Materi 03 – Menuntut Ilmu Bukan Karena Allah (2) – Hinanya niat menuntut ilmu karena dunia dan balasannya
🌍 Kajian Kitab
👤 Al-Ustadz Abu Haidar As-Sundawy حفظه الله
📗 Kitab Awaa’iqu ath Thalab (Kendala Bagi Para Penuntut Ilmu)
📝 as-Syaikh Abdussalam bin Barjas Alu Abdul Karim حفظه الله
Salah satu syarat diterimanya amal itu ikhlas. Allah berfirman :
..وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus ..” (QS: Al-Bayyinah: 5)
Ibadah yang teragung adalah ilmu termasuk ilmu mempelajarinya dan mengajarkannya adalah ibadah yang sangat agung kepada Allah azza wajalla wajib dilandasi secara ikhlas baik ketika mempelajarinya, mengamalkannya ataupun mengajarkannya. Maka ketika seseorang mencari ilmu, mengajarkan ilmu terlibat didalam pengajaran ilmu dan belajar ilmu lalu niatnya tidak ikhlas karena Allah berarti dia telah bermaksiat kepada Allah سبحانه و تعالى.
Berkata Al-Hasan Al-Basri rahimahullah “siapa orang yang mencari ilmu karena mencari akhirat maka dia akan memperolehnya, tetapi siapa mencari ilmu karena dunia maka itulah bagian yang dia dapatkan“. Dan yang lebih detil dan tegas yang semakna dengan itu adalah apa yang diucapkan oleh Nabi ﷺ dalam hadits yang shahih diriwayatkan oleh imam Ahmad, imam Abu Dawud, imam Ibnu Majah, Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Siapa orang yang mempelajari satu ilmu dari ilmu-ilmu yang mesti dipelajari karena Allah azza wajalla seperti ilmu syar’i tetapi dia tidak mempelajari ilmu itu kecuali hanya untuk memperoleh keuntungan duniawi maka dia tidak akan bisa mencium baunya surga pada hari kiamat”
Berkata Ibnu Atha rahimahullah ketika menjelaskan orang yang berniat selain karena Allah ketika mencari ilmu “Allah menjadikan ilmu yang diberikan kepada orang yang niatnya tidak ikhlas, Allah akan jadikan itu sebagai alasan untuk membinasakan dia. Jangan engkau tertipu dengan banyaknya orang-orang yang hadir dan mengambil manfaat dari ilmunya umpamanya orang ini ketika belajar ilmu dan mengajarkan ilmunya tidak ikhlas karena Allah dia ingin keuntungan duniawi, banyak orang yang mengambil manfaat dari ilmu-ilmunya benar tetapi ketika dia menyampaikan ilmunya atau ketika dahulu dia belajar ilmu itu tidak ikhlas karena Allah azza wajalla, maka kata ibnu Atha jangan kamu tertipu dengan banyaknya orang yang mengambil manfaat”
Sabda Nabi ﷺ ,
وَأَنَّ اللهَ يُؤَيِّدُ هَذَا الدِّينَ بِالرَّجُلِ الْفَاجِرِ
“Allah itu menolong agama ini dengan orang yang fajir/pelaku maksiat” (Riwayat Bukhari Muslim)
Contohnya orang yang belajar ilmu untuk mencari keuntungan dunia dan untuk mencari kedudukan, popularitas, untuk mencari pujian manusia maka dia fajir dia orang yang durhaka bukan karena amal dan ilmunya tetapi karena niatnya. Jangankan mencari ilmu dan mengajarkannya, sholat sebagai ibadah yang super agung ketika niatnya salah maka akan menjadi maksiat. Kenapa menjadi maksiat ? karena Allah mengancam kecelakaan bagi seseorang yang lalai dalam sholatnya dan orang yang riya didalam sholatnya. Orang yang belajar ilmu dan mengajarkan ilmu niatnya tidak ikhlas maka itu maksiat pelakunya fajir walaupun ada manfaat untuk dakwah, orang banyak mengambil manfaat dari dakwahnya, apalagi dakwah sekarang ini tidak sekedar melibatkan seorang alim dan muta’alim, tidak hanya melibatkan guru dan murid tetapi melibatkan banyak pihak, seluruh bagian punya andil ada pahala sesuai dengan kadar keterlibatan dia, wajib semuanya ikhlas karena Allah azza wajalla. Kalo ada orang yang tidak ikhlas belajar mengajar bermanfaat bagi umat taubahnya seperti orang-orang yang menggotong tanggung yang berisi putri yang cantik jelita dengan memakai aneka perhiasan dari yakut dan mutiara yang dibawanya begitu berharga dan mulia yang membawanya dianggap sebagai orang-orang yang hina. Karena budak biasanya atau hamba sahaya yang status sosialnya rendah tugasnya yang begitu dan tidak dibayar dan digaji yang memikulnya dianggap hina yang dibawanya sesuatu yang luar biasa berharga. Maka para penuntut ilmu, penyebar ilmu yang tidak ikhlas karena Allah ibarat hamba sahaya-hamba sahaya yang memikul tandu yang berisikan putri yang cantik tadi dan ilmu yang disebarkannya itu diibaratkan putri yang cantik tadi. Ini penjelasan dikutip dari hasiyah musnad Abu Ya’la juz ke-11.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته