Home > Bimbingan Islam > Panduan Lengkap Membenahi Aqidah > Halaqah 17 : Menisbatkan Turunnya Hujan Kepada Bintang-Bintang

Halaqah 17 : Menisbatkan Turunnya Hujan Kepada Bintang-Bintang

🎙 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shohīhil I’tīqod (الإرشاد إلى صحيح الإعتيقاد)
📝 Fadhillatus Syaikh Sholih bin Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين
وصلاة وسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين ومن اهتدى بهداه و اتبع سره الى يوم الدين أمابعد

Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla senantiasa memberkahi kita semuanya dan semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memudahkan kita untuk memahami agama-Nya (Islām yang mulia).

Salah satu perkara yang bisa menodai tauhīd seorang hamba adalah:

▪︎ Meminta Hujan Kepada Bintang.

Menisbatkan turunnya hujan kepada bintang. Ketika hujan turun kita mengatakan, “Turun hujan ini karena bintang ini dan bintang itu.” Maka ini tidak diperkenankan, karena hujan adalah nikmat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan yang menurunkan hujan adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan yang menahan hujan adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

وَأَنزَلْنَا مِنَ ٱلسَّمَآءِ مَآءًۭ طَهُورًۭا

_”Dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih.”_

(QS. Al Furqān: 48)

Jadi bukan bintang, bukan langit.

Dan sekarang ini ada yang viral, “Langit, turunkanlah hujan dengan petirnya.” Bukan langit yang menurunkan hujan. Jadi kita harus hari-hati dalam berbicara jangan sampai omongan kita malah membuat petaka dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Jadi menisbahkan hujan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla, kepada bintang atau yang lainnya termasuk kesyirikan dan termasuk perkara jahiliyyah.

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

أَرْبَعٌ فِيْ أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لاَ يَتْرُكُوْنَهُنَّ: الْفَخْرُ بِاْلأَحْسَابِ، وَالطَّعْنُ فِي اْلأَنْسَابِ، وَاْلإِسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُوْمِ، وَالنِّيَاحَةُ

_”Ada empat perkara pada umatku yang termasuk perkara-perkara jahiliyyah yang mereka tidak meninggalkannya sampai sekarang: bangga dengan kehormatannya, mencela nasab orang lain, menisbatkan hujan kepada bintang dan meratapi mayit.”_

(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 934)

Semua ini adalah perkara-perkara jahiliyyah yang telah dibatalkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Agama kita (Islām) adalah agama yang memberantas perkara-perkara jahiliyyah (khurafat-khurafat jahiliyyah). Maka hendaknya kita menghindari dan mewaspadai perkara-perkara jahiliyyah.

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhāb rahimahullāh mempunyai risalah khusus yang bagus untuk dibaca berjudul Al Masa’il Al Jahiliyyah (Perkara-perkara Jahiliyyah yang Telah Dibatalkan oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam). Dan hendaknya kita mewaspadainya.

Jadi hujan adalah nikmat dan yang menurunkan adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dengan hujan Allāh memberikan manfaat-manfaat, di antaranya menyuburkan tanah yang gersang, pohon yang layu dan kering.

Maka jangan sampai kita kufur terdapat nikmat turunnya hujan ini dengan menyandarkannya kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan mengatakan, “Hujan ini turun karena langit,” dan lain sebagainya.

Suatu saat diceritakan di dalam riwayat Al Bukhāri dan Muslim dari shahabat Zaid bin Khalid semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla meridhainya. Suatu saat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah shalat subuh setelah hujan di malam harinya. Setelah shalat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata kepada para shahabat:

هل تدرون ماذا قال ربكم؟

_”Apakah kalian tahu apa yang dikatakan Rabb kalian?”_

قالوا الله ورسوله أعلم

_”Allāh dan Rasul-Nya lebih tahu wahai Rasūlullāh.”_

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata: Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

 أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر

_”Di waktu pagi ini ada di antara hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir kepada-Ku.”_

 فأما من قال مطرنا بفضل الله ورحمته فذلك مؤمن بي كافر بالكوكب

_”Adapun yang mengatakan, ‘Kami diberi hujan dengan rahmat dan karunia dari Allāh,’ maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir terhadap bintang-bintang.”_

وأما من قال مطرنا بنوء كذا وكذا فذلك كافر بي مؤمن بالكوكب

_”Adapun yang mengatakan, ‘Kami diberi hujan ini karena bintang ini dan bintang itu,’ maka dia kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.”_

Hendaknya kita menisbatkan turunnya hujan itu kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Kita katakan:

مطرنا بفضل الله وبي رحمته

_”Kita diberi hujan ini karena rahmat dan karunia dari Allāh.”_

Jangan menisbatkan kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla baik kepada bintang kepada langit dan lain sebagainya.

Bahkan jika kita meyakini bahwa selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang menurunkan hujan, yang berpengaruh bisa menurunkan hujan maka ini adalah kekufuran, karena yang menurunkan hujan hanya Allāh.

Maka kita tidak boleh memastikan besok hujan dan percaya kepada pawang hujan atau memastikan besok tidak akan turun hujan, tidak boleh!

Karena yang bisa menurunkan dan yang tidak menurunkan hujan adalah hak privasi Allāh Subhānahu wa Ta’āla, hanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata. Maka jangan sampai kita salah dalam berkata-kata, sehingga membuat kita dimurkai oleh Sang Maha Kuasa.

و صلى الله و سلم على نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top