mengadu:

“Wahai Rasūlullāh, aku mendengar banyak hadīts dari mu, hanya saja aku lupa.”

Maka Beliaupun (shallallāhu ‘alayhi wa sallam) meminta agar Abū Hurairah membentangkan kain baju atasnya. Setelah dibentangkan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam seakan-akan menuangkan sesuatu pada kain tersebut. Lalu Beliau memerintahkan Abū Hurairah untuk mendekap kain itu.

Setelah itu Abū Hurairah berkata:

“Setelah kejadian tersebut, aku tidak lupa satu hadīts pun dari Beliau (shallallāhu ‘alayhi wa sallam).”

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 3648 dan Muslim nomor 2493)

⑶ Karena beliau (Abū Hurairah) selalu bersama Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan hanya makan sebatas kenyang saja, beliau tidak sibuk dengan dunia tetapi fokus dengan belajar.

Dikatakan dalam sebuah hadīts:

“Abū Hurairah memiliki hadīts yang banyak, karena dia adalah seorang yang selalu membersamai Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan mencukupkan diri untuk makan secukupnya saja dan selalu menghadiri apa yang tidak dihadiri shahābat yang lain dan menghafal apa yang tidak dihafal shahābat yang lain.”

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 118)

Inilah alasan kenapa beliau menjadi istimewa dan bisa meriwayatkan banyak hadīts, bahkan menjadi shahābat yang paling banyak meriwayatkan hadīts (sekitar 5374 hadīts).

Abū Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu pernah ditanya :

هَلْ خَضَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَ: «نَعَمْ»
قَالَ أَبُو عِيسَى: ” وَرَوَى أَبُو عَوَانَةَ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَوْهَبٍ، فَقَالَ: عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ “

“Apakah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyemir rambutnya?” Beliau menjawab, “Iya.”

Berkata Abū Īsā (At Tirmidzī):

Abū ‘Awānah meriwayatkan hadīts ini dari Utsmān bin Abdillāh bin Mauhab, beliau mengatakan dari Ummi Salamah.

Hadīts ini dishahīhkan oleh Syaikh Albāniy rahimahullāh dan hadīts ini menunjukkan bahwa Abū Hurairah radhiyallāhu ta’āla ‘anhu termasuk shahābat yang berpendapat bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyemir rambutnya.

Dan Imām At Tirmidzī mengisyaratkan ada riwayat lain yang mendukung hal ini, yaitu riwayat dari Ummu Salamah istri Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Dan sebagian ulamā berpendapat dengan pendapat yang lain, ketika Imām At Tirmidzī mengatakan bahwa Abū ‘Awānah meriwayatkan hadīts ini dari Utsmān bin Abdillāh bin Mauhab dan beliau mengatakan dari Ummu Salamah, maka Imām At Tirmidzī mengisyaratkan bahwa Ummu Salamah yang meriwayatkan hadīts Abū Hurairah tadi bukan Abū Hurairah.

Ini sebagian pendapat.

Di antara yang menguatkan pendapat kedua ini adalah Utsmān bin Mauhab pernah masuk menemui Ummu Salamah, lalu beliau (Ummu Salamah) menunjukan salah satu rambut Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam telah disemir.

(Hadīts shahīh riwayat Bukhāri nomor 5897)

Dari hadīts di atas, dapat kita simpulkan bahwa ada sebagian shahābat yang berpendapat bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam memang menyemir rambutnya, baik hadīts yang kita sebutkan tadi diriwayatkan oleh dari Abū Hurairah atau yang benar dari Ummu Salamah.

Pelajaran yang kita dapat ada shahābat yang menyatakan bahwa Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam itu menyemir rambutnya.

Inilah pelajaran kita kali ini tentang hadīts di atas. Dan semoga bermanfaat.

Wallāhu Ta’āla A’lam.

وصلى الله على نبينا محمد

____

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top