Home > Grup Islam Sunnah > Kitab Sifat Shalat Nabi ﷺ > Halaqah 090 – Dzikir-Dzikir yang Disunnahkan untuk Dibaca Ketika Rukuk

Halaqah 090 – Dzikir-Dzikir yang Disunnahkan untuk Dibaca Ketika Rukuk

🌍 Grup Islam Sunnah | GiS
🎙 Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A.
📗 صفة صلاة النبي ﷺ من التكبير إلى التسليم كأنك تراها
📝 Syaikh Al-Albani رحمه الله
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهُ.

الْحَمْدُ لِلهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى رَسُوْلِ اللّٰهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ.

Kaum muslimin dan kaum muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS -Grup Islam Sunnah- yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari Takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala mengatakan dalam kitabnya,

[ أذْكَارُ الرُّ كُوعِ ]

“Dzikir-dzikir yang Disunnahkan untuk Dibaca ketika Rukuk”

Bacaan rukuk ini sangat banyak dan kita dibolehkan untuk memilih salah satunya.

“Ustadz, bagaimana kalau kita kumpulkan?”
Ini ada khilaf di antara para ulama dalam masalah mengumpulkan beberapa doa rukuk yang akan kita baca dalam satu rukuk untuk melamakan rukuk misalnya. Atau imamnya lama, akhirnya kita ingin membaca beberapa bacaan yang disunnahkan untuk dibaca ketika rukuk.

Ada khilaf di antara para ulama dalam masalah ini. Ada yang mengatakan tidak boleh. Yang boleh adalah satu diulang-ulang. Itu termasuk di antara pendapatnya Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala, Syaikh Utsaimin. Mereka mengatakan, “Tidak boleh kita menggabung dua bacaan yang berbeda ketika rukuk. Yang boleh adalah satu bacaan kemudian diulang-ulang.”

Ada yang mengatakan boleh. Termasuk di antara yang mengatakan pendapat ini adalah Imam Nawawi rahimahullahu Ta’ala. Imam Nawawi rahimahullahu Ta’ala, beliau membolehkan menggabungkan bacaan-bacaan yang berbeda yang datang dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dalam satu gerakan.

Misalnya ketika rukuk ada banyak bacaan, kita boleh menggabungkannya. Nanti ketika sujud ada banyak bacaan, kita boleh menggabungkannya. Ketika iftitah misalnya -doa istiftah- kita lihat ada beberapa doa yang berbeda-beda, kita boleh menggabungkannya.

Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat yang dikatakan oleh Imam Nawawi rahimahullahu Ta’ala. Selama bacaan tersebut berbeda, maksudnya dari sisi makna dan dari sisi redaksi, dari sisi kandungan, maka boleh dibaca. Karena tidak ada dalil yang melarangnya.

Sehingga misalnya doa istiftah, kita boleh membaca doa istiftah dan menggabungkannya. Terutama ketika kita ingin shalatnya lama. Misalnya shalat malam, kita ingin shalat lama, kita boleh menggabungkan doa istiftah tersebut. Terutama doa-doa yang berbeda memang; isinya berbeda, redaksinya jauh berbeda.

Begitu pula doa rukuk, doa sujud. Ini hampir sama dengan meggabungkan surat-surat ketika kita membaca surat di dalam shalat kita.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, kalau kita melihat bagaimana praktik Beliau membaca surat, yang kita lihat Beliau setiap rakaat itu membaca satu surat.

Kalau kita gabung bagaimana? Boleh. Tidak masalah kita membaca lebih dari satu surat dalam satu rakaat.

Begitu pula dengan bacaan-bacaan yang diajarkan oleh Nabi kita Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa Sallam. Bacaannya berbeda-beda, kita boleh menggabungkannya. Wallahu a’lam.

Seperti ini khilaf fiqhiy. Ini khilaf dalam masalah fiqih, sehingga kita harus toleran di dalamnya.

وكان يقول في هذا الر كن أنواعاً من الأذ كار والأدعية ، تارة بهذا ، وتارة بهذا :

Pada rukun rukuk ini, Beliau mengucapkan beragam dzikir dan doa secara bervariasi. Sesekali Beliau membaca dengan yang ini, kadang-kadang Beliau membaca dengan yang lainnya.

Dzikir rukuk yang pertama adalah bacaan

❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ ❳

“Maha Suci Rabb-ku yang Maha Agung”

Ini mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ini dibaca sebanyak 3 kali.

Apakah boleh lebih dari 3 kali?
Dikatakan oleh Syaikh Albani di sini, “Beliau terkadang mengucapkannya lebih dari 3 kali”. Bahkan pernah di shalat malamnya, Beliau membacanya lebih dari itu. Beliau membacanya berulang-ulang, hingga lama rukuknya Beliau hampir sama dengan lama berdirinya Beliau.

Ini berarti sangat banyak sekali. Karena berdirinya Beliau ketika shalat itu panjang sekali. Di dalam shalat tersebut Beliau membaca 3 surat panjang, yaitu Al-Baqarah, An-Nisaa’, Ali Imran. Bacaan ketika shalat itu diselingi dengan doa dan istighfar seperti yang telah disinggung pada pembahasan tentang bacaan surat dalam shalat malam.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menggabungkan surat-surat; Al-Baqarah dibaca, Ali Imran dibaca, An-Nisaa’ dibaca ketika berdiri; ini lama sekali.

Kemudian ketika rukuk dan rukuknya hampir sama dengan berdirinya, berarti rukuknya lama sekali. Ketika yang dibaca

( سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ )

saja, maka Beliau mengulang-ngulang sampai banyak sekali. Ini yang dimaksud oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala.

Bacaan yang kedua,

❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِه ❳

sebanyak 3 kali.
Tambahan [ وَبِحَمْدِهِ ] diperselisihkan oleh para ulama. Ada yang mengatakan sanadnya lemah. Ada yang mengatakan sanadnya bisa dijadikan sebagai hujjah, maksudnya bisa dipegang.

Dan yang kedua ini yang dipilih oleh Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala. Tapi banyak ulama yang melemahkannya. Dan pendapat Syaikh Albani rahimahullahu Ta’ala juga ada kuat.

❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ ❳

Beliau menjelaskan dalam kitab Beliau yang lain “Ashlu Shifati Shalatin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”.

Jadi buku yang kecil ini, sebenarnya adalah buku yang sangat tebal. Di dalam kitab “Ashlu Shifati Shalatin Nabiyyi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam”, beliau menjelaskan semua sandaran perkataan beliau ini.

Misalnya beliau mengatakan, “Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menjauhkan tangannya atau sikunya dari sisi badannya.” Beliau sebutkan riwayat-riwayatnya. Beliau sebutkan lafal riwayat tersebut.

Jadi di dalam kitab tersebut, beliau menguatkan sanad yang ada tambahan [ وَبِحَمْدِهِ ] .

❲ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ ❳

Ini dibaca 3 kali.

______

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa ‘Ala.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top