Halaqah 16 : Percaya Pada Ilmu Nujum
🎙 Ustadz Yusuf Abu Ubaidah As-Sidawi حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Al-Irsyād ilā Shohīhil I’tīqod (الإرشاد إلى صحيح الإعتيقاد)
📝 Fadhillatus Syaikh Sholih bin Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امور الدنيا والدين
وصلاة وسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين نبينا محمّد وعلى آله وصحبه أجمعين اما بعد
Sahabat BiAS yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Kita lanjutkan pelajaran kita tentang Tauhīd, masih pada pembahasan hal-hal yang bisa menodai Tauhīd seorang hamba. Yang akan kita kaji pada kesempatan ini adalah tentang:
▪︎ Percaya pada Ilmu Nujum
Ilmu nujum adalah mempercayai bahwa falak atau bintang (astronomi) bisa berpengaruh pada kejadian-kejadian di dunia. Percaya bahwasanya bintang ini bintang itu berpengaruh pada perekonomian, berpengaruh pada wabah, berpengaruh pada hujan dan lain sebagainya. Dan ini hukumnya adalah haram, sebab termasuk dari sihir.
Sebagaimana Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
مَنِ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُوْمِ فقد اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ
_”Barangsiapa mempelajari satu cabang dari ilmu nujum (perbintangan) maka sesungguhnya ia telah mengambil satu bagian dari ilmu sihir.”_
(Hadīts riwayat Abu Dawud nomor 3905)
Dan kita tahu bahwa sihir hukumnya haram berdasarkan Al Qur’ān, Sunnah dan Kesepakatan para ulama. Dan jika dia meyakini bahwasanya bintang-bintang itu berperan mendatangkan manfaat dan menolak mudharat, maka ini adalah kekufuran dengan kesepakatan para ulama. Karena meyakini ada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang mengatur alam semesta ini. Dan ini tidak boleh, haram bahkan syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Namun apabila seseorang mempelajari ilmu nujum untuk mengetahui arah kiblat, mengetahui waktu shalat dan lain sebagainya maka ini diperbolehkan.
وَهُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلنُّجُومَ لِتَهْتَدُوا۟ بِهَا فِى ظُلُمَـٰتِ ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا ٱلْـَٔايَـٰتِ لِقَوْمٍۢ يَعْلَمُونَ
_”Dan Dia-lah (Allāh Subhānahu wa Ta’āla) yang menjadikan bintang-bintang bagimu, agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan di laut. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui.”_
(QS. Al An’ām: 97)
Oleh karenanya dapat kita simpulkan bahwa mempelajari ilmu nujum, astronomi, perbintangan ada dua macam;
⑴ Apabila kita mempelajari falak, mempelajari ilmu nujum dengan keyakinan bahwasanya bintang ini, bintang itu, memiliki pengaruh pada kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang ada di muka bumi ini seperti wabah, krisis ekonomi, hujan dan sebagainya maka ini haram (ini bagian dari sihir).
Dan masih ada keyakinan-keyakinan seperti ini di masyarakat kita, terutama di media-media. Dikesankan bahwa itu memiliki pengaruh. Bintang ini memiliki pengaruh pada hujan, bintang ini memiliki pengaruh pada harga saham, bintang ini memiliki pengaruh pada kehidupan, bintang ini memiliki pengaruh pada wabah dan lain sebagainya.
Maka ini haram untuk dipercaya. Karena ini termasuk memprediksi (mengetahui) yang ghaib, padahal itu adalah perkara yang khusus diketahui oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata. Tidak ada yang lain yang mengetahui perkara ghaib selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
⑵ Kalau seorang mempelajari ilmu nujum, ilmu perbintangan, astronomi dengan tujuan untuk hal-hal seperti untuk mengetahui arah udara dan laut seperti yang dibutuhkan oleh para pilot atau yang dibutuhkan oleh nahkoda kapal, demikian pula untuk mengetahui arah kiblat (waktu-waktu shalat) dan lain sebagainya, maka ini boleh menurut jumhur ulama, sebagaimana disebutkan oleh Imam Ibnu Rajab di dalam kitabnya Fadhlu Ilmi As Salaf ‘Ala Ilmi Khalaf.
Maka hendaknya bagi kita untuk menjaga aqidah kita dari noda-noda yang bisa merusaknya, dan juga menghancurkan aqidah kita.
Bagaimana caranya?
Dengan berpegang teguh kepada Al Qur’ān dan Sunnah, mempelajari aqidah ini dan mewaspadai dari hal-hal yang bisa merusaknya.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan keistiqamahan kepada kita di atas tauhīd. Karena istiqamah di atas tauhīd adalah nikmat dan karamah terbesar.
Syaikhul Islām Ibnu Taimiyyah pernah mengatakan:
أعظم الكرامة لزوم الاستقامة
_”Karamah yang paling penting (mulia) adalah kita senantiasa diberi oleh Allāh keistiqamahan.”_
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan keistiqamahan kepada kita di atas tauhīd sampai Allāh mengambil nyawa kita. Aamiin Ya Rabbal ‘alamin.
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________