Halaqah 10: Persaksian Palsu

🎙 Ustadz Afit Iqwanudin, Amd., Lc. حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Āfātul Lisān
📝 Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahf Al-Qahthani ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله و صلاة وسلم على رسول الله أما بعد

Sahabat BiAS kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kembali kita akan melanjutkan pembahasan dari Risalah Āfātul Lisān fī Dhau’il Kitābi was Sunnah (آفات اللسان في ضوء الكتاب والسُّـنَّة), karya Syaikh Dr. Sa’id bin Ali bin Wahf Al Qahthāni rahimahullāhu ta’āla.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas seputar:

*▪︎ Persaksian Palsu (شهادة الزور)*

⑴ Definisi Az Zūr (الزور)

Dalam bahasa Arab lafadz: الزور memiliki arti:

تحسين الشيء، ووصفه بخلاف صفته

_Membaguskan sesuatu dan menyifatinya dengan keadaan yang bertolak belakang dengan aslinya._

Tujuannya agar orang yang mendengarkan akan berpikir bahwa hal tersebut merupakan perkara yang bagus, padahal tidak demikian.

Berdasarkan definisi di atas, maka beberapa amalan-amalan buruk dapat masuk dalam kategori perbuatan الزور di antaranya syirik. Sebab orang yang melakukan perbuatan syirik mengira bahwa apa yang ia kerjakan merupakan amalan yang baik, padahal tidaklah demikian.

Begitu juga nyanyian (الغِنَاء), sebab suara nyanyian bisa menyihir pendengaran, sehingga mereka senang dan suka terhadapnya. Begitu halnya dengan dusta, sebab orang yang mendengar kedustaan atau sebab kedustaan akan menggiring opini orang lain agar menganggap apa yang ia sampaikan adalah kebenaran.

Dari sini, bisa kita ambil kesimpulan bahwa penulis berpendapat bahwa perbuatan الزور tidak hanya berarti kesaksian palsu akan tetapi segala perbuatan buruk yang bisa memalingkan orang dari kebenaran yang sesungguhnya. Seperti syirik, nyanyian, kedustaan serta berbagai hal yang semisalnya.

Kemudian beliau memberikan alasan, bahwa Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan kalimat الزور ini dalam Al Qur’ān dengan cara yang umum, bukan untuk menyifati perbuatan tertentu.

⑵ Ancaman bagi Orang-orang yang Melakukan Perbuatan Az Zūr (الترهيب من الوقوع في شهادة الزور)

Cukup banyak dalīl, baik dari Al Qur’ān maupun dari Hadīts Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam masalah ini, di antaranya ialah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوَّٰمِينَ بِٱلْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَىٰٓ أَنفُسِكُمْ أَوِ ٱلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ ۚ إِن يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًۭا فَٱللَّهُ أَوْلَىٰ بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا۟ ٱلْهَوَىٰٓ أَن تَعْدِلُوا۟ ۚ وَإِن تَلْوُۥٓا۟ أَوْ تُعْرِضُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًۭا

_”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allāh biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allāh lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allāh adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.”_

(QS. An Nissā: 135)

Allāh Subhānahu wa Ta’āla juga berfirman:

وَٱلَّذِينَ هُم بِشَهَٰدَٰتِهِمۡ قَآئِمُونَ

_”Dan orang-orang yang berpegang teguh pada kesaksiannya.”_

(QS. Al Ma’ārij: 33)

وَلَا تَكْتُمُوا۟ ٱلشَّهَـٰدَةَ ۚ وَمَن يَكْتُمْهَا فَإِنَّهُۥٓ ءَاثِمٌۭ قَلْبُهُۥ ۗ وَٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌۭ

_”Dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya,dan Allāh Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”_

(QS. Al Baqarah: 283)

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَـٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًۭا

_”Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”_

(QS. Al Isrā: 36)

قُلْ إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّىَ ٱلْفَوَٰحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَٱلْإِثْمَ وَٱلْبَغْىَ بِغَيْرِ ٱلْحَقِّ وَأَن تُشْرِكُوا۟ بِٱللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِۦ سُلْطَـٰنًۭا وَأَن تَقُولُوا۟ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ

_Katakanlah, “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allāh dengan sesuatu yang Allāh tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allāh apa yang tidak kamu ketahui.”_

(QS. Al A’rāf: 33)

Saat menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Al Jauzi rahimahullāh menuturkan bahwa firman Allāh: وَأَن تَقُولُواْ عَلَى الله مَا لاَ تَعْلَمُونَ , merupakan dalil umum seputar haramnya berkata-kata tentang permasalahan agama tanpa ilmu.

Dalam sebuah hadīts yang diriwayatkan oleh shahabat Abu Bakrah radhiyallāhu ‘anhu, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ

_”Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu yang termasuk dari dosa besar?”_

Para sahabat menjawab:

بلى يارسول الله،

_”Tentu, ya Rasūlullāh?”_

Kemudian Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:

الإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ

_”Menyekutukan Allāh dan mendurhakai kedua orang tua.”_

وكان متكئا وجلس

_Ketika itu Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersandar kemudian Beliau duduk sembari bersabda:_

ألا و قَوْلُ الزُّورِ وَشَهَادَةُ الزُّورِ

_”Berkata dusta dan persaksian palsu.”_

Beliau terus mengulangi hingga kami bergumam, “Semoga beliau berhenti mengucapkannya.”

Sahabat BiAS kaum muslimin yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dalam hadīts lain, diceritakan bahwa suatu hari, selepas melaksanakan shalat subuh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berdiri seraya bersabda:

عدلت شهادة الزور بالإشراك بالله ﷻ‬ ثم تلى هذه الآية

_”Persaksian palsu dosanya menyerupai dosa perbuatan syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”_

Kemudian Beliau membaca firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

فَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلرِّجْسَ مِنَ ٱلْأَوْثَـٰنِ وَٱجْتَنِبُوا۟ قَوْلَ ٱلزُّورِ ۞ حُنَفَآءَ لِلَّهِ غَيۡرَ مُشۡرِكِينَ بِهِ

_”Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. Beribadahlah dengan ikhlas kepada Allāh, tanpa mempersekutukan-Nya.”_

(QS. Al Hajj: 30-31)

Saat ditanya oleh salah seorang shahabat seputar al kabair (dosa-dosa besar) Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam lantas menjawab:

الإشراك بالله، وعقوق الوالدين، وقتل النفس، وشهادة الزور

_”Menyekutukan Allāh, durhaka kepada kedua orang tua, membunuh dan sumpah palsu.”_

Dalam Shahīhnya, Imam Al Bukhāri rahimahullāh membuat bab khusus seputar شهادة الزور ini. Di antara hadīts yang beliau bawakan ialah:

إِنَّ بَعْدَكُمْ قَوْمًا يَخُونُونَ وَلاَ يُؤْتَمَنُونَ و يَشْهَدُونَ وَلاَ يُسْتَشْهَدُونَ

_”Sesungguhnya setelah kalian akan ada kaum yang berkhianat sehingga mereka tidak bisa dipercaya, mereka suka bersaksi padahal tidak dimintai persaksian.”_

Dalam hadīts yang lain Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ

_”Sebaik-baik manusia adalah orang yang hidup pada zamanku, kemudian orang-orang setelahnya kemudian orang-orang setelah mereka._

ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسبِقُ شَهَادَة أحدِهمْ يَمِينه وَيَمِينه شَهَادَته

_Kemudian akan datang sebuah kaum yang persaksian seorang dari mereka di dahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.”_

(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 3651)

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam juga bersabda:

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالْجَهْلَ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَه

_”Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan keji dan perbuatan keji, Allāh tidak butuh orang itu meninggalkan makan dan minumnya.”_

(Hadīts shahīh riwayat Al Bukhāri nomor 6057)

Artinya adalah puasa orang tersebut akan sia-sia jika masih tetap melakukan perbuatan yang Allāh larang seperti قَوْلَ الزُّورِ dan شهادة الزور dan sebagainya.

Dari berbagai dalīl tersebut bisa kita ambil kesimpulan bahwa, Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengharamkan persaksian palsu karena dapat menyebabkan إبطال الحق , yaitu penyebabkan perkara yang hak menjadi terhalang.

صلى الله على نبينا محمّد و على آله وصحبه وسلم
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

____________________