Home > Bimbingan Islam > Panduan Lengkap Membenahi Aqidah > Halaqah 20 : Riya’ dan Sum’ah

Halaqah 20 : Riya’ dan Sum’ah

🎙 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shohīhil I’tīqod (الإرشاد إلى صحيح الإعتيقاد)
📝 Fadhillatus Syaikh Sholih bin Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين
وصلاة وسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Pada kesempatan yang berbarakah ini, kita akan melanjutkan pelajaran kita tentang syirik kecil. Kalau kemarin syirik dalam lafazh, dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas:

▪︎ RIYA’ DAN SUM’AH

Syirik yang tersembunyi contohnya adalah riya’ dan sum’ah.

• Riya’ artinya menampakkan ibadah supaya dilihat oleh manusia sehingga mereka memuji kita.

• Sum’ah artinya kita memperdengarkan bacaan kita, amal ibadah kita, seperti membaca Al Qur’ān, dzikir atau nasihat, kemudian kita berharap manusia menceritakan tentang kehebatan dan kelihaian kita.

Dan ini adalah salah satu sifat orang-orang munafik.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

فَوَیۡلࣱ لِّلۡمُصَلِّینَ ۞ ٱلَّذِینَ هُمۡ عَن صَلَا تِهِمۡ سَاهُونَ ۞ ٱلَّذِینَ هُمۡ یُرَاۤءُونَ ۞ وَیَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ۞

_”Celaka bagi orang-orang yang shalat yaitu orang-orang yang lalai dari shalat mereka, mereka riya’.”_

(QS. Al Maun: 3-7)

Jadi, salah satu sifat orang-orang yang celaka adalah orang-orang yang riya’.

Demikian pula dalam surat An Nissā ayat 142, Allāh mengatakan:

إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمۡ وَإِذَا قَامُوٓاْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُواْ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ

_”Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allāh, tetapi Allāh-lah yang menipu mereka.Apabila mereka berdiri untuk shalat mereka lakukan dengan malas Mereka bermaksud riya’ (ingin dipuji) di hadapan manusia.”_

Maka jangan sampai kita beramal karena mengharapkan pujian dari manusia.

Contoh misalkan:

√ Ada orang yang haji supaya dipanggil Pak Haji. Kalau tidak dipanggil Pak Haji, marah.
√ Kita bershadaqah dengan harapan agar dipanggil sebagai dermawan.
√ Kita berdakwah supaya dipanggil sebagai ustadz besar (ustadz kondang), dan sebagainya.

Hati-hati! Hendaknya kita memurnikan ibadah kita dan amal perbuatan kita semata-mata hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

وَمَآ أُمِرُوٓا۟ إِلَّا لِيَعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ ٱلدِّينَ

_”Tidaklah mereka diperintahkan kecuali mengikhlaskan niat mereka hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata.”_

(QS. Al Bayyinah: 5)

Ingat, amal ibadah kita tidak akan diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla kecuali dengan dua syarat yaitu:

⑴ Ikhlas, kita luruskan niat kita semata-mata untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
⑵ Sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Apabila dua syarat ini terpenuhi maka amal ibadah (amal shalih) kita diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Tapi jika salah satu dari dua syarat ini tidak terpenuhi pada amal kita, maka semuanya sia-sia bagaikan debu yang berterbangan, tidak diterima oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Maka seorang muslim harus berupaya bagaimana mengoreksi amal-amal ibadahnya. Dia berusaha seikhlas mungkin dan sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:

فمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَـٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا

_”Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih yang sesuai dengan tuntunan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadatlah kepada Tuhannya.”_

(QS. Al Kahfi: 110)

Demikian juga yang harus kita bersihkan dalam ibadah dan niat kita. Kita tidak beribadah dengan niat mengharapkan dunia (harta atau jabatan, pengikut dan lain sebagainya).

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيۡهِمۡ أَعۡمَٰلَهُمۡ فِيهَا وَهُمۡ فِيهَا لَا يُبۡخَسُونَ ۞

_”Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna) dan mereka di dunia tidak akan dirugikan.”_

أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ لَيۡسَ لَهُمۡ فِي ٱلۡأٓخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيهَا وَبَٰطِلٞ مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

_”Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka. Dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan (di dunia) dan terhapuslah apa yang telah mereka kerjakan.”_

(QS. Hud: 15-16)

Ayat ini memberikan pelajaran penting kepada kita, barang siapa yang beramal ibadah untuk menggapai (mendapatkan) dunia saja, maka yang dia dapatkan hanyalah dunia saja. Dia tidak mendapatkan pahala dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Na’ūdzubillāhi min dzālik.

Kita harus betul-betul mengikhlaskan niat kita, jangan sampai kita beribadah dengan prioritas niat kita adalah dunia. Jadikan akhirat tumpuan dan prioritas utama niat kita.

Adapun jika dunia mengikuti setelah keikhlasan kita kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka itu adalah rezeki dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada seorang hamba.

و صلى الله و سلم على نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top