Orang Tua adalah Guru Paling Utama

🌍 Belajar Islam
🎙 Ustadz Beni Sarbeni حفظه لله تعالى
📗 Pendidikan Anak
〰〰〰〰〰〰〰

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وأصحابه وَمَنْ وَالاَهُ أمَّا بعد

Para Orang tua yang semoga dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala, judul untuk,materi kali ini adalah: Orang Tua Guru Paling Utama.

Judul di atas sekurang-kurangnya memberikan dua faidah yang sangat penting;
• Orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap Pendidikan anak-anaknya,
• Orang tua adalah guru terbaik jika benar-benar dia ingin berperan sebagai seorang guru bagi anak-anaknya.
Para Ibu dan Bapak yang semoga dimuliakan oleh Allah rabbul ‘alamin

1. Orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap Pendidikan anak-anaknya:

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ قُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِيكُمۡ نَارٗا

“Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka……” (QS. At-Tahrim [66]: 6)

Apa maksud menjaga keluarga dari api neraka?

Ali bin Abi Thalib radhiallahu ta’ala anhu berkata:

“Maknanya adalah Ajarkan dan Didiklah mereka”.[1]

Jadi menjaga keluarga dari api neraka adalah dengan mendidik dan mengajarkan mereka, berarti orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak mereka, bukan Sekolah juga bukan Pesantren.

Karena itu ketika kita memasukan anak kita ke Pesantren atau ke Sekolah, maka tidak otomatis tanggung jawab itu hilang atau beralih, orang tua tetap bertanggung jawab dan Sekolah atau Pesantren membantu mereka dalam melaksanakan tugas yang sangat agung ini.

Sungguh, setiap kita akan ditanya tentang tanggung jawab tersebut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلاَ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالأَمِيرُ الَّذِى عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ

“Sungguh, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian diminta pertanggung jawaban atas apa yang ia pimpin, seorang penguasa adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya, seorang lelaki pemimpin atas penghuni rumahnya dan diminta pertanggung jawaban atas mereka, dan wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya”.

Jadi, seorang bapak akan diminta pertanggungjawaban tentang pendidikan anaknya, bagaimana dia mendidik anaknya? apakah diajarkan bagaimana mengenal Allah, bagaimana mengenal Nabi, bagaimana mengenal Islam? (tiga perkara yang akan ditanya di alam kubur)

Jika orang tua tidak mengajarkan hal itu pada anak-anaknya, maka di hari kiamat ia akan diminta pertanggungjawaban.

Orang tua akan ditanya “apa makna Laa Illaha illallah?”, diapun akan diminta pertanggungjawaban apakah orang tua tersebut mengajarkan pada anak-anaknya apa makna Laa Illaha illallah.

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

2. Orang tua adalah guru terbaik jika benar-benar dia ingin berperan sebagai seorang guru bagi anak-anaknya:

Para orang tua, ibu dan bapak yang semoga dirahmati oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Masing-masing diantara kita bisa menjadi guru terbaik untuk mereka.

Diungkapkan dalam sebuah syiir:

وَينَشْأُ نَاشِئُ الْفِتْيَانِ مِنَّا … عَلَى مَا كَانَ عَوَّدَهُ أَبُوْهُ

“Seorang pemuda akan tumbuh, dengan sesuatu yang dahulu dibiasakan oleh orang tuanya.”

Orang tua bisa menjadi guru terbaik bagi anak-anaknya karena pengaruh orang tua sangatlah besar, bahkan dalam hal-hal yang secara tidak langsung, misalnya keshalihan mereka akan sangat mempengaruhi keshalihan anak-anaknya.

Demikian pula orang tua itu bisa jadi guru dalam banyak hal, bahkan tanpa batas, menjadi guru bagi anak-anaknya bagaimana dia makan, bagaimana dia tidur, bagaimana dia masuk wc, bagaimana dia duduk bersama yang lainnya dan seterusnya.

Tidak seperti guru di sekolah hanya bisa menjadi contoh dalam perkara-perkara yang sangat terbatas.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَأَمَّا ٱلۡجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَٰمَيۡنِ يَتِيمَيۡنِ فِي ٱلۡمَدِينَةِ وَكَانَ تَحۡتَهُۥ كَنزٌ لَّهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَٰلِحا

“Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh…” (QS. Al-Kahfi [18]: 82)

Dalam ayat di atas, Allah subhanahu wa ta’ala menjelaskan bahwa Allah menjaga harta kedua anak Yatim itu, dan Allah subhanahu wa ta’ala menyebutkan, bahwa diantara alasannya adalah keshalihan orang tua mereka.

Jadi keshalihan orang tua menjadi kebaikan bagi anak-anak mereka.

Jika kita benar-benar menjadi guru yang baik bagi anak-anak niscaya pengaruhnya jauh akan lebih besar daripada guru-guru mereka yang ada di sekolah, maka orang tua pun harus belajar; belajar menjadi pelajar dan belajar menjadi pengajar.

Semoga sedikit yang saya sampaikan ini bermanfaat bagi kita semua.

Akhukum fillah

Abu Sumayyah Beni Sarbeni
________________________________________
[1] Al-Jami fi Ahkam wa Adabis Shibyan, hal. 13