Home > Bimbingan Islam > Silsilah Ringkas Fiqih Thaharoh > Halaqah 09 : Yang Haram dan Makruh ketika Buang Hajat

Halaqah 09 : Yang Haram dan Makruh ketika Buang Hajat

🎙 Ustadz Ahmad Anshori, Lc حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Al-Fiqhu Al-Muyassar (الفقه الميرس) Panduan Praktis Fikih dan Hukum Islam
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد الله وصلاة و السلام على رسول الله أما بعد

Pada pertemuan yang kesembilan ini kita akan membahas perkara-perkara yang diharamkan dan dimakruhkan ketika buang hajat.

• Beberapa hal yang diharamkan ketika sedang buang hajat.

(1) Buang hajat di air yang menggenang.

Ini dilarang atau hukumnya haram berdasarkan hadīts dari Jabir bin Abdillāh bahwa beliau bercerita:

إنه نهر عن البول في الماء الركد (رواه مسلم برقم ٢٨١)

_”Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang buang air kecil di air yang mengenang.”_

(2) Memegang kemaluan ketika sedang buang hajat dengan tangan kanan.

Ketika sedang buang air kecil tidak boleh memegang kemaluan dengan tangan kanan dan tidak boleh beristinja’ atau membersihkan kotoran hajat dengan tangan kanan.

Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

إِذَا بَالَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يأخذن ذَكَرَهُ بِيَمِيْنِهِ وَلاَ يَسْتَنْجِي بِيَمِيْنِهِ. (رواه البخاري برقم ١٥٤)

_”Jika kalian sedang buang air kecil maka jangan kalian memegang kemaluan kalian dengan tangan kanan kalian dan janganlah kalian membersihkan hajatnya dengan tangan kanan kalian.”_

(3) Buang air kecil atau buang air besar di tempat-tempat umum

Seperti di jalan atau di tempat yang sering digunakan untuk berteduh orang-orang atau di taman-taman atau di bawah pohon yang berbuah atau kencing di aliran-aliran air yang digunakan oleh manusia untuk konsumsi mereka ataupun untuk kebutuhan sehari-hari mereka.

Hal ini berdasarkan hadīts dari Mu’adz radhiyallāhu ‘anhu, beliau mengatakan bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

اتقوا الملا عن الثلاث

_”Hindarilah oleh kalian tiga perbuatan atau tiga tindakan yang bisa memicu laknat kepada kalian_

البراز في الموارد، وقارعة الطريق، والظل

_Yaitu buang hajat di tempat aliran-aliran air_

وقارعة الطريق

_atau di tengah jalan_

والظل. (رواه أبو دواد برقم ٢٦

_atau di bawah teduhan manusia.”_

Kemudian berikutnya kita akan membahas hal-hal yang dimakruhkan ketika sedang buang hajat.

① Buang hajat menghadap hembusan angin atau tiupan angin.

Karena buang hajat seperti itu terutama kencing (buang air kecil) akan menyebabkan dirinya atau seorang itu akan terkena percikan-percikan najis.

② Berbicara ketika sedang buang hajat.

Karena Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika buang hajat pernah ada seseorang mengucapkan salam kepada Beliau padahal Beliau sedang buang hajat, maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pun tidak menjawab salam tersebut.

Jika menjawab salam yang bernilai ibadah bahkan wajib tidak Beliau lakukan ketika Beliau sedang buang hajat, apalagi jika itu hanya ucapan-ucapan obrolan-obrolan yang mubah, tentu lebih utama untuk ditinggalkan.

③ Buang hajat di lubang.

Ini tidak boleh karena lubang itu adalah tempat tinggal jin dan juga tempat tinggal hewan-hewan.

Disebutkan dalam hadīts Qatadah bin Abdillāh:

أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى ان يبال في الجحر،

_Bahwa Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang buang hajat di lubang._

قيل لقتادة:

_Seseorang bertanya kepada Qatadah,_

فما بال الجحر؟

_”Kenapa tidak boleh?”_

قال: يقال إنها مساكن الجن. (رواه أبو داود برقم ٢٩)

_”Karena lubang-lubang itu bisa jadi adalah tempat tinggal jin.”_

Di samping itu bisa jadi lubang-lubang itu adalah tempat tinggalnya hewan-hewan berbisa atau hewan-hewan yang membahayakan sehingga bisa membahayakan seseorang yang buang hajat di tempat itu.

④ Dimakruhkan berdzikir kepada Allāh.

Mengucapkan lafazh Allāh ataupun mengucapkan kalimat-kalimat dzikir kecuali jika dibutuhkan.

Kenapa dimakruhkan?

Karena Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam biasa kalau masuk toilet atau kamar mandi Beliau melepas cincin Beliau karena di cincin Beliau ada nama Rasūlullāh ada nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Hal ini hukumnya makruh dan sesuatu hal yang makruh itu menjadi boleh ketika ada hajah atau kebutuhan. Ini kaidah yang berkaitan dengan makruh.

Contoh hajah adalah ketika seseorang lupa mengucapkan basmallāh sebelum masuk kamar mandi sementara dia sudah berada di dalam kamar mandi. Maka dia bisa mengucapkan basmalah di dalam kamar mandi atau mengucapkan doa masuk kamar mandi dalam kamar mandi. Karena itu ada kebutuhan yaitu menjalankan Sunnah.

Demikian ini yang bisa kami sampaikan.

و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top