👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
📗 Silsilah Ushulus Sittah
============================
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه
Halaqah yang keempat dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al-Ushūlul As-Sittah (6 Kaidah)
Kita akan bersama-sama mempelajari sebuah kitāb yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At Tamimi rahimahullāh yaitu kitāb yang berjudul Al-Ushūlul As-Sittah.
Kemudian beliau (rahimahullāh) mengatakan:
ثُمَّ لَمَّا صَارَ عَلَى أَكْثَرِ الْأُمَّةِ مَا صَارَ . أَظْهَرَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ الْإِخْلَاصَ فِي صُوْرَةِ تَنَقُّصِ الصَّالِحِيْنَ وَالتَّقْصِيْرِ فِي حُقُوْقِهِمْ، وَأَظْهَرَ لَهُمُ الشِّرْكَ بِاللهِ فِي صُوْرَةِ مَحَبَّةِ الصَّالِحِيْنَ وَاتِّبَاعِهِمْ
“Kemudian ketika menimpa umat ini berupa kejahilan dan lain-lain, maka syaithān menampakkan kepada mereka, bahwasanya keikhlāsan dan tauhīd ini adalah sebagai bentuk penghinaan dan peremehan terhadap orang-orang shālih.
Ketika menimpa umat ini kebodohan,
mereka jauh dari ilmu agama, mereka jauh dari bimbingan para ulamā, mereka jauh dari petunjuk Al Qurān dan hadīts.
Maka syaithān menampakkan kepada mereka, bahwasanya tauhīd (meng Esa kan Allāh Subhānahu wa Ta’āla) artinya adalah,
√ Meremehkan orang-orang yang shālih.
√ Meremehkan hak-hak meraka.
Ini adalah salah satu bentuk talbis dari syaithān dalam usaha menyesatkan manusia.
Syaithān menampakkan dimata manusia bahwasanya,
√ Orang yang bertauhīd berarti dia tidak menghormati orang yang shālih.
√ Orang yang bertauhīd berarti dia tidak menghormati nabi.
√ Orang yang bertauhīd berarti dia tidak menghormati wali.
Dan untuk memperjelas perkara ini kita terangkan kembali, bagaimana kisah nabi Nūh alayhissallām bersama kaumnya.
Dan bagaimana awal terjadinya kesyirikan dipermukaan bumi ini.
Dizaman nabi Nūh alayhissallām ada lima orang shālih yang dikenal oleh kaumnya dengan ibadah, amalan, dan keshālihannya.
Ketika mereka (lima orang shālih) meninggal dunia datanglah syaithān dan mewahyukan kepada mereka (kaum nabi Nūh alayhissallām) supaya mereka membuat patung-patung, kemudian patung-patung itu diberi nama dengan nama orang-orang shālih tersebut.
Tujuannya apa?
Tujuannya adalah ketika mereka malas beribadah, kemudian mereka melihat patung-patung orang shālih tersebut berada dihadapan mereka (di majelis mereka) diharapkan mereka bisa bersemangat dan mengingat kembali keshālihan mereka (patung-patung tersebut) sehingga mereka (kaum nabi Nūh alayhissallām) bisa bersemangat didalam beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Ketika generasi ini meninggal dunia, syaithān datang kembali dan mengatakan kepada mereka, “bahwasanya bapak-bapak kalian dahulu membuat patung-patung ini, tujuannya adalah untuk diibadahi dan disembah”
Dan telah dilupakan ilmu, akhirnya mereka menyembah orang-orang shālih tersebut yang mereka buat simbolnya berupa patung-patung.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَقَالُوا۟ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّۭا وَلَا سُوَاعًۭا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًۭا
Dan mereka berkata: “Janganlah kalian tinggalkan sesembahan-sesembahan kalian, dan janganlah kalian tinggalkan Waddan, Suwā’an, Yaghūts dan Ya’ūq dan juga Nasr”
(QS. Nūh: 23)
Mereka ini adalah lima nama orang shālih
(Waddan, Suwā’an, Yaghūts, Ya’ūq dan Nasr) setelah mereka meninggal dunia, kemudian mereka disembah oleh kaumnya nabi Nūh alayhissallām.
Ketika terjadi kesyirikan pertama kali dipermukaan bumi yang dilakukan oleh kaum nabi Nūh alayhissallām, Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengutus nabi Nūh yang merupakan rasūl yang pertama.
Allāh mengutus nabi Nūh alayhissallām kepada mereka (kaumnya) untuk mengajak mereka (kaumnya) kembali kepada tauhīd dan menjauhkan kesyirikan.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَلَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوۡمِهِۦ فَقَالَ يَٰقَوۡمِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ مَا لَكُم مِّنۡ إِلَٰهٍ غَيۡرُهُ
Dan sungguh, Kami telah mengutus Nūh kepada kaumnya, lalu dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allāh, (karena) tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) bagimu selain Dia.”
(QS. Al Mu’minun: 23)
Beliau (nabi Nūh) mengajak mereka untuk kembali kepada Allāh, mengingatkan umatnya siang dan malam dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan selama bertahun-tahun (950 tahun), mengajak mereka untuk bertauhīd dan meng Esakan ibadah ini hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Mengingatkan mereka bahwasanya ini termasuk perbuatan syirik yang tidak diridhāi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla (meskipun yang mereka sembah adalah orang-orang shālih)
Namun ternyata yang mengikuti dakwah dan ajakan beliau sedikit, karena mereka menganggap apabila mereka hanya menyembah Allāh Subhānahu wa Ta’āla, seakan-akan mereka telah meremehkan orang-orang yang shālih, menghinakan kedudukan mereka dan telah merendahkan mereka. (Ini adalah termasuk talbis dari iblīs laknatullāh).
Mengangap (menunjukkan) dimata manusia bahwasanya ikhlās kepada Allāh berarti harus meremehkan dan merendahkan kedudukan orang-orang yang shālih.
Oleh karena itu banyak diantara mereka yang menolak dakwah nabi Nūh alayhissallām seperti yang tadi disebutkan.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَقَالُواْ لَا تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمۡ……..
Dan mereka berkata, “Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian”.
(QS. Nūh: 23)
Mereka saling berwasiat diantara mereka,
√ Kita harus menghormati orang yang shālih
√ Kita harus menjunjung tinggi kedudukan mereka.
Apabila diminta dan diseru hanya menyembah kepada Allāh, hati mereka resah, hati mereka gelisah.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَإِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَحۡدَهُ ٱشۡمَأَزَّتۡ قُلُوبُ ٱلَّذِينَ لَا يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡأٓخِرَةِۖ وَإِذَا ذُكِرَ ٱلَّذِينَ مِن دُونِهِۦٓ إِذَا هُمۡ يَسۡتَبۡشِرُونَ
“Dan apabila yang disebut hanya nama Allāh kesal sekali hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat. Namun apabila nama-nama sembahan selain Allāh yang disebut, tiba-tiba mereka menjadi bergembira”
(QS. Az-Zumar: 45)
Apabila hanya disebutkan Allāh saja, ketika diminta hanya bertauhīd kepada Allāh, hati orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat menjadi resah, menjadi gelisah, menjadi tidak tenang.
Ketika diminta dan didakwahi hanya menyembah Allāh semata (beribadah kepada Allāh semata) dan tidak menyekutukan Allāh dengan sesuatu apapun hatinya menjadi gundah tidak tenang.
Tapi ketika disebutkan bersama Allāh yang lain, tiba-tiba hatinya mereka menjadi sangat gembira, bahagia.
Oleh karena itu disini beliau (rahimahullāh) mengatakan:
“Syaithān menampakkan kepada mereka, bahwasanya ikhlās dan tauhīd berarti kita harus meremehkan orang-orang yang shālih”
Dan ini termasuk talbis syaithān, syaithān telah berjanji dari awal dihadapan Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk menyesatkan manusia (menyesatkan anak-anak nabi Ādam) dengan berbagai cara, dan menghias-hiasi diantara mereka yang bathil menjadi benar, yang benar menjadi bathil.
Darimana bisa digoda, maka mereka akan menggodanya.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
قَالَ فَبِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأَقۡعُدَنَّ لَهُمۡ صِرَٰطَكَ ٱلۡمُسۡتَقِيمَ ۞
ثُمَّ لَأٓتِيَنَّهُم مِّنۢ بَيۡنِ أَيۡدِيهِمۡ وَمِنۡ خَلۡفِهِمۡ وَعَنۡ أَيۡمَٰنِهِمۡ وَعَن شَمَآئِلِهِمۡۖ وَلَا تَجِدُ أَكۡثَرَهُمۡ شَٰكِرِينَ ۞
(Iblīs ) menjawab, “Karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-Mu yang lurus.
Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur.”
(QS. Al A’rāf: 16-17)
Iblīs berjanji untuk menyesatkan mereka dari shirāthal mustaqīm, dan akan didatangi anak-anak Ādam baik dari kanannya dari kirinya dari atasnya dari bawahnya sehingga mereka menjadi orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Diantaranya adalah seperti yang disebutkan oleh Syaikh disini menghias-hiasi dimata manusia bahwasanya orang yang bertauhīd berarti dia meremehkan orang-orang yang shālih.
Itulah yang bisa kita sampaikan, semoga yang sedikit ini bermanfaat dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________________________
بسم الله
‘afwan ikhwah rahimakumullah. semoga Allah melimpahkan rahmatnya untuk kita semua.
izin mengoreksi sedikit. ini masih penjelasan pokok pertama bagian kedua. dan di awal, perkataan Asy-Syaikh Muhammad, itu ada yang kurang, yakni kata لَمَّا. Maka, seharusnya ثُمَّ لَمَّا صَارَ.
بارك الله فيكنا
نعم جزاك اللهُ خيرًا
Assalamu’alaikum. Admin yth pada paragraf 3 dari bawah ada tertulis “Iblis berjanji… dari atas dan bawah…
Sedangkan pada ayat Al A’raf 17 tidak ada tertulis arti dari atas dan bawah, melainkan dari”…muka mereka dan dari belakang mereka dan dari kanan mereka dan kiri mereka, dst
و أنت فجزاك الله خيرا
Assalamu’alaikum. Admin yth pada paragraf 3 dari bawah ada tertulis “Iblis berjanji… dari atas dan bawah…
Sedangkan pada ayat Al A’raf 17 tidak ada tertulis arti dari atas dan bawah, melainkan dari”…muka mereka dan dari belakang mereka dan dari kanan mereka dan kiri mereka, dst
Ijin menyimak
Bismillah …
Izin copy paste untuk keperluan internal ya ukhty.
Jazaakillahu khayran wa baarakallahu fiikum.