🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
📝 AlHāfizh Ibnu Hajar ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “لاَ تَبْدَؤُوْا الْيَهُوْدَ وَلاَ النَّصَارَى بِالسَّلاَمِ، وَإِذَا لَقِيتُمُوْهُمْ فِي طَرِيْقٍ فَاضْطَرُّوْهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ .
Dari Abu Hurairah Radiyallāhu anhu ia berkata: Rasūlullāh Shallallāhu Alayhi Wasallam bersabda: “Janganlah kalian mendahului mengucapkan salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani, dan jika kalian bertemu dengan mereka disebuah jalan, desaklah mereka ke tempat yang paling sempit.”
(HR Muslim).
~~~~~~~
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Ikhwān dan akhawāt sekalian yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla, kita masuk pada halaqah yang ke-12, masih berkaitan tentang adab salam.
Dari ‘Ali radhiyallāhu Ta’ālā ‘anhu, beliau berkata:
قال رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم “لَا تَبْدَؤُوا اَلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلَامِ, وَإِذَا لَقَيْتُمُوهُمْ فِي طَرِيقٍ, فَاضْطَرُّوهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ”
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mulai memberi salam kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashrani. Dan jika kalian bertemu dengan mereka dijalan maka buatlah mereka tergeser ke jalan yang sempit.
(HR. Imam Muslim)
Ikhwān dan akhwāt yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, hadits ini dipermasalahkan oleh sebagian orang yang menjelaskan “Islam kok demikian?”, “Kok mengajarkan sikap keras terhadap orang-orang kafir?”
Sebenarnya hadits ini tidak menjadi masalah karena kita menempatkan dalil-dalil sesuai dengan kondisinya.
Ada dalil-dalil yang menunjukkan bagaimana rahmatnya Islam. Dan terlalu banyak dalil yang menunjukkan bagaimana sikap Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam terhadap orang-orang kafir dengan muamalah thayyibah, dengan sikap yang baik dalam rangka untuk mengambil hati mereka.
Bahkan terhadap orang yang sangat membenci Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, ‘Abdullāh bin ‘Ubay bin Salūl, tatkala meninggal dia tidak punya kain kafan.
Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam memberikan baju yang beliau pakai untuk dijadikan kain kafan bagi ‘Abdullāh bin ‘Ubay bin Salūl, padahal dia adalah:
• Gembongnya orang munafiq yang sering menyakiti Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan juga keluarga Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
• Yang telah memimpin untuk menuduh ‘Āisyah telah melakukan berzina.
Akan tetapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bermuamalah dengan baik dengan dia.
Demikian juga Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bermuamalah baik dengan orang-orang kafir seperti orang Yahudi yang pernah menjadi pembantu Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Maka tatkala sakit, Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjenguknya. Dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mendakwahinya.
Dan terlalu banyak dalil bagaimana sikap lemah lembut dari kaum muslimin terhadap orang-orang kafir.
Ini bab tentang muamalah.
Maka seseorang berusaha untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir dalam rangka untuk mengambil hati mereka.
Tetapi dalam kondisi-kondisi lain, dimana tatkala kondisi menunjukkan Islam harus lebih tinggi, contohnya tatkala melewati suatu jalan maka seorang muslim ketika berjalan ditengah jalan, kemudian ada orang kafir lewat maka jangan kemudian dia minggir mempersilakan orang kafir.
Ini menunjukkan kehinaannya dia, tidak. Dia tetap berjalan karena dia berhak untuk jalan ditengah. Dia seorang Muslim, maka dia jangan mengalah.
Ini saatnya untuk seorang muslim menunjukkan memiliki ‘izzah (kemuliaan), bukan malah lemah & loyo dihadapan semua orang.
Dan ini kadang terjadi, misalnya dalam suatu perkumpulan orang muslim malu berbicara, orang kafir terus yang berbicara.
Orang muslim tidak enak-tidak enak, orang kafir yang menguasai majlis.
Ini tidak benar. Ini saatnya menunjukkan Islam harus memiliki ‘izzah (kemuliaan) dihadapan orang-orang kafir.
Oleh karenanya bab tentang muamalah hasanah bab tersendiri, adapun bab tatkala seseorang harus menunjukkan keutamaan Islam maka dia harus tunjukkan.
Ada beberapa point yang berkaitan dengan hadits ini.
• PERTAMA
Seorang muslim tidak boleh mendahulukan mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashrani.
Kenapa?
Karena salam itu menunjukkan pemuliaan dan juga ada do’a, dan yang penting ada do’a. Kalau kita mengucapkan “Assalaamu’alaykum” berarti kita mendoakan keselamatan bagi dia, dia tidak berhak untuk mendapatkan keselamatan.
Dia kafir kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, dia kafir terhadap Nabi Muahammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam, dia berbuat kesyirikan, bagaimana kita mengatakan keselamatan bagi kalian.
Maka kita tidak berhak, bahkan tidak boleh (bukan hanya tidak boleh) tidak boleh untuk mengucapkan salam lebih dahulu kepada mereka.
Akan tetapi kalau mereka yang dahulu memberi salam, maka kita menjawab. Kalau mereka mengucapkan “Assalaamu’alaykum”. Kita jawab “Wa’alaykum” (demikian juga bagi kalian).
Namun para ulama menyebutkan, jika kondisinya ternyata sulit;
“Masa kita bertemu dengan orang-orang kafir kita tidak memberi salam sama sekali, nanti menunjukkan prasangka buruk kepada kaum muslimin.”
Maka para ulama (banyak ulama) yang membolehkan. Tatkala Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah, dan seperti ulama sekarang Syaikh Albani rahimahullāh. Jika kita bertemu dengan orang-orang kafir, misalnya mungkin bos kita, mungkin teman kerja kita, rekan kerja kita.
Maka kita tidak mengucapkan “Assalaamu’alaykum”, kita menggunakan kata-kata salam yang lain, seperti kita mengatakan:
“Selamat pagi”
“Bagaimana kondisimu?”
“Good morning”
Seperti itu tidak jadi masalah, yang penting tidak ada do’a, karena “Assalaamu’alaykum” itu do’a yang tidak pantas untuk diberikan kepada orang-orang yang musyrik dan kafir kepada Allāh juga kafir kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Demikian para ikhwān dan akhwāt yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
Apa yang bisa kita sampaikan pada halaqah ke-12, akan lanjutkan pada halaqah berikutnya.
وبالله التوفيق
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
➖➖➖➖➖