Bab 10 | Hijrahnya Sebagian Shahabat Ke Habasyah (Bag. 1 dari 11)
🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~
بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه
Para shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Pada pertemuan yang lalu, kita telah membahas metode-metode yang digunakan orang-orang kāfir dalam menghalangi dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, metode yang mereka (orang-orang kāfir Quraisy) tempuh di antaranya:
⑴ Menjatuhkan mental Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (berupa hinaan maupun ejekan).
⑵ Mengganggu secara fisik dengan menyiksa para shahābat yang mereka mampu untuk menyiksa.
Dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tetap berusaha untuk tetap berdakwah meskipun kondisi demikian.
Dan di antara metode yang diambil oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam untuk melanjutkan dakwah beliau adalah beliau mencari suatu tempat untuk berkumpul para shahābat, (karena) para shahābat butuh untuk berkumpul untuk terus mendapat wejangan dari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, agar terus kokoh imān mereka.
Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengambil rumah milik seorang shahābat yang bernama Al Arqam bin Abil Arqam radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu. Rumah beliau dikenal dengan Dārul Arqam (yaitu) tempat berkumpulnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan para shahābat.
Kira-kira jumlah para shahābat saat itu 60 orang, sebagaimana yang dijelaskan oleh para ahli sejarah.
Dan yang menakjubkan adalah orang-orang kāfir Quraisy, mereka tidak mengetahui tempat berkumpulnya Nabi dan para shahābat ini.
Padahal kita tahu bahwasanya kota Mekkah adalah kota yang kecil penduduknya tidak sampai jutaan tidak seperti sekarang. Mereka saling mengenal, masing-masing kabilah mengenal anggota kabilahnya.
Sementara mereka tidak tahu di mana tempat bertemunya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan para shahābat.
Mereka tahu di mana Dārul Arqam (rumahnya Arqam), yaitu dekat Jabal Shafā. Posisinya dekat dengan Ka’bah. Akan tetapi pintu masuknya dari belakang sehingga jika ada orang masuk ke rumah itu maka orang tidak memperhatikan, karena kebanyakan orang-orang sibuk di Jabal Shafānya.
Pintu masuk Dārul Arqam dari belakang dan inilah yang membuat rumah tersebut tidak diketahui oleh orang-orang kāfir Quraisy
Di antara penyebab yang menyebabkan kenapa orang-orang kāfir Quraisy tidak mengetahui adalah:
1). Al Arqam bin Abil Arqam ini umurnya masih muda, sekitar 16 tahun dan dia bukan dikenal orang dengan Islāmnya.
Kita tahu bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak menyebutkan siapa-siapa saja yang masuk Islām (bahkan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berusaha menyembunyikan nama-nama orang-orang yang masuk Islām) karena kondisi genting tatkala itu.
Salah satunya Al Arqam, dia tidak dikenal sebagai orang yang menjahrkan (menampakan) Islāmnya.
Orang-orang kāfir Quraisy menyangka, kalau Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam ingin mengambil markas maka akan mengambil markas di tempat pembesar para shahābat, (misalnya) mungkin di rumah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Utsmān bin Āffan, Abdurrahman bin ‘Auf. Tetapi ternyata yang digunakan sebagai tempat berkumpulnya para shahābat adalah rumahnya seorang anak muda yaitu Al Arqam bin Abil Arqam.
2). Tidak ada yang menyangka kalau Al Arqam bin Abil Arqam dari Kabilah banī Makzhum, banī Makzhum adalah kabilahnya Abū Jahal.
Kita tahu bahwasanya kabilah yang paling sering bersaing dengan kabilahnya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Bani Hāsyim atau Abdi Manāf ) adalah kabilah banī Makzhum.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa yang membuat Abū Jahal tidak mau masuk Islām adalah dia merasa tersaingi oleh Kabilah Abdi Manāf (kabilahnya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam) dan kabilahnya (Abū Jahal) paling membenci kabilahnya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.
Maka tidak terpikir di benak mereka bahwa rumah yang akan digunakan sebagai markas (tempat berkumpulnya para shahābat) adalah rumah salah seorang dari mereka (kabilah banī Makzhum).
Ini menunjukkan bagaimana besarya perjuangan Al Arqam. Jika ketahuan kalau rumahnya digunakan sebagai markas (tempat berkumpulnya para shahābat) maka dia akan segera dibunuh oleh Abū Jahal, di mana tatkala itu Abū Jahal adalah bosnya banī Makzhum.
Yang menakjubkan, bertahun-tahun lamanya, sampai Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berhijrah tidak ketahuan di mana tempat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bermarkas. Dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam biasa mendidik para shahābat agar berkumpul ditempat tersebut, memberi wejangan kepada mereka.
Ini sangat penting, karena kita butuh untuk selalu berkumpul dengan orang-orang shālih karena syaithān bersama orang yang sendiri.
Jika seseorang bertemu dengan shahābat-shahābatnya, acara pengajian atau kumpul-kumpul (misalnya) kita ingat akan akhirat.
Carilah teman jika kita ingat dia maka kita akan ingat akhirat, bukan teman yang ingat dunia terus. Teman yang baik adalah jika kita melihat dia maka kita ingat akhirat. Kita ingat bahwasanya hidup kita penuh perjuangan. Tujuan hidup kita adalah menuju akhirat Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Demikian saja.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
________