Home > Dirosah Islamiyah > Kajian Tematik Ramadhan 1442H > Tadabbur Ayat Al-Quran Al-A’rāf: 204-206 Bagian Ketiga

Tadabbur Ayat Al-Quran Al-A’rāf: 204-206 Bagian Ketiga

🌍 WAG Dirosah Islamiyah
🎙 Ustadz Dr. Muhammad Nur Ihsan, M.A. حفظه الله تعالى
📗 Kajian Tematik Ramadhan 1442H
~~~•~~~•~~~•~~~•~~~

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ ، أَمَّا بَعْدُ

Ikhwatal Iman Rahimakumullah, di kesempatan yang mulia ini kita akan bersama-sama mentadabur firman Allāh Tabaraka Wa Ta’ala di dalam Surat Al-A’raf ayat 204–206.

Ikhwatal iman Rahimakumullah, 3 ayat yang mulia di akhir surat Al-A’raf ini mengandung banyak pelajaran yang harus kita cermati, yang mudah-mudahan menjadi panduan dalam hidup kita di dalam berubudiyah dan berdzikir secara khusus kepada Allāh Tabaraka Wa Ta’ala.

Yang pertama ayat 204, menjelaskan kepada kita perintah untuk mendengarkan Al-Qurān dan itu merupakan sebab mendapatkan rahmat. Maka mendengarkan Al-Qurān, mentadabur ayat-ayat Al-Qurān bila dibaca merupakan sebab utama untuk mendapatkan rahmat Allāh.

Barangsiapa yang ingin mendapatkan rahmat Allāh, maka sebab yang utama untuk mendapatkannya adalah membaca Al-Qurān, mendengarkan Al-Qurān, mentadabur isi kandungan Al-Qurān.

Bulan Ramadhan kesempatan yang mulia untuk kita untuk banyak membaca Al-Qurān, mentadabur ayat-ayat dan juga mendengarkan bacaan Al-Qur’anul Karim.

Kemudian bila kita mendengar bacaan Al-Qurān, didengarkan. Terutama dalam shalat. Shalat jahriyah bila dibaca Al-Qurān maka kita mendengarkan. Dalam hadits disebutkan,

إِنَّمَا جُعِلَ الْإِمَامُ لِيُؤْتَمَّ بِهِ فَإِذَا كَبَّرَ فَكَبِّرُوا وَإِذَا قٙرٙءٙ فٙااٙنْسِتُوْ

Imam itu dijadikan untuk diikuti. Apabila dia bertakbir, ikuti takbirnya. Apabila dia membaca Al-Qurān, maka didengarkan.

Kemudian ayat tersebut juga mengandung pelajaran yang berharga dalam hidup kita bahwa di dalam firman Allāh,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ

Terdapat berbagai adab dan tata cara dalam berdzikir.

• Yang pertama, berdzikir فِي نَفْسِكَ (di dalam jiwa kita) dzikir dengan hati dan tidak mengeraskan suara. Berdzikir di dalam hati disembunyikan.

Apa maksudnya? Tatkala kita mengucapkan dengan lisan kita,

سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر

Hati kita menghadirkan ucapan dan bacaan yang kita ucapkan dengan lisan kita. Hadirkan keagungan, kebesaran Allāh dalam hati dan jiwa kita. Allāh Yang Maha Suci, Allāh Yang Maha Agung, Allāh Yang Maha Besar, Allāh Yang Maha Mulia. Tiada Ilah yang berhak di ibadati.

سبحان الله والحمد لله ولا إله إلا الله والله أكبر.

Kemudian lisan kita mengucapkan. Dan dzikir dengan hati sebagai pertanda keikhlasan dan ketulusan dalam berdzikir. Karena dia berdzikir untuk Allāh bukan untuk manusia.

Kemudian di dalam berdzikir hendaklah di sertai dengan ketundukkan hati dan rasa takut. Merendahkan diri kepada Allāh. Jangan sombong. Jadi hati meyakini, kemudian jiwa dengan diri kita tunduk, pasrah, berserah diri kepada Allāh Tabaraka Wa Ta’ala.

Kemudian juga di dalam berdzikir hendaklah disertai rasa takut وَخِيفَةً ini adab dalam berdzikir, وَخِيفَةً (rasa takut) kepada Allāh, takut terhadap adzabnya dan takut juga terhadap amalan kita. Apakah amalan itu diterima atau ditolak.

Maka seorang mukmin apapun yang dia kerjakan, ketaatan apapun yang dia lakukan selalu ada di dalam hatinya rasa takut. Dia khawatir ketika amalan dzikirnya ditolak oleh Allāh Tabaraka Wa Ta’ala.

Dia juga takut, kesungguhan apapun yang dilakukan dalam beribadah akan tetap ada kekurangan, keterbatasan dalam ibadah tersebut. Maka dia takut kepada Allāh Tabaraka Wa Ta’ala. Sifat orang beriman sebagaimana kata Allāh dalam QS Al-Mu’minun: 60

وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رَٰجِعُونَ

Orang-orang yang melakukan apa yang telah mereka kerjakan di dalam amalan ketaatan, kebajikan, hati mereka selalu di dalamnya ada rasa takut. Mereka yakin akan kembali kepada Allāh, takut tidak diterima amalannya.

Kemudian di antara adab dalam berdzikir yaitu di sirr-kan tidak dikeraskan, tidak teriak-teriak. Apalagi kalau harus pakai pengeras suara, teriak-teriak, untuk apa berdzikir dengan teriak-teriak. Itu menyelisihi adab dalam berdzikir.

Allāh itu mendengar, bukan kita menyeru memanggil dzat yang jauh yang harus teriak-teriak pakai pengeras suara, tidak! Qorībun Munajih (Allāh itu Maha Dekat).

Kemudian mengeraskan suara itu, lebih membawa kepada riya’ karena ingin didengar oleh orang lain. Tapi mengecilkan suara atau merendahkan suara di dalam berdzikir hanya diperdengarkan kepada diri seseorang, maka ini akan lebih membawa kepada keikhlasan.

Kemudian di dalam berdzikir waktu yang paling utama di dalam berdzikir adalah di pagi dan petang hari. Sebagaimana ayat yang menjelaskan بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ . Maka perbanyak berdzikir pada pagi dan petang hari. Jangan lalai. Terutama di bulan Ramadhan ini. Orang yang paling banyak pahalanya adalah orang yang paling banyak berdzikir kepada Allāh Tabaraka Wa Ta’ala.

Kemudian larangan dari kelalaian, jangan lalai! Antara kelalaian dan dzikir dua hal yang berlawanan. Siapa yang tidak berdzikir berarti terjerumus ke dalam kelalaian, seorang yang berdzikir berarti dia selamat dari kelalaian. Tidak ada pilihan lain.

Maka untuk menyelamatkan diri dari kelalaian adalah dengan banyak berdzikir kepada Allāh. Sebagaimana yang dilakukan Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wa Sallam Beliau berdzikir dalam setiap kondisi dan keadaan.

Kemudian di antara faedah yang terkandung dalam ayat tersebut, hendaklah kita mencontoh akhlak bagaimana kesungguhan para malaikat di dalam beribadah.

Kenapa Allāh sebutkan di akhir ayat tersebut bagaimana para malaikat bersunggguh-sungguh di dalam beribadah? Agar kita mencontoh mereka. Mereka makhluk yang mulia. Diciptakan Allāh untuk beribadah. Tidak pernah bosan dalam beribadah.

Maka hendaklah kita juga mencontoh sifat malaikat yang mulia tersebut di dalam beribadah dan banyak melakukan ketaatan kepada Allāh.

Semoga Allāh Tabaraka Wa Ta’ala memberikan taufik dan hidayah kepada kita serta kemudahan dan pertolongan di dalam berubudiyah kepada-Nya dengan banyak berdzikir terutama di bulan yang penuh berkah ini.

اللهم آمين
اللَّهُمَّ أَعِنِّى عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

•┈┈┈•◈◉◉◈•┈┈┈•

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top