Halaqah 01 : Muqaddimah keimanan
🎙 Ustadz Mu’tashim Lc, M.A حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Ushulul Iman karya Kumpulan Para Ulama
〰〰〰〰〰〰〰
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه، ولا حول ولا قوة إلا بالله اما بعد
Insya Allāh kita akan mempelajari tentang keimanan di dalam Kitab Ushulul Iman Fidha’il Kitabu wa Sunnah.
Dasar keimanan sesuai dengan apa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, kita pahami bahwa di dalam kehidupan seorang muslim ada tujuan dan perintah yang harus dilakukan, sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla firmankan di dalam surat Adh-Dhāriyāt ayat 56.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ
_”Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, untuk mentauhidkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”_
_Ibadah menjadi tujuan dan target yang utama_ di dalam kehidupan seorang muslim. Sehingga di dalam seorang muslim beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Allāh Subhānahu wa Ta’āla banyak menjanjikan ketenangan, kehidupan dan manfaat yang sangat banyak di dalam kehidupannya.
Sebagaimana yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebutkan di dalam surat An-Nahl ayat 97, bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
مَنۡ عَمِلَ صَٰلِحٗا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنٞ فَلَنُحۡيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةٗ طَيِّبَةٗۖ وَلَنَجۡزِيَنَّهُمۡ أَجۡرَهُم بِأَحۡسَنِ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ
_Bahwa seorang baik laki-laki maupun perempuan yang beramal (beribadah) dan dia dalam keadaan beriman, maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan berikan balasan ketenangan, ketentraman, kebahagiaan di dalam kehidupan dunia dan akhiratnya. Allāh juga akan memberikan kebahagiaan dengan balasan yang telah mereka lakukan._
Dan kita juga paham bahwa yang dimaksud dengan keimanan di sini adalah apa yang telah disebutkan di dalam rukun Iman, sebagaimana hadīts Jibril yang sering kita dengar, ketika Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam ditanya tentang, _”Apakah itu Iman?”._
Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan, bahwa Iman adalah:
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
_”Iman itu adalah engkau yakin (beriman) terhadap Allāh, terhadap Malaikat-Nya, terhadap Kitab-Nya, terhadap Rasul-Nya, terhadap hari akhir dan juga iman terhadap takdir baik dan buruk.”_
Para hamba Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang berbahagia.
Dari sini kita paham bahwa antara tujuan, antara keimanan, dan antara kebahagiaan dan hasil yang akan didapatkan di dalam kehidupan seorang muslim harus ada keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. _Namun yang utama dan paling utama yang harus diperhatikan adalah iman dia kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla._
Karena iman kepada Allāh adalah iman yang menjadi tolak ukur dan menjadi hal yang utama sehingga iman-iman yang lainnya akan mengikuti, bagaimana cara dia iman kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Karenanya menjadi tugas kita untuk mengetahui bagaimanakah iman yang benar kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla? Iman yang benar kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla harus melingkupi tiga hal atau tiga unsur sehingga dengan tiga unsur ini kita bisa dikatakan bahwa keimanan kita kepada Allāh dengan keimanan yang benar sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Allāh dan Rasul-Nya.
Di antara unsur tersebut adalah Iman terhadap,
_⑴ Tauhīd Rububiyyah Allāh (توحيد الربوبية)_
Dia harus meng-Esa-kan Allāh di dalam Rububiyyah Allāh. Maksudnya dia harus yakin bahwa Allāh-lah yang menciptakan segala sesuatu, yang mengatur, yang memiliki yang memberikan rezeki, yang menghidupkan, yang mematikan, dan lain sebagainya.
Bahwa pengakuan terhadap apa yang dilakukan oleh Allāh terhadap keagungan Allāh Subhānahu wa Ta’āla inilah yang dimaksudkan dengan Tauhid Rububiyyah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
_⑵ Tauhid Al-Uluhiyyah (توحيد الألوهية)_
Di mana dia harus meng-Esa-kan Allāh saja, baik di dalam pengagungan, cinta, khusyuk, rukuk, sujud dan ibadah-ibadah yang lainnya, yang artinya hubungannya terhadap apa yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Dia harus meng-Esa-kan Allāh di dalam perbuatan seorang hamba untuk mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
_⑶ Tauhid Al-Asma wa Shifat (توحيد الأسماء والصفات)_
Bagaimana seorang hamba dia meng-Esa-kan nama dan sifat Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bahwa Allāh mempunyai sifat yang agung, Allāh mempunyai nama-nama yang indah dan maha Besar.
Dengan nama dan sifat ini kita yakin bahwa Allāh adalah Dzat yang Maha Sempurna, sehingga tidak ada sifat yang kurang di dalam diri Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Tidak ada nama yang jelek yang kurang di dalam nama-nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Dengan tiga hal ini, maka Tauhid seseorang bisa dikatakan dia mempunyai Tauhid meng-Esa-kan Allāh, mengimani Allāh dengan cara yang benar. Yang tentunya tiga Tauhid ini tidaklah dihasilkan kecuali setelah para ulama menelaah dari dalil-dalil yang ada, _sehingga menyimpulkan bahwa Tauhid dan iman seseorang harus memenuhi tiga unsur ini._
Dan insya Allāh akan kita bahas tentang dalil (hujjah) yang para ulama sebutkan di dalam menyebutkan dan menjelaskan tiga unsur ini sehingga iman seseorang akan dikatakan benar sesuai dengan apa yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, sehingga dia akan bisa mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allāh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Wallāhu Ta’āla A’lam wa Bishawab.
Semoga bermanfaat.
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________