Materi 13 – Muqoddimah Penulis Kitab Syaikh Muhammad Bin Sholih Al Utsaimin Bag 04

🌍 WAG Dirosah Islamiyah
🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أَمَّا بَعْدُ

Anggota grup whatsapp Dirosah Islamiyyah, yang semoga dimuliakan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kita lanjutkan pembahasan kitab Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang ditulis oleh fadhilatu Asy-Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāhu ta’ala.

Kita masih pada fasal Muqaddimah. Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāhu ta’ala beliau mengatakan:

خَاتَمُ النَّبِيِّينَ وَإِمَامُ الْمُتَّقِينَ

“Beliau adalah penutup para Nabi.”

Penutup para nabi artinya tidak ada Nabi setelah Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam, dan ini berdasarkan banyak dalil, di antaranya dari Al-Qur’an, hadits-hadits, dan Ijma’.

• Dalil Al-Qur’an

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan:

مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍۢ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَـٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّـۧنَ

“Tidaklah Muhammad bapak dari salah seorang laki-laki di antara kalian, tetapi beliau adalah Rasulullah dan penutup para Nabi.” (Al-Qur’an Surah Al-Ahzab {33} Ayat 40)

• Dalil Hadits

Adapun dari hadits di antaranya adalah kabar dari Nabi shallalahu ‘alayhi wa sallam, bahwasanya “Tidak akan bangkit hari kiamat sampai datang tiga puluh orang pendusta, yang masing-masing mereka mengaku dirinya adalah Rasulullah.” (Hadits Riwayat Bukhari)

Beliau shallallahu ‘alayhi wa sallam mensifati mereka adalah pendusta.

وَأَنَا خَاتَمُ النَّبِيِّينَ لَا نَبِيَّ بَعْدِي

“Aku adalah penutup para nabi dan tidak ada nabi setelahku.” (Hadits Riwayat Abu Dawud)

• Ijma’

Dan Ijma’ para ulama tentang keyakinan bahwasanya Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam adalah Nabi terakhir dan orang yang meyakini ada Nabi setelah Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wa sallam, maka dia telah keluar dari agama Islam.

Tentang masalah khatmun nubuwwah (penutup para nabi) nanti akan dibahas sendiri pada tempatnya.

وَإِمَامُ الْمُتَّقِينَ

“Dan beliau adalah imam bagi orang-orang yang bertaqwa.”

Karena Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, beliau adalah sayyidu waladi adam sebagaimana beliau kabarkan:

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَم وَلَا فَخْرَ

“Aku adalah pemuka dari anak-anak Adam. (Dan ini bukan bangga-banggaan)” (Hadits Riwayat At-Tirmidzi)

Dan ini bukan bangga-banggaan, dan jauh nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dari sifat bangga-banggaan. Ini adalah kenyataan, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutamakan beliau di atas seluruh manusia, dijadikan beliau sebagai sayyid (orang yang paling afdhal).

Kalau beliau adalah imam bagi seluruh manusia maka tentunya beliau adalah imam bagi orang-orang yang bertaqwa. Karena orang-orang yang bertaqwa adalah bagian dari manusia tadi. Dalam sebuah hadits Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam mengatakan;

أَنَا أَتْقَاكُمْ لَهُ

“Aku adalah orang yang paling bertaqwa di antara kalian kepada Allah.” (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim)

⇒ Atqākum (أَتْقَاكُمْ) artinya adalah orang yang paling bertaqwa.

Artinya beliau adalah imam, orang yang paling puncak ketaqwaannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Kemudian setelah itu, karena di sini menyebutkan nama Nabi Muhammad di dalam syahadat yang kedua, beliau iringi dengan membaca shalawat untuk Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ Shallallahu ‘alayhi (semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala) memberikan shalawat untuk beliau.

Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan shalawat untuk nabi, maksudnya adalah Allah memuji Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam dihadapan para malaikatNya. Sebagaimana hal ini ditafsirkan oleh Abul ‘Aliyah.

وَعَلَى آلِهِ

Dan juga kepada para keluarganya,

وَأَصْحَابِهِ

Dan juga para sahabatnya

وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Dan juga kepada orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.

Selain beliau mengucapkan shalawat untuk Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka beliau juga mend’oakan untuk yang lain, termasuk di antaranya keluarga Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam (istri-istri Nabi, putra-putri beliau dan seluruh Ahlul Bait). Ini menunjukkan kecintaan kepada keluarga Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam.

Mendo’akan mereka sebagaimana mendo’akan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam dengan shalawat.

Dan kita sebagai seorang yang beriman diperintahkan untuk menjaga hak keluarga Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, menjaga hak mereka, menghormati mereka sebagai seorang keluarga dan juga memberikan hak harta bagi mereka sesuai dengan yang disyari’atkan.

Kemudian juga mendo’akan untuk para sahabat Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam, yang mereka adalah orang-orang yang telah Allah pilih untuk menemani Rasulullah shallallāhu ‘alayhi wa sallam di dalam menyampaikan risalah ini.

Dan Allah Subanahu wa Ta’ala telah mengabarkan di dalam Al-Qur’an bahwasanya Allah ridha kepada para sahabat radhiyallahu ‘anhum. Allah ridha kepada mereka, maka kita juga mendo’akan untuk para sahabat.

Dan di dalam Al-Quran di antara sifat orang-orang yang datang setelah sahabat adalah mereka mendoakan istighfar (mendo’akan ampunan) untuk para sahabat Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعۡدِهِمۡ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغۡفِرۡ لَنَا وَلِإِخۡوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلۡإِيمَٰنِ

“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa “Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami.” (Al-Qur’an Surah Al-Hashr {59} Ayat 10)

Mendo’akan kebaikan untuk para sahabat.

وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ

Dan kita punmendo’akan untuk orang-orang yang mengikuti mereka yaitu orang-orang yang mengikuti para sahabat, mengikuti sunnah mereka, mengikuti kebaikan mereka, semangat mereka di dalam menuntut ilmu di dalam mengamalkan ilmu.

بِإِحْسَانٍ

Dengan baik.

Karena tidak semua orang yang mengaku dirinya muslim kemudian mereka mengikuti para sahabat dengan baik. Ada di antara mereka yang mengikuti secara global saja, tetapi prakteknya (perinciannya) kurang di dalam mengikuti jejak para sahabat radhiyallahu ta’ala ‘anhum.

Maka yang kita do’akan di sini adalah orang-orang yang mengikuti para sahabat dengan baik. Baik dari sisi aqidah, akhlak, mu’amalah, dakwah, ibadah, menuntut ilmu, mengamalkan.

Mengikuti para sahabat dengan كَافَّةً = kaffah, dengan baik, termasuk di antaranya adalah mengikuti mereka dalam masalah amalan-amalan hati, keikhlasan, kecintaan kepada Allah, takut kepada Allah, mengharap kepada Allah juga mengikuti para sahabat radhiyallahu ‘anhum.

Adapun orang yang mengaku mengikuti tetapi prakteknya di dalam kehidupan sehari-hari jauh antara amalan yang dia lakukan dengan amalan para sahabat, maka ini tidak mengikuti dengan baik.

إِلَىٰ يَوْمِ ٱلدِّينِ

Sampai hari kiamat.

Demikian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, in syaa Allah kita bertemu kembali pada pertemuan selanjutnya, pada waktu dan keadaan yang lebih baik.

وَاللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ