Home > Halaqah Silsilah Ilmiyah > Beriman Kepada Hari Akhir > Halaqah – 40 Memperbanyak Al-Hasanah dan Menghilangkan As-Sayyi’ah

Halaqah – 40 Memperbanyak Al-Hasanah dan Menghilangkan As-Sayyi’ah

🎙 Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A حفظه لله تعالى
📗 Beriman Kepada Hari Akhir

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين

Halaqah yang ke-40 dari Silsilah Berimān Kepada Hari Akhir adalah tentang”Memperbanyak Al Hasanah (Kebaikan) Dan Menghilangkan As Sayyiah (Dosa)”

Seorang yang berimān kepada hari akhir dan berimān bahwasanya kelak akan dihisab maka hendaklah dia memohon rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla kemudian mengambil sebab supaya memiliki Al-Hasanah sebanyak mungkin dan menghilangkan dosa sebisa mungkin.

Di antara caranya adalah:

⑴ Menjaga tauhīd yang merupakan hasanah atau kebaikan yang paling besar.

Dan merupakan pondasi bagi Hasanah yang lain. Dan merupakan sebab diampuninya dosa seseorang.

⑵ Mencari amalan yang paling afdhāl.

Yang apabila dilakukan maka dia akan mendapatkan hasanah yang banyak. Yang demikian karena kita sangat butuh dengan hasanah yang banyak, sementara waktu untuk mendapatkannya adalah sangat terbatas. Amalan yang paling afdhāl setelah Rukun Islām dan kewajiban-kewajiban agama yang lain adalah tiga amalan, yaitu:

⑴ Menuntut ilmu agama
⑵ Jihād Fīsabilillāh sabilillah
⑶ Dzikrullāh yang dilakukan dengan khusyu’ di sebagian besar waktunya.

Amalan yang wajib lebih afdhāl dan lebih besar pahalanya dari pada amalan yang sunnah.

Amalan yang wajib ‘ain yaitu yang wajib atas semuanya lebih afdhāl dari pada amalan yang wajib kifayyah yang apabila dilakukan oleh sebagian maka gugur atas yang lain.

Kewajiban yang berkaitan dengan hak Allāh lebih afdhāl dari pada kewajiban yang berkaitan dengan hak mahluk.

Amalan yang lebih afdhāl adalah amalan yang dilakukan dengan lebih ikhlās dan lebih mengikuti sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Amalan sedikit yang mudah dikerjakan tanpa memberatkan diri dan dilakukan secara terus-menerus, lebih afdhāl dari pada amalan yang banyak tapi terputus.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya,

“Amalan yang paling dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah yang paling dilakukan terus-menerus meskipun sedikit” (Hadits Riwayat Bukhāri dan Muslim).

Terkadang sebuah amalan afdhāl bagi sebagian, namun belum tentu afdhal bagi yang lain.

Amalan yang manfaatnya sampai kepada orang lain lebih afdhāl dari pada amalan yang manfaatnya hanya untuk diri-sendiri.

Contohnya seperti:

√ Shadaqah dan
√ Dakwah Fīsabilillāh

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

“Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk, maka dia mendapatkan pahala orang yang mengikutinya. Tidak dikurangi dari pahala mereka sedikitpun” (Hadīts Riwayat Muslim)

Amalan yang dikerjakan di waktu yang mulia lebih afdhāl, Seperti:

√ Amalan yang dikerjakan di Bulan Ramadhān.
√ Amalan yang dikerjakan pada sepuluh hari yang pertama di Bulan Dzulhijjah.

Sebagian amalan lebih afdhāl dikerjakan di tempat mulia tertentu. Seperti:

√ Shalāt dimasjidil Harām,
√ Shalāt dimasjid Nabawī dan
√ Shalāt dimasjidil Aqsa

Di antara cara memperbanyak Al-Hasanah dan menghilangkan As-Sayyi’ah (dosa) adalah:

⑶ Memanfaat kenikmatan Allāh yang telah diberikan kepada kita semaksimal mungkin.

Seperti kenikmatan ilmu agama, kesehatan, waktu luang, harta benda, anggota badan yang lengkap dan sehat, jabatan, kenikmatan teknologi, kecerdasan, kenikmatan berbicara dan lain-lain.

Menggunakan kenikmatan tersebut di jalan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan niat yang benar, yaitu untuk mencari pahala Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya ,

“Dua nikmat yang banyak manusia yang rugi di dalamnya, kesehatan dan waktu luang” (Hadīts Riwayat Bukhāri )

Dalam hadīts yang lain Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang artinya:

“Sesungguhnya orang-orang kaya, mereka adalah orang -orang yang sedikit hasanahnya pada hari kiamat. Kecuali orang yang Allāh berikan kekayaan kemudian bershadaqah kepada yang ada di kanannya, kirinya, depan dan belakangnya dan beramal dengan kekayaan tersebut, amalan yang baik” (Hadīts Riwayat Bukhāri dan Muslim)

⑷ Dengan memperbaiki amalan supaya diterima di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Karena amalan bisa menjadi hasanah bagi seseorang bila diterima di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan syarat diterimanya amalan ada dua, yaitu:

√ Ikhlās
√ Sesuai dengan sunnah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam

⑸ Bertaubat dari dosa yang diiringi dengan imān dan amal shālih.

Karena barang siapa yang melakukan yang demikian itu, maka dosanya akan diganti dengan hasanah.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan bahwasanya,

√ Orang yang menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla
√ Membunuh jiwa tanpa hak,
√ Berzina,

Maka mereka akan mendapatkan azab yang pedih di hari kiamat.

Kecuali,

√ Apabila dia bertaubat,
√ Berimān,
√ Mengerjakan amal shālih.

Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengganti dosa-dosa mereka menjadi sebuah kebaikan. (QS Al-Furqān: 68-70)

⑹ Memperbanyak istighfār setiap melakukan dosa atau kurang bersyukur atas nikmat, atau kurang dalam melakukan kewajiban atau lalai dalam mengingat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِيْ صَحِيْفَتِهِ اِسْتِغْفَارًاكَثِيْرًا

“Tūbā bagi orang yang menemukan di dalam kitābnya istighfār yang banyak” (Hadīts Shahīh Riwayat Ibnu Mājah)

Tūbā ada yang mengatakan maknanya adalah surga, ada juga yang mengatakan maknanya adalah nama pohon di surga.

⑺ Tidak melakukan amalan yang mengurangi pahalanya

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya,

“Aku mengetahui ada sebagian umatku yang akan datang pada hari kiamat dengan membawa hasanah sebesar gunung-gunung thihamah. Maka Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan hasanah tersebut seperti debu yang beterbangan. Maka salah seorang shahābat bertanya kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tentang sifat mereka. Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengabarkan bahwasanya mereka adalah saudara-saudara kita. Shalāt malam sebagaimana kita shalāt malam, akan tetapi mereka apabila dalam keadaan sendiri dengan sesuatu yang diharāmkan, mereka pun melanggarnya. (Hadīts Shahīh Riwayat Ibnu Mājah)

Di antara cara untuk memperbanyak Al-Hasanah dan mengurangi As-Sayyi’ah adalah,

⑻ Bersabar atas musibah dan ujian.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ

“Senantiasa ujian menimpa seorang mu’min dan mu’minah, di dalam dirinya, anaknya dan juga hartanya sampai dia bertemu Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan dia tidak memiliki dosa” (Hadīts Riwayat Tirmidzi)

Di dalam hadīts yang lain, beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan yang artinya:

“Ketika orang-orang yang terkena musibah di dunia mendapatkan pahala di hari kiamat, maka ahlul ‘afiah (orang-orang yang tidak banyak terkena musibah) akan berkeinginan seandainya kulit-kulit mereka digunting di dunia” (Hadīts Hasan Riwayat Tirmidzi)

Yang demikian karena mereka melihat besarnya pahala orang-orang yang bersabar

Sebagaimana firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّـٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٍ۬

“Sesungguhnya akan disempurnakan pahala orang-orang yang bersabar tanpa batas” (QS Az-Zumar: 10)

⑼ Beramal shālih secara umum berdasarkan dalīl-dalīl yang shahīh, seperti membaca Al-Qurān, puasa dan lain-lain.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

“Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullāh (Al-Qurān), maka setiap huruf dia akan mendapatkan satu hasanah. Dan satu hasanah akan dilipatgandakan menjadi sepuluh hasanah.” (Hadīts Shahīh Riwayat Tirmidzi)

Di dalam sebuah hadīts disebutkan bahwasanya setiap amalan anak Ādam, satu hasanah akan dilipatgandakan menjadi sepuluh hasanah sampai tujuh ratus. Kecuali puasa, karena sesungguhnya puasa adalah untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan Dia-lah yang akan membalasnya. (Hadīts Shahīh Riwayat Bukhāri dan Muslim)

Mintalah senantiasa kepada Allāh pertolongan di dalam beramal, beramallah sebaik mungkin dan mohonlah kepada Allāh supaya diterima.

Dan ketahuilah bahwasanya amal kita hanyalah sebab dan bukan pengganti kenikmatan surga dan keselamatan dari neraka.

Seandainya seseorang beramal semaksimal mungkin, sebaik-baiknya selama hidupnya, niscaya tidak cukup untuk membalas kenikmatan Allāh di dunia.

Maka bagaimana dengan kenikmatan di akhirat?

Rahmat atau kasih sayang dan anugerah Allāh-lah yang lebih kita harapkan.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda yang artinya:

“Amalan seseorang tidaklah memasukkan dia ke dalam surga.

Para shahābat berkata, “Tidak juga engkau ya Rasūlullāh?”

Beliau Shallallāhu ‘alayhi wa sallam menjawab:

“Tidak juga saya”, kecuali Allāh Subhānahu wa Ta’āla melimpahkan kepadaku anugerah dan rahmatnya” (Hadīts Shahīh Riwayat Bukhāri Muslim)

Itulah yang bisa kita sampaikan pada halaqah kali ini dan sampai bertemu kembali pada halaqah selanjutnya.

والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top