🌍 Kajian Kitab
👤 Al-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy حفظه الله
📗 Kitab Awaa’iqu ath Thalab (Kendala Bagi Para Penuntut Ilmu)
📝 as-Syaikh Abdussalam bin Barjas Alu Abdul Karim حفظه الله
Berkata mualif (penulis), “Kita melihat dijajaran penuntut ilmu ada orang-orang yang memiliki potensi, cerdas, kemudian pintar, memiliki kemampuan yang mengagumkan yang memungkinkan mereka itu menjadi seorang peneliti yang berbakat tetapi sayang cita-citanya rendah, semangatnya itu lemah sehingga cahaya dari keunggulannya itu hilang begitu saja. Kita lihat mereka itu begitu qona’ah (menerima apa adanya dengan sedikitnya ilmu yang masuk kepada mereka), mereka enggan untuk membaca, mereka enggan untuk muthola’ah, dan mereka lalai dari menuntut ilmu dan meraih pengetahuan. Mereka itu nantinya akan cepat kehilangan keunggulannya dan barokah dari waktu-waktu yang mereka miliki. Kenapa demikian ? karena kufur nikmat yang menyebabkan tercabutnya nikmat tersebut sebagaimana kalau mensyukuri nikmat yang menyebabkan nikmat tersebut akan bertambah dan Allah yang akan menambahnya. . لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ… la`in syakartum la`azīdannakum wa la`ing kafartum inna ‘ażābī lasyadīd “Kalau kalian bersykur maka akan kami tambah nikmat dan karunia-Ku, tetapi jikalau kalian kufur maka azab-Ku amat sangat pedih” (QS. Ibrahim : 7) Jadi kalau nikmat tidak disyukuri maka Allah akan cabut dan Allah ganti dengan azab. Termasuk nikmat potensi, kecerdasan. Akhirnya dia pakai untuk hal-hal tidak ada manfaatnya, tidak dipakai untuk menela’ah, membaca, belajar dan akhirnya menghilang, Allah mencabut nikmat tersebut dari diri orang itu. Berkata Al-Farro rahimahullah, “Aku tidak pernah mengasihani seseorangpun melebihi rasa kasihanku kepada dua orang berikut ini, Seseorang yang rajin menuntut ilmu tetapi dia tidak bisa memahami apapun. Orang sunda menyebutnya yakni “Bodo katotoloyo”. Dia tidak bisa diberi nasehat, tidak bisa diberikan bimbingan, di ajarkan sesuatu tetapi tetap saja tidak bisa. Kasihan orang seperti itu Orang pintar, cerdas dan tajam analisanya, kemudian gampang menghafalnya tetapi dia tidak mau belajar. Dia punya potensi untuk menjadi orang hebat tetapi potensinya itu tidak digunakan. Ini juga kasihan pinter tetapi malas. Yang lebih mengherankan lagi adalah orang yang mempunyai potensi, punya kemampuan untuk belajar tetapi dia tidak belajar. Punya segala yang dia butuhkan untuk belajar, waktu luang banyak, transportasi lengkap tetapi dia tidak melangkahkan kakinya untuk belajar. (dikutip oleh imam ibnu Abdil barr dalam kitab Jami Bayanil Ilmi Wa Fadhlihi ) Berkata Abu al-Faraj ibn al-Jauzi rahimahullah, kata beliau ketika mengomentari ucapan Abu Tip al Muntabi berkata, “Aku tidak pernah melihat aib pada diri manusia yang lebih parah daripada orang yang memiliki kemampuan untuk mencapai kesempurnaan tetapi dia tidak meraihnya”. Ketika menjelaskan point ini berkata imam Ibn Jauzi, “Hendaklah orang yang berakal dia mencapai tujuan yang mungkin dia capai jangan dibiarkan hilang begitu saja. Seandainya manusia memiliki kemampuan untuk naik ke langit tetapi dia lebih senang untuk tinggal dibumi maka itu adalah aib yang paling buruk”. “Seandainya kenabian bisa diraih dengan perjuangan maka orang yang muqossir (orang yang lalai, mengabaikan kesempatan yang sangat baik) akan tetap berada diderajat yang paling bawah”. Kalau seandainya kenabian bisa diraih dengan berusaha tetapi kita tidak mau berusaha maka kita disebut dengan sebutan muqossir.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته