Home > Grup Islam Sunnah > Kitab Sifat Shalat Nabi ﷺ > Halaqah 20 – Pembahasan Melaksanakan Sholat Sunnah Dengan Duduk Disebabkan Sakit

Halaqah 20 – Pembahasan Melaksanakan Sholat Sunnah Dengan Duduk Disebabkan Sakit

🌍 Grup Islam Sunnah | GiS
🎙 Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A.
📗 صفة صلاة النبي ﷺ من التكبير إلى التسليم كأنك تراها
📝 Syaikh Al-Albani رحمه الله
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه

Kaum muslimin dan muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS atau Grup Islam Sunnah yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu ‘Alaihi sa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Baiklah kita lanjutkan kajian kita,

Syaikh Al Albani Rahimahullah mengatakan:

وقال أيضا، سألته ﷺ عن صلاة الرجل وهو قاعد
(Wa qaala aidhan, saaltuhu shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘an shalaatir rajuli wa huwa qaaid.)

Sahabat Imran ibn Hushain juga mengatakan, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang shalatnya seseorang dalam keadaan duduk.”

فقال
(fa qaala,)

maka beliau menjawab

من صلى قائما فهو أفضل
(Man shallaa qaaiman fa huwa afdhal)

Barangsiapa yang shalat dalam keadaan berdiri maka itu lebih afdhal.

ومن صلى قاعدا فله نصف أجر القائم
(Wa man shallaa qaaidan fa lahu nisfu ajril qaaim)

Dan barangsiapa yang shalat dalam keadaan duduk maka baginya setengah pahala orang yang shalat dalam keadaan berdiri.

ومن صلى نائما وفي رواية مضطجعا فله نصف أجر القاعد
(Wa man shallaa naa’iman, wa fi riwayah, mudhthaji’an fa lahu nisfu ajril qaaid)

Barangsiapa yang shalat dalam keadaan tidur (dalam keaadaan, dalam posisi tidur) di dalam riwayat lain dalam keadaan berbaring (dalam posisi berbaring) maka dia mendapatkan separuh pahala shalatnya orang yang sambil duduk (shalatnya orang yang sambil duduk).

Jadi kalau dia shalatnya sambil berbaring, mendapatkan pahala seperempatnya orang yang shalat dalam keadaan berdiri.
Ini yang dimaksud adalah shalat sunnah, shalat yang tidak wajib berdiri.

Makanya ada pilihan-pilihan. Memang di dalam shalat sunnah kita dibolehkan memilih tapi ada konsekuensinya. Konsekuensinya pahalanya lebih, lebih sedikit.

والمراد به المريض
(Wal muraadu bihi al-mariidh)

Yang dimaksud disini adalah orang yang sakit.

فقال أنس رضي الله عنه : خرج رسول الله صلى الله عليه و سلم على ناس و هم يصلون قعودا من مرض فقال: إنا صلاة القاعد على النصف من صلاة القائم
(Fa qaala Anas radhiyallahu ‘anhu, “Kharaja Rasulullahi shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘ala naasin wa hum yushalluuna qu’uudan min maradh. “Fa qaala, ‘Inna shalaatal qaaid ‘alan nishfi min shalaatil qaaim”.”)

Anas radhiyallahu ‘anhu, berkata, “Rasulullah shallallhu ‘alaihi wa sallam pernah keluar menemui sekelompok shahabatnya yang sedang shalat sambil duduk karena sakit. Dan Beliau mengatakan, “Pahala shalat orang yang duduk adalah separuh pahala shalat orang yang berdiri”.”

وعاد رسول الله صلى الله عليه و سلم مريضا فرآه يصلي على وسادة فأخذها
(Wa ‘aada Rasulullahi shallallahu ‘alaihi wa sallam mariidhan fa raaahu yushallii ‘ala wisaadah fa akhadzaha)

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjenguk orang yang sakit dan melihatnya shalat di atas bantal.

فأخذها فرمى بها
(fa akhadzaha fa ramaa biha)

Maka Beliau mengambil bantal tersebut dan membuangnya.

فأخذ عودا ليصلي عليه, فأخذه فرمى به وقال :
(fa akhadza ‘uudan liyushalliya ‘alaihi)

Maka Beliau mengambil, lantas orang tersebut mengambil ‘uud untuk shalat di atasnya.

Yang dimaksud dengan ‘uud adalah batang kayu.

Sahabat tersebut mengambil batang kayu untuk shalat di atasnya. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengambilnya dan membuangnya. Dan Beliau mengatakan:

صلي عل الأرض إن استطعت
(shalli ‘alal ardhi inistatha’ta)

Shalatlah diatas tanah jika kamu mampu.

وإلا فأوم إيماءا
(wa illa, fa aumi iimaa`an)

Jika tidak maka berilah isyarat

واجعل سجودك أخفض من ركوعك
(waj’al sujuudaka akhfadz min rukuu’ik)

Dan jadikanlah gerakan sujudmu lebih rendah daripada gerakan rukukmu

Inilah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika melihat ada sebagian shahabatnya yang shalat dalam keadaan tidur.

Ketika shalat di atas bantal beliau ambil bantalnya. Kemudian orang tersebut mengganti bantalnya dengan batang kayu untuk duduk. Kemudian Beliaupun tidak mau demikian dan memerintahkan sahabatnya untuk shalat dengan apa adanya. Shalat di atas tanah, di atas lantai apabila mampu.

Kalau tidak mampu, sudah, shalatlah dengan isyarat dan menjadikan sujud lebih rendah daripada gerakan rukuknya.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa ‘Ala.

InsyaaAllah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top