Halaqah 18 : Iman Kepada Takdir Allāh ﷻ
🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Afifi Abdul Wadud, BA حفظه لله تعالى
📗 Kitāb Syarhu Ushul Iman Nubdzah Fīl ‘Aqīdah (شرح أصول الإيمان نبذة في العقيدة)
📝 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
〰〰〰〰〰〰〰
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
إن الحمد الله وصلاة وسلام على رسول الله وعلى آله واصحابه و من والاه، و لا حول ولا قوة إلا بالله اما بعد
Sahabat BiAS, kaum muslimin rahīmani wa rahīmakumullāh.
In syā Allāh kita kembali melanjutkan pembahasan dari Risalah Syarah Ushul Iman Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullāhu ta’āla.
Dan in syā Allāh kita masuk pada pembahasan:
▪︎ *Iman Kepada Takdir Allāh (الإيمان بالقدر)*
Salah satu di antara rukun iman yang Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam ajarkan adalah beriman kepada takdir Allāh Ta’āla. Artinya ketika seseorang imannya rusak kepada takdir maka imannya tidak sah (gugur) keimanannya.
Mengimani takdir adalah satu di antara rukun iman yang wajib diimani oleh setiap muslim.
Adapun takdir Allāh Subhānahu wa Ta’āla terhadap alam semesta ini sesuai dengan ilmu-Nya.
Ada empat hal yang mesti (harus) kita tetapkan, yaitu:
الإيمان بأن الله تعالي علم بكل شيءجملة و تفصيلا
⑴ Beriman bahwa Allāh علم بكل شيء mengetahui segala sesuatu جملة و تفصيلا baik segala global maupun secara tafshīl (terperinci). Tidak ada yang terlewatkan dari pengetahuan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Azali (أزَلِيّ) Ilmu Allāh tidak didahului oleh tidak tahu, tetapi Allāh telah tahu dari zaman dahulu tanpa diawali dengan ketidak-tahuan (sejak dulu tanpa awalan).
Ilmu Allāh akan abadi (أبَدًا) tidak mengalami rusak dan tidak mengalami kekurangan sehingga Allāh Subhānahu wa Ta’āla Dzat yang mengetahui atas segala sesuatu baik yang berkaitan dengan perbuatan Allāh maupun yang berkaitan dengan perbuatan hamba-hamba-Nya.
Semuanya dalam cakupan ilmu Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
الإيمان بأن الله كتب ذلك في اللوح المحفوظ
⑵ Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mencatat semua takdirnya dalam kitab catatan takdir Allāh di Lauhil Mahfūdz.
Induk kitab catatan takdir di Lauhil Mahfūdz tersebut dalam surat Al-Hajj ayat 70.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
أَلَمۡ تَعۡلَمۡ أَنَّ ٱللَّهَ يَعۡلَمُ مَا فِي ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِۚ إِنَّ ذَٰلِكَ فِي كِتَٰبٍۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٞ
_”Tidakkah engkau tahu bahwa Allāh mengetahui apa yang di langit dan di bumi? Sungguh, yang demikian itu sudah terdapat dalam sebuah Kitab (Lauhil Maḥfūdz) Sesungguhnya yang demikian itu sangat mudah bagi Allāh.”_
Sebagaimana pula disebutkan di dalam hadīts shahīh dari Shahīh Muslim.
Dari Abdullāh ibnu Amr ibnu Ash radhiyallāhu ‘anhumā, beliau berkata.
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ
“ كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ – قَالَ – وَعَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ
Aku mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, _”Allāh Subhānahu wa Ta’āla telah mencatat semua takdir setiap makhluk sebelum 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”._
(Hadīts shahīh riwayat Muslim nomor 2653)
Sehingga ayat dan hadīts tadi menghimpun dua rukun takdir, yaitu
① Beriman tentang ilmu Allāh (semuanya dalam cakupan ilmu Allāh Ta’āla).
② Tulisan takdir Allāh di dalam Lauhil Mahfūdz.
الإيمان بأن جميع الْكَائِنَات لا تكون إلا بمشيئة الله
⑶ Beriman dengan kehendak Allāh Ta’āla. Di mana tidak ada di alam semesta ini yang terjadi kecuali dengan masyīatullāh (kehendak Allāh Subhānahu wa Ta’āla) baik yang berkaitan dengan perbuatan Allāh ataupun yang berkaitan dengan perbuatan makhluknya.
Semua yang terjadi, terjadi dengan kehendak Allāh Ta’āla, tidak ada kejadian-kejadian yang terjadi di luar kehendak Allāh Ta’āla.
Itulah yang Allāh tegaskan dalam ayat,
وَيَفْعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ
_”Allāh akan melakukan apapun yang Allāh kehendaki.”_
(QS. Ibrahim: 27)
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَآءُ وَيَخْتَارُ
_”Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya”_
(QS. Al-Qashash: 68)
Ini semua berkaitan dengan kehendak Allāh, bahwa semua yang terjadi baik yang berkaitan dengan perbuatan Allāh maupun perbuatan makhluk, maka semuanya terjadi dengan kehendak Allāh Subhānahu wa Ta’āla
الإيمان بأن جميع الْكَائِنَات مخلوقة لله بذواتها
⑷ Mengimani semua selain Allāh adalah makhluk, baik itu manusia maupun perbuatannya (dzat dan sifatnya atau gerakkannya) sehingga tidak ada selain Allāh kecuali semuanya adalah ciptaan Allāh Ta’āla.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
وَٱللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ
_”Allāh-lah yang menciptakan kalian dan apa yang kalian perbuat itu”._
(QS. Ash-Shāffāt: 96)
ٱللَّهُ خَـٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍۢ
_”Allāh menciptakan segala sesuatu.”_
(QS. Az-Zumar: 62)
Sehingga segala sesuatu yang ada semuanya ciptakan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Yang perlu ditegaskan bahwa beriman kepada takdir itu tidak meniadakan adanya kehendak dan qudrah (kekuatan) bagi makhluk.
Bersama dengan kita mengimani tentang ilmu Allāh, masyīah (kehendak Allāh), kitab catatan takdir Allāh, semua itu adalah makhluk Allāh. Maka mengimani takdir, tidak meniadakan masyīah (kehendak) dan qudrah (kekuatan) bagi makhluk.
Sebagaimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyebutkan tentang kita (manusia) tentang masyīahnya para makhluk.
Allāh berfirman:
فَمَن شَآءَ ٱتَّخَذَ إِلَىٰ رَبِّهِۦ مَـَٔابًا
_”Barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.”_
(QS. An-Nabā: 39)
فَأْتُوا۟ حَرْثَكُمْ أَنَّىٰ شِئْتُمْ
_”Ketika Allāh berbicara tentang suami-istri, Allāh berbicara dengan tamsīl, “Silahkan datangi kebun kalian dari arah mana yang kalian kehendaki.”_
(QS. Al-Baqarah: 223)
Sehingga -مَن شَآءَ أَنَّىٰ شِئْتُمْ – menunjukkan manusia mempunyai kehendak. Karena ini untuk membantah orang-orang yang mereka mengingkari tentang kehendak Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam kehidupan para makhluk.
Adapun manusia mempunyai istithā’ah (إستطاعة) manusia mempunyai kemampuan.
Allāh katakan:
فَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ مَا ٱسۡتَطَعۡتُمۡ
_”Bertaqwalah kalian kepada Allāh sesuai dengan kemampuan kalian.”_
(QS. At-Taghābun: 16)
Sehingga Allāh menegaskan Allāh memiliki qudrah (kemampuan)
Sebagaimana Allāh katakan:
لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
_”Allāh tidak akan membebankan kepada jiwa kecuali sesuai dengan kemampuannya.”_
(QS. Al-Baqarah: 286)
Dan kenyataannya juga demikian, bahwasanya manusia memiliki masyīah (kehendak) qudrah (kekuatan) dan manusia pun menyadari akan perkara ini.
Ada sesuatu yang terjadi dengan kehendak dan kekuatan Allāh juga dengan kehendak dan kekuatan manusia, ada juga sesuatu yang terjadi di luar kehendak manusia.
Seperti menggigil, perbuatan refleks, perbuatan ini di luar kehendak manusia tapi secara umum apa yang dilakukan manusia adalah dengan kehendak dan kemampuannya.
In syā Allāh, kita akan lanjutkan pembahasan ini pada pembahasan berikutnya.
Semoga bermanfaat.
و صلى الله عليه وسلم الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
________________