Home > Bimbingan Islam > Panduan Lengkap Membenahi Aqidah > Halaqah 19 : Syirik Kecil (Sumpah Kepada Selain Allāh)

Halaqah 19 : Syirik Kecil (Sumpah Kepada Selain Allāh)

🎙 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shohīhil I’tīqod (الإرشاد إلى صحيح الإعتيقاد)
📝 Fadhillatus Syaikh Sholih bin Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين
وصلاة وسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد

Sahabat BiAS yang semoga senantiasa dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya telah kita bahas tentang syirik besar. Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang syirik Kecil

▪︎ SYIRIK KECIL (SUMPAH KEPADA SELAIN ALLĀH)

Syirik kecil adalah syirik yang merupakan pengantar yang menjerumuskan kita kepada syirik besar.

Islām apabila mengharamkan sesuatu maka mengharamkan juga segala sarana yang bisa mengantarkan dan menjerumuskan kita kepada larangan tersebut.

Ketika Islām melarang zina, maka Islām juga melarang segala hal yang bisa mengantarkan kita terjerumus ke dalam zina. Islām melarang kita pembunuhan, maka segala yang mengantarkan kita kepada pembunuhan juga dilarang dalam agama Islām.

Begitupun dengan syirik, ketika Islām melarang dari dosa syirik maka Islām melarang kita dari segala ucapan dan perbuatan yang mengantarkan kita kepada perbuatan syirik.

Di antaranya adalah syirik-syirik kecil, walaupun dia tidak mengeluarkan pelakunya dari agama Islām seperti syirik besar, tapi bisa menodai dan mengurangi kesempurnaan tauhīd seorang hamba.

Contohnya:

• Bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sumpah artinya menguatkan satu ucapan dengan menyebutkan sesuatu yang diagungkan.

Seorang muslim bersumpah dengan nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla karena yang kita agungkan adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla, و الله (demi Allāh).

Dan di dalam sumpah, Allāh Subhānahu wa Ta’āla menganjurkan kepada kita untuk menjaga dan berhati-hati dalam bersumpah.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

وَٱحْفَظُوٓا۟ أَيْمَـٰنَكُمْ

_”Jagalah sumpah-sumpah kalian.”_

(QS. Al Māidah: 89)

Menjaga sumpah mencakup tiga hal:

⑴ Tidak sering-sering bersumpah kecuali untuk sesuatu yang sangat penting.
⑵ Apabila kita bersumpah, hendaknya kita untuk menepatinya.
⑶ Apabila kita tidak menepatinya, hendaknya kita membayar kafarahnya.

Karena sumpah adalah menyebutkan sesuatu yang diagungkan maka tidak boleh seorang muslim bersumpah dengan selain Allāh.

Contohnya: bersumpah dengan bulan, bersumpah dengan matahari bersumpah dengan wali, bersumpah dengan demi hidupku, bersumpah demi negeriku, bersumpah demi ayahku, bersumpah demi ibuku.

Maka ini tidak diperkenankan.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

من حلف بغير الله فقد اشرك

_”Siapa yang bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla berarti dia telah berbuat syirik.”_

Di dalam riwayat yang lain, “Telah berbuat kufur.”

Syirik di sini adalah syiirik kecil, karena biasanya orang ketika dia mengatakan, “Demi ayahku,” dia tidak bermaksud (tidak menganggap) bahwasanya ayahnyalah yang memberikan manfaat atau menolak mudharat, tetapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Jadi, kesalahannya hanya dalam pelafazhan (ucapan).

Oleh karenanya, hendaknya bagi kita agar menghindari sumpah-sumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Apabila dia punya keyakinan bahwa makhluk yang dia bersumpah dengannya dapat mendatangkan manfaat dan menolak mudharat, maka di situ syiriknya menjadi syirik besar.

Jadi orang yang bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla bisa syirik besar, bisa juga syirik kecil. Syiirk besar kalau dia meyakini bahwasanya yang dia bersumpah dengannya bisa mendatangkan manfaat atau menolak mudharat.

Ketika dia mengatakan, “Demi Rasūlullāh,” misalkan, dengan meyakini bahwasanya Rasūlullāhlah yang mendatangkan manfaat atau menolak mudharat maka ini syirik besar.

Kalau dia mengatakan bahwa yang memberikan manfaat dan menolak mudharat adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla, “Saya tidak bermaksud (berkeyakinan) bahwasanya Rasūlullāh yang mendatangkan manfaat dan menolak mudharat,” maka ini syirik kecil.

Intinya, kita harus hindari dan waspada bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Shahabat Ibnu Mas’ud pernah mengatakan:

لان احلف بالله كاذبا احب الي من ان احلف بغيره صادقا

_”Saya bersumpah dengan nama Allāh Subhānahu wa Ta’āla secara dusta lebih aku sukai daripada aku bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla walaupun aku jujur.”_

Jadi bersumpah dengan dusta adalah dosa besar, tapi bersumpah dengan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah syirik, ini lebih besar.

Maka hendaknya bagi kita untuk berhati-hati dengan ucapan-ucapan kita, karena kebanyakan dosa anak Adam itu pada lisannya.

Di antara contoh syirik kecil juga adalah ucapan seorang: “مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ (kehendak Allāh dan kehendakmu),” atau: “لو لا لله و أنت (seandainya bukan karena Allāh dan karena kamu),” ini juga termasuk syirik kecil. Karena menyetarakan makhluk dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Pernah ada seseorang mengatakan kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ

_”Dengan kehendak Allāh dan kehendakmu.”_

Maka Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

أَجَعَلْتَنِيْ لِلَّهِ نِدًّا؟

_”Apakah engkau menjadikan aku sebagai tandingan bagi Allāh Subhānahu wa Ta’āla?”_

قول: مَا شَاءَ اللهُ وَحْدَهُ

_”Katakanlah, ‘Kehendak Allāh saja’.”_

Maka tidak boleh bagi kita menyetarakan. Karena kehendak makhluk itu tidak sejajar dengan kehendak Allāh. Seringkali kita berkendak tapi Allāh tidak berkendak. Kehendak makhluk mengikuti kehendak Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kalau Allāh Subhānahu wa Ta’āla menghendaki maka akan terjadi. Sedangkan kalau kita berkendak tapi Allāh tidak berkendak maka tidak akan terjadi.

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَن يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

_”Tidaklah kalian berkendak kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla berkendak.”_

(QS. At Takwir: 29)

Kalau mengatakan: مَا شَاءَ اللهُ وَشِئْتَ (kehendak Allāh dan kehendakmu) saja tidak boleh tidak boleh, lantas bagaimana orang-orang yang berlebihan kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam?

Mengatakan bahwa Nabi Muhammad mengetahui ilmu ghaib, mengetahui Lauhul Mahfuzh dan sebagaimana, memiliki dunia dan isinya?

Tentu semua ini berlebih-lebihan kepada Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Kita yakin bahwa Nabi tidak ridha.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjauhkan kita semua dari segala bentuk kesyirikan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

وصلى الله على نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين

____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top