Home > Bimbingan Islam > Panduan Lengkap Membenahi Aqidah > Halaqah 22 : Ucapan Seandainya

Halaqah 22 : Ucapan Seandainya

🎙 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shohīhil I’tīqod (الإرشاد إلى صحيح الإعتيقاد)
📝 Fadhillatus Syaikh Sholih bin Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين
وصلاة وسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kita lanjutkan pembahasan kita tentang syirik kecil. Dan di antara contoh syirik kecil yang lainnya adalah:

▪︎ Ucapan: Seandainya

Ucapan: seandainya, dalam sebagian moment atau keadaan, termasuk lafazh yang harus di hindari karena bisa menodai aqidah kita.

Karena hal itu menunjukkan;

⑴ Seseorang tidak sabar dalam menghadapi musibah.

⑵ Seseorang kurang beriman kepada takdir Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

⑶ Menambah kesedihan, kegalauan dalam diri kita dan membuka pintu-pintu syaithan atau bisikan-bisikan syaithan (was-was).

Seorang muslim ketika mendapatkan musibah harus sabar, harus kuat, husnuzhān kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Yakin bahwa apapun yang Allāh Subhānahu wa Ta’āla takdirkan adalah yang terbaik bagi dirinya.

وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

_”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allāh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”_

(QS. Al Baqarah: 216)

Dahulu Allāh Subhānahu wa Ta’āla mencela orang-orang yang mengatakan, “Seandainya,” ketika musibah pada perang Uhud. Orang-orang munafik mengatakan:

يَقُولُونَ لَوْ كَانَ لَنَا مِنَ ٱلْأَمْرِ شَىْءٌۭ مَّا قُتِلْنَا هَـٰهُنَا

_Orang-orang munafik mengatakan, “Andaikan kami memiliki kekuasaan kami tidak akan dibunuh di sini.”_

Ketika terjadi kekalahan pada perang Uhud mereka mengatakan, “Seandainya kami tidak keluar pada perang Uhud kami tidak akan mati di sini.” Padahal kematian adalah satu hal yang sudah ditakdirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Makanya dalam ayat selanjutnya Allāh membantah:

قُل لَّوْ كُنتُمْ فِى بُيُوتِكُمْ لَبَرَزَ ٱلَّذِينَ كُتِبَ عَلَيْهِمُ ٱلْقَتْلُ إِلَىٰ مَضَاجِعِهِمْ ۖ

_Katakanlah, “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.”_

Mereka mati bukan karena mereka keluar untuk berjihad tapi memang sudah ditakdirkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Maka tidak boleh seseorang ketika terjadi kecelakaan (musibah) misalnya lalu dia mengatakan, “Seandainya tadi saya tidak pergi, niscaya tidak akan terjadi seperti ini,” atau, “Seandainya kamu nurut kepada saya tidak akan terjadi kecelakaan ini.” Dan lain sebagainya. Ini tidak diperkenankan.

Karena ini membuka pintu-pintu syaithan membuat kegundahan, kesedihan di dalam hati. Tapi katakan, “Saya beriman kepada takdir Allāh Subhānahu wa Ta’āla,” yang sudah terjadi imani, kuatkan, hadapi dengan sabar.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

المؤمنُ القويُّ خيرٌ وأحبُّ إلى اللهِ مِنَ المؤمنِ الضَّعيفِ وفي كلٍّ خيرٌ

_”Mukmin yang kuat lebih dicintai dan lebih baik daripada mukmin yang lemah, masing-masing ada baiknya.”_

Kemudian kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

احْرِصْ على ما يَنفعُكَ، واسْتَعنْ باللهِ ولا تَعجزْ.

_”Semangatlah kamu melakukan hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”_

وإنَّ أصابك شيءٌ فلا تقلْ: لو أنِّي فعلتُ كان كذا وكذا، ولكن قُلْ: قدَرُ اللهِ وما شاءَ فَعَل ، فإنَّ (لَوْ) تَفتحُ عملَ الشَّيطانِ

_”Jika terjadi sesuatu kepadamu maka jangan katakan, ‘Seandainya aku melakukan ini tentu akan begini dan begini.’ Akan tetapi katakanlah, ‘Semua ini sudah ditakdirkan oleh Allāh dan apa yang Allāh kehendaki pasti terjadi.’ Karena mengatakan, ‘Seandainya,’ dalam kondisi seperti tadi akan membuka pintu-pintu syaithan.”_

(Hadīts shahīh riwayat Muslim).

Hadīts ini memberikan faedah kepada kita bahwa ketika terjadi sesuatu (musibah) jangan mengatakan, “Seandainya tadi saya melakukan ini tidak akan terjadi seperti ini,” tidak boleh tetapi katakan, “Ini semua sudah takdir dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”

Kewajiban kita sabar, kuat, husnuzhān kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Daripada kita mengatakan: seandainya-seandainya, karena itu hanya akan membuat hati kita terluka dan sedih. Toh tidak bisa berubah lagi, yang lalu biarlah berlalu. Mari kita perbaiki ke depan.

Intinya hadīts dan ayat tadi dapat kita ambil kesimpulan jangan mengatakan lafazh: Seandainya, ketika terjadi musibah karena itu hanya membuat kesedihan dan luka di dalam hati kita. Dan itu menunjukkan bahwa kita tidak sabar dalam menghadapi ujian dan takdir dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan kesabaran kepada kita semua dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan kekuatan kepada kita untuk senantiasa beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

وصلى الله على نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

____________________

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top