Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Ushulus Sittah > Halaqah 17 | Penjelasan Pokok Ke Empat Bagian 04

Halaqah 17 | Penjelasan Pokok Ke Empat Bagian 04

👤 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A
📗 Silsilah Ushulus Sittah

============================

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه

Halaqah yang ke-17 dari Silsilah ‘Ilmiyyah Penjelasan Kitāb Al-Ushūlul As-Sittah (6 Kaidah), sebuah kitāb yang dikarang oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahāb bin Sulaimān At Tamimi rahimahullāh.

Kemudian beliau mengatakan:

وَيَزِيْدُهُ وُضُوْحًا مَا صَرَّحَتْ بِهِ السُّنَّةُ فِيْ هَذَا مِنَ الْكَلَامِ الْكَثِيْرِ الْبَيِّنِ الْوَاضِحِ لِلْعَامِّيِّ الْبَلِيْدِ

Dan perkara ini menjadi jelas (yaitu) tentang masalah makna ilmu dan siapa ulamā.

Menjadi jelas dengan apa yang datang didalam hadīts-hadīts Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang dipahami oleh seorang yang bodoh sekalipun.

ثُمَّ صَارَ هَذَا أَغْرَبَ الْأَشْيَاءِ وَصَارَ الْعِلْمُ وَالْفِقْهُ هُوَ الْبِدَعُ وَالضَّلَالَاتِ

Kemudian setelah itu jadilah ini perkara yang aneh.

Seseorang apabila ceramah atau berbicara hanya berdasarkan Al Qur’ān dan hadīts maka ini dianggap sesuatu yang aneh, dan bahwasanya ini adalah tidak lumrah (berbicara hanya berdasarkan Al Qur’ān dan juga hadīts-hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam).

Kemudian jadilah yang dinamakan dengan ilmu adalah bid’ah dan kesesatan.

Inilah yang dimaksud dengan ilmu menurut sebagian manusia, apabila seseorang memiliki kemahiran didalam bid’ah, pengetahuan tentang bid’ah-bid’ah, amalan-amalan yang tidak berdasarkan Al Qur’ān dan hadīts maka dia dikatakan sebagai orang yang memiliki ilmu. Demikian pula kesesatan-kesesatan ini dianggap sebagai ilmu agama

Kemudian beliau mengatakan:

وَخِيَارُ مَا عِنْدَهُمْ لَبْسُ الْحَقِّ بِالْبَاطِلِ

Dan apa yang terbaik didalam mereka adalah mencampuri (membolak balik kebenaran dengan kebathilan).

وَصَارَ الْعِلْمُ الذِيْ فَرَضَهُ اللهُ تَعَالَى عَلَى الْخَلْقِ وَمَدَحَهُ لَا يَتَفَوَّهُ بِهِ إِلَّا زِنْدِيْقٌ أَوْ مَجْنُوْنٌ

Kemudian menuntut sebagaian manusia bahwasanya ilmu yang tadi kita sebutkan yang telah diwajibkan oleh Allāh atas makhluk-makhluknya dan telah Allāh puji, mereka mengatakan, “Tidak menyampaikan ilmu ini kecuali zindīq atau majnūn (seorang pendusta atau seorang yang gila)”

Dianggapnya orang yang ketika menyampaikan hanya qalallāh qalarasūl, dianggap ini adalah orang yang seorang yang zindīq atau seorang majnūn (seorang pendusta atau seorang yang gila).

وَصَارَ مَنْ أَنْكَرَهُ وَعَادَاهُ وَصَنَّفَ فِيْ التَّحْذِيْرِ مِنْهُ وَالنَّهْيِ عَنْهُ هُوَ الْفَقِيْهُ الْعَالِمُ

Dan jadilah orang yang mengingkari cara seperti ini, dan memusuhi cara seperti ini bahkan mengarang karangan-karangan yang isinya adalah mengingatkan manusia dari menuntut ilmu dengan cara seperti ini dan melarang darinya disebut sebagai seorang yang faqīh sebagai seorang yang ‘ālim.

Yaitu orang-orang yang mengingatkan manusia dari ceramah-ceramah yang isinya adalah apa yang datang dari Allāh dan rasūl Nya dengan pemahaman para shahābat radhiyallāhu ta’āla ‘anhum.

Dan ini semua termasuk talbis iblīs yaitu supaya manusia jauh dari para ulamā, jauh dari Al Qur’ān, jauh dari hadīts, jauh dari pemahaman para shahābat radhiyallāhu ta’āla ‘anhum. Dan supaya mereka dekat dengan imam-imam kesesatan dekat, dekat dengan ulamā su’, ulamā-ulamā yang tidak benar, tidak baik, itulah yang ingin disampaikan oleh pengarang pada perkara yang keempat ini.

Semoga apa yang kita sampaikan bisa dipahami dan juga bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Wallāhu Ta’āla A’lam

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top