Home > Grup Islam Sunnah > Kitab Sifat Shalat Nabi ﷺ > Halaqah 15 – Sejarah Perubahan Arah Kiblat

Halaqah 15 – Sejarah Perubahan Arah Kiblat

🌍 Grup Islam Sunnah | GiS
🎙 Ustadz Dr. Musyaffa Ad Dariny M.A.
📗 صفة صلاة النبي ﷺ من التكبير إلى التسليم كأنك تراها
📝 Syaikh Al-Albani رحمه الله
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه

Kaum muslimin dan muslimat yang saya cintai karena Allah, khususnya anggota GiS atau Grup Islam Sunnah yang semoga dirahmati dan diberkahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan bersama-sama mengkaji sebuah kitab yang sangat bagus yang ditulis oleh Asy Syaikh Al Albani rahimahullah, yakni kitab Sifat Shalat Nabi atau sebagaimana judul aslinya Shifatu Shalatin Nabiyyi Shallallahu ‘Alaihi sa Sallam Minattakbiri ilattaslim Ka-annaka Taraha (Sifat Shalat Nabi Mulai dari takbir sampai Salamnya Seakan-akan Anda Melihatnya).

Baiklah kita lanjutkan kajian kita,
Muallif rahimahullah sekarang (akan) menjelaskan bagaimana sejarah memghadap kiblat ini. Dahulu di awal Islam, kiblat shalat adalah Baitu Maqdis. Kemudian setelah itu dipindah Allah Subhanahu wa Ta’ala ke Masjidil Haram.

و كان صلى الله عليه وسلم يصلي نحو بیت المقدس – [ والكعبة بين يديه ] – قبل أن تنزل هذه الآية : {قد نرى تقلب وجهك في السماء فلنولينك قبلة ترضاها فول وجهك شطر المسجد الحرام(ه) ، فلما نزلت استقبل الكعبة ، فبينما الناس بقباء في صلاة الصبح ؛ إذ جاءهم آت فقال : إن رسول الله صلى الله علية وسلم قد أنزل عليه الليلة قرآن، وقد أمر أن يستقبل الكعبة [ألا] فاستقبلوها. وكانت وجوههم إلى الشام، فاستداروا، [واستدار إمامهم حتى استقبل بهم القبلة].

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah shalat di Baitul Maqdis diawal-awal islam dan menjadikan Ka’bah berada di antara Beliau dengan Baitul Maqdis sementara Ka’bah di depan Beliau sebelum diturunkannya ayat ini:

“Kami melihatmu wahai Muhammad, sering menengadah ke langit (berdoa kepada Allah agar Allah mengalihkan kiblat kaum muslimin). Maka akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau senangi.”

Diijabahi oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala doanya:

“Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.”

Ini perintah dan semua perintah menunjukan kewajiban, artinya kita wajib untuk menghadap ke kiblat (Masjidil Haram sekarang).

Tatkala turun ayat ini, Beliaupun menghadap ke arah Ka’bah. Sementara waktu itu waktu orang-orang yang berada di Kuba.

Ini menjelaskan tentang bagaimana keadaan para shahabat ketika itu.

Shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di Madinah itu berpencar-pencar ada yang di Masjid Nabawi, ada yang di Masjid Kuba, ada yang di Masjid Bani Salimah (Masjid Qiblitain). Jadi ada tempat-tempat kerumunan masyarakat, sehingga ketika ayat turun di masyarakat Masjid Nabawi belum tentu langsung sampai ke masyarakat yang ada di Masjid Kuba Dan inilah yang terjadi ketika turun ayat untuk menghadap ke Masjidil Haram dalam shalat.

Sementara itu orang-orang Kuba sedang melaksanakan shalat subuh, jadi ayatnya turun malam hari dan belum sampai ke masyarakat yang ada di Kuba dan mereka ketika itu shalat dengan menghadap Baitul Maqdis.

Tiba-tiba datang seorang seraya mengabarkan bahwa telah diturunkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam Al Quran pada malam itu yang memerintahkan Beliau agar menghadap ke Ka’bah.

Ketika itu mereka masih menghadap ke arah Syam ini kalau di Madinah arahnya ke utara, karena Syam itu dari kata-kata syamal arahnya utara.

Lantas imam mereka memutar hingga menghadap ke arah Ka’bah bersama mereka.

Bagaimana Imamnya ini?

Yang asalnya paling depan menjadi paling belakangnya, jadi harus ada gerakan. Ini menunjukkan bahwa gerakan, walaupun banyak, di dalam shalat kalau untuk menyempurnakan shalat maka tidak masalah.

Yang tadinya Imam di paling belakang dia harus berjalan ke depan, inilah yang terjadi di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak ada yang mengingkari sama sekali. Menunjukan gerakan di dalam shalat walaupun banyak tapi untuk kemaslahatan shalat maka di diperbolehkan.

Seperti misalnya kalau ada HP berdering, jangan dibiarkan, tapi tutup langsung karena itu berhubungan dengan maslahat shalat. Kalau tidak dimatikan langsung, berapa kaum muslimin yang shalat akan terganggu. Apalagi kalau yang berdering adalah dangdutan bisa bergoyang semua orang yang ada di masjid dan ini mengganggu kekhusyukan orang dalam shalat. Tidak hanya satu orang yang diganggu, seluruh masjid.

Maka kalau misalnya HP kita berdering, segera dimatikan karena hal itu termasuk maslahat shalatnya. Atau melihat ular maka bergerak untuk membunuhnya dahulu kemudian setelah itu diteruskan shalat. Karena ini membahayakan shalatnya orang itu juga.

Maka dibolehkan melakukan gerakan walaupun banyak kalau berhubungan dengan maslahat shalat, ada kebutuhan yang mendesak untuk itu. Sebagaimana shahabat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika shalat di Kuba, imamnya melakukan gerakan yang banyak.

Seperti misalnya ketika orang tidak bisa duduk dengan duduknya orang shalat, dia boleh untuk melakukan gerakan-gerakan misalnya memposisikan dirinya duduk bersila atau kakinya tidak ditekuk, kakinya lurus, tapi dia masih mampu kalau berdiri.

Maka ketika dia berdiri maka dia harus berdiri, tapi ketika akan sujud karena dia tidak bisa menekuk maka dia bisa duduk dulu dalam keadaan kaki dipanjangkan. Ini memerlukan gerakan yang banyak tapi karena gerakan ini untuk maslahat shalatnya, maka tidak tidak apa-apa, tidak masalah, tidak mempengaruhi sah shalatnya.

Inilah keindahan Islam, Inilah Islam yang sangat memudahkan pemeluk-pemeluknya. Tapi tetap menjaga maslahat pemeluknya untuk akhiratnya.

Jadi, mengapa Islam memerintahkan kita untuk beribadah, bukankah beribadah ini ada yang berat?

Karena Islam menginginkan kita mendapatkan pahala di akherat ini, maslahat akherat kita. Tapi ketika ada kesulitan-kesulitan dalam melakukan ibadah tersebut maka diberikan kemudahan. Indah bukan?

Islam memperhatikan kita di dunia juga memperhatikan kita di akherat.

Kalau Islam membolehkan kita untuk tidak beribadah maka apa yang terjadi?

Bekal kita di akhirat menjadi menjadi sedikit. Agar bekal Kita di akhirat banyak, ada amalan-amalan yang diwajibkan. Kalau kurang banyak ada amalan-amalan yang disunnahkan.

Inilah indahnya Islam, yang memberikan kemaslahatan kepada pemeluknya. Maslahat dunia dan akhirat

Demikian yang bisa ana sampaikan pada kesempatan kali ini kurang lebihnya mohon maaf.

Wallahu Ta’ala A’lam.

Demikianlah yang bisa kita kaji pada kesempatan kali ini semoga menjadi ilmu yang bermanfaat dan diberkahi oleh Allah Jalla wa ‘Ala.

Insyaa Allah kita akan lanjutkan pada kesempatan yang akan datang.

والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top