Home > Bimbingan Islam > Matan Abu Syuja > Kajian 126 | Riba (03)

Kajian 126 | Riba (03)

🌍 BimbinganIslam.com
👤 Ustadz Fauzan ST, MA
📗 Matan Abu Syuja
📝 Ahmad bin Al-Husain bin Ahmad Al-Asfahāniy (Imam Abū Syujā’)
〰〰〰〰〰〰〰

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وبعد

Ikhwāh Fīddīn A’ādzaniyallāh wa Iyyakum.

Penulis berkata:

فلا يحلو الذهب بالذهب والفضة كذلك إلا متماثلا نقدا

Disyaratkan di dalam barang-barang ini (yang disebutkan tadi, emas dengan emas begitu juga perak dengan perak) tidak sah kecuali harus sama, langsung serah terima.

Artinya kalau 5 gram emas harus ditukar dengan 5 gram emas, 5 gram perak harus ditukar dengan 5 gram perak (harus sama), secara: نقدا , artinya langsung serah terima.

Ini syaratnya: Sama jumlahnya sama jenisnya dan dia harus langsung serah terima.

ولا بيع ما ابتاعه حتى يقبضه

Dan tidak menjual sesuatu barang yang dia beli sampai dia telah serah terima.

Dan ini masuk pada perkara serah terima.

Kita kembali pada permasalah kita tadi, bahwa riba terjadi pada emas, perak dan juga bahan makanan, artinya pada barang yang lain selain emas dan perak maka tidak terjadi riba, (misalnya) pada nikel.

√ 1 Kg nikel dengan 2 Kg nikel ini tidak riba.
√ 1 motor dengan 2 motor ini bukan masuk pada barang-barang ribawiyyah.

Disebut oleh para ulama sebagai barang-barang ribawiyyah artinya ada aturannya. Yang pertama: متماثلا , harus sama. Yang kedua: نقدا, harus serah terima.

Apabila berbeda, seseorang menjual emas ditukar dengan perak, maka boleh berbeda 1 gram emas dengan 10 gram perak boleh, dengan syarat: نقدا , langsung serah terima.

Kita masuk pada berikutnya:

ولا بيع ما ابتاعه حتى يقبضه

Dan tidak boleh seseorang menjual sesuatu yang dia beli sampai telah terjadi serah terima.

Ini yang banyak terjadi. Seseorang membeli sesuatu dari orang lain dan belum terjadi serah terima, kemudian orang yang membeli tersebut langsung menjual kepada orang lain.

Serah terima disini ada aturannya.

Contoh misalnya:

Seorang membeli rumah, kapan dikatakan dia sudah serah terima rumah tersebut?

Yaitu apabila rumahnya sudah dikosongkan atau sudah terima kuncinya, maka ini sudah serah terima, dan saat itu boleh si pemilik baru menjual kepada orang lain.

Kalau dia baru beli akad saja dan belum terjadi serah terima, maka berdasarkan pendapat syafiyyah tidak boleh dia menjualnya.

Kalau jual beli barang maka serah terimanya adalah penjual memberikan barang tersebut kepada pembeli dan kemudian pembeli boleh menjual barang tersebut kepada orang lain.

Jika barang tersebut belum diserahkan maka kita tidak boleh menjualnya.

Setiap barang, di sana ada definisi serah terimanya. Apakah sudah terjadi serah terima atau belum.

Disebutkan poin berikutnya:

ولا بيع اللحم بالحيوان

Tidak boleh menjual lahm bilhāyawān (daging dengan hewan ternak).

Ini terjadi pada zaman dahulu.

Seorang memiliki daging misalnya 30 Kg daging kambing tersebut dijual (diganti/barter) dengan 2 ekor kambing yang masih hidup atau sebaliknya 20 Kg daging kambing dijual dengan 1 ekor kambing yang masih hidup, maka ini tidak boleh dan dilarang oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Apakah dia sejenis ataukah dia di luar jenisnya, (misalnya) daging sapi 3 Kg atau 5 Kg dijual dengan 1 ekor kambing yang masih kecil (misalnya) maka ini tidak boleh karena ada hadīts yang melarang hal tersebut.

نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن تبايع الشاه باللحم

“Bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam melarang diperjual-belikan kambing dengan daging.”

Walau hadīts ini dhaif, tetapi hadīts ini dipakai oleh para ulama untuk digunakan sebagai dalīl.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
واخردعوانا أن الحمد لله رب العالمين
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top