Bab 09 | Usaha Kaum Musyrikin Quraisy Dalam Menghalangi Dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (Bag. 2 dari 6)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
​​​الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Para shahābat BiAS yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Setelah mereka tidak mau menerima dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka orang-orang Quraisy, mereka melakukan perlawanan untuk menghentikan dakwah Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Ada beberapa metode yang mereka lakukan untuk menolak dakwah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Secara umum ada dua metode besar, yaitu metode menyerang secara psikologi/mental dan metode menyerang secara fisik. Dua-duanya mereka lakukan.

⑴ Menyerang secara psikologi (mental).

Misalnya dengan istihzā’ (mengejek) Nabi dengan ejekan-ejekan yang tidak benar.

Istihzā’ (ejekan) ini sering dilakukan terhadap nabi-nabi, (diantaranya) kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Dan kita dapati dalam Al Qurān berbagai macam model ejekan yang mereka berikan kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Diantaranya;

√ Seperti mereka berkata:

وَقَالُوا۟ يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِى نُزِّلَ عَلَيْهِ ٱلذِّكْرُ إِنَّكَ لَمَجْنُونٌۭ

Mereka berkata: “Wahai orang yang diturunkan Al Qur’ān kepadanya, sesungguhnya kamu benar-benar orang yang gila.”

(QS Al Hijr: 6)

Mereka tidak hanya mengatakan, “Engkau orang gila,” tidak!

Tapi mereka mengatakan, “Sungguh-sungguh, benar-benar engkau orang gila,” jadi ada penekanan. Ini perkataan kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

√ Di lain hal mereka mengatakan:

وَيَقُولُونَ إِنَّهُۥ لَمَجْنُونٌۭ

Mereka berkata: “Sungguh dia telah gila.”

(QS Al Qalam: 51)

Kadang mereka langsung mengatakan, “Hai orang gila,” kadang mereka mengatakan, “Dia orang gila.”

√ Kemudian di antaranya mereka mengatakan: سَـٰحِرٌۭ كَذَّابٌ (penyihir dan pendusta)

وَعَجِبُوٓا۟ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌۭ مِّنْهُمْ ۖ وَقَالَ ٱلْكَـٰفِرُونَ هَـٰذَا سَـٰحِرٌۭ كَذَّابٌ

Orang-orang kāfir mengatakan: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta.”

(QS Shād: 4)

Dan mereka pintar berbicara, mereka mengatakan:

“Muhammad ini penyihir, kamu tahu kerjaan penyihir, penyihir memisahkan suami dan istrinya, itu kerjaan penyihir, memisahkan antara anak dan bapaknya itu kerjaan penyihir.”

“Muhammad demikian, gara-gara dakwah dia, suami pisah dari istrinya, benar atau tidak?”

Benar, yang satunya masuk Islām, yang satunya tidak, akhirnya berpisah.

“Gara-gara dia, bapak dan anak bertengkar.”

Benar, karena bapaknya kāfir dan anaknya tidak kāfir sehingga mereka bertengkar karena mereka tidak mau bergabung.

Bagaimana bisa digabungkan antara kesyirikan dengan tauhīd?

Tidak mungkin.

Jadi mereka pintar, mereka mengatakan Muhammad penyihir dan pendusta.

Dia berbicara tentang hari kiamat, tidak ada hari kiamat, apa itu hari kiamat? Mereka mendustakan hari kiamat.

Kata para ulamā karena syahwat mempunyai peran dalam menentukan ‘aqidah seseorang.

Orang-orang kāfir, mereka ingin hidup tatkala itu dalam kepuasan, mereka ingin berzinah, mereka ingin minum khamr.

Nabi mengatakan, “Ingat ada hari kiamat,” dan mereka tidak mau ada hari kiamat.

Oleh karenanya orang kalau sudah tenggelam dalam syahwat, bisa berubah ‘aqidahnya.

√ Diantaranya mereka mengatakan:

وَقَالَ ٱلظَّـٰلِمُونَ إِن تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًۭا مَّسْحُورًا

Dan orang-orang zhālim mengatakan, “Sesungguhnya kalian mengikuti seorang yang tersihir.”

(QS Al Furqān: 8)

Perkataan mereka ada kontradiksi, tadinya mereka mengatakan Nabi penyihir, sekarang mereka mengatakan Nabi tersihir.

Luar biasa pembicaraan mereka ini. Mereka sebar luaskan di mana-mana. Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dikatakan kāhin (dukun), penyihir, tukang sihir, disihir, orang gila.

Kita tidak pernah dijuluki seperti itu oleh orang-orang. Kalau dikatakan orang gila, mungkin, tapi kalau dikatakan pendusta plus penyihir plus tersihir plus dukun?

Saya belum pernah dengar ada ustadz di Indonesia dituduh sebagai dukun.

Kalau dikatakan dukun, memang dukun. Tapi tidak dengan berdakwah kemudian dia dikatakan sebagai dukun. Yang ada, dukun mengaku sebagai ustadz, itu ada di indonesia. Tapi kalau ustadz, benar – benar ustadz, kemudian karena orang tidak suka lalu dituduh sebagai dukun, saya belum pernah dengar.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam seluruh gelar yang paling buruk ditempelkan kepada Nabi. Padahal mereka, orang-orang musyrikin, sebelumnya tahu bahwasanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah seorang yang amin, dijuluki sebagai orang yang amanah.

Istihzā’ adalah perkara yang sangat berat bagi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, lebih berat daripada siksaan badan. Terutama tatkala ejekan ini ditujukan pada orang yang memiliki nasab yang tinggi dan memiliki kedudukan di masyarakat.

Kalau orang rendahan, tidak ada yang kenal, mungkin kata dia, “Hanya diejek saja, tidal dipukul.” Karena tidak ada yang kenal dia, tidak ada yang menghormati dia, maka mau diejek silahkan tidak jadi masalah, daripada dipukul.

Nabi tidak demikian, menurut Nabi lebih berat diejek daripada dipukul.

Oleh karenanya (nanti akan kita sebutkan) bagaimana Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam merasa lebih berat tatkala dia ditolak dakwahnya di Thā’if daripada tatkala beliau terluka waktu perang Uhud.

Dalam hadīts ‘Āisyah, ‘Āisyah berkata:

يا رسول الله ! هَلْ أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ

“Wahai Rasūlullāh, pernahkah engkau mengalami peristiwa yang lebih berat daripada peristiwa Uhud?”

⇒ Kita tahu peristiwa perang Uhud adalah peristiwa paling berat bagi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam terluka, wajahnya berlumuran darah ada besi masuk ke dalam pipi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Gigi beliau patah (terluka secara jasad) dan dirawat oleh sebagian shahābat.

Kemudian kesedihan bertambah lagi yaitu tatkala 70 orang shahābatnya meninggal dalam peperangan tersebut.

Kesedihan bertambah lagi ketika pamannya yang sangat dia cintai Hamzah ‘Abdul Muthathalib meninggal dalam perang tersebut.

Sehingga ‘Āisyah ingin tahu adakah yang lebih berat daripada ini. Karena Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam fisiknya terluka tatkala itu.

Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ

“Sungguh aku sering mengalami peristiwa dari kaummu. Dan peristiwa yang paling berat yang pernah aku alami dalam menghadapi mereka adalah ketika peristiwa Al ‘Aqabah, saat aku menawarkan diriku kepada Ibnu ‘Abdi Yālīl bin ‘Abdu Kulāl agar membantuku namun dia tidak mau memenuhi keinginanku.”

“Yang lebih berat tatkala saya berdakwah di Thā’if, ketika saya tawarkan Islām kepada Ibnu ‘Abdi Yālīl (Pemimpin kota thā’if).”

⇒ Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tatkala datang ke kota Thā’if, beliau mendatangi pembesar-pembesar kota Thā’if.

Ini terjadi setelah Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam sedih, karena di Mekkah orang tidak menerima dakwah beliau, maka beliau mencoba ke kota yang dekat Mekkah yaitu ke kota Thā’if.

Kemudian beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam mendatangi orang yang paling terpandang disitu yaitu Ibnu ‘Abdi Yālīl. Maka kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ

“Namun dia tidak memenuhi keinginanku (menerima dakwahku).”

Disebutkan dalam riwayat yang lain mereka mengejek Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Mereka mengatakan, “Apakah tidak ada orang lain yang Allāh utus? Kenapa kamu yang jadi Rasūl?”

Ini ucapan berat, yā akhi..

Ada orang datang sama antum, “Yā akhiy, antum di sini ngapain? Dakwah? Apa tidak ada orang lain kok kamu yang dakwah, kan masih banyak orang lain, kok kamu yang dakwah?”

Ini kan penghinaan tingkat tinggi: “Apa tidak ada orang lain yang jadi rasūl? Kenapa kamu yang menjadi rasūl?”

Ini kan penghinaan, membuat Nabi sedih tatkala itu, sampai-sampai kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ

“Saya pergi dengan wajah gelisah dan aku tidak menjadi tenang kecuali ketika berada di Qarnu Ats Tsa’aalib (Qarnu Al Manazil).”

Ada yang mengatakan Qarnu Tsa’ālib ada juga yang mengatakan Qarnul Manazil (miqātnya penduduk Thā’if, orang-orang Najed, penduduk Riyard dan lainnya).

Artinya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berjalan dari Thā’if berkilo-kilo dalam keadaan linglung

Ini peristiwa yang paling sedih, lebih sedih daripada perang uhud (kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam).

Kemudian kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, “Tiba-tiba ada awan datang, kemudian ada malāikat gunung menawarkan untuk menimpakan gunung kepada penduduk kota Thā’if.”

Kata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, “Jangan, semoga Allāh mengeluarkan dari keturunan mereka orang-orang yang menyembah Allāh, mentauhīdkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”

(HR Bukhari nomor 2992, versi Fathul Bari nomor 3231)

Karenanya benarlah perkataan seorang penyair (yang pernah berkata):

وقد يرجى لجرح السيف بـرء, ولا برءٌ لما جرح اللســان

“Bisa jadi luka yang disebabkan sayatan pedang masih bisa diharapkan kesembuhannya. Tetapi tidak ada kesembuhan bagi luka yang disebabkan oleh lisan.”

Kalau dada (jantung/hati) sudah tergores dengan sayatan lisan seseorang, susah untuk disembuhkan.

جراحات السنان لها التـئـام, ولا يلتام ما جرح اللســان

“Sesungguhnya sayatan-sayatan pedang masih bisa kembali lagi disembuhkan, akan tetapi sayatan-sayatan lisan tidak bisa disatukan lagi.”

وجرح السيف تدمله فيبـرى, ويبقى الدهر ما جرح اللسان

“Sesungguhnya luka yang disebabkan pedang, kalau diobati maka sembuh. Adapun luka karena lisan terus sampai sepanjang tahun.”

Oleh karenanya hati-hati kita harus menjaga lisan. Bukan hanya kita menjaga tangan kita untuk tidak memukul orang lain, tapi juga jaga lisan kita, karena terkadang hinaan kita, ejekan kita, perendahan kita terhadap orang lain lebih menyakitkan dan dia ingat terus, tidak akan dia lupakan.

√ Orang ini pernah menghina saya,
√ Orang ini pernah mengejek saya,
√ Orang ini pernah menjatuhkan saya,
√ Orang ini pernah ghibah saya (dia akan ingat terus).

Dan terkadang penyakit hati atau luka yang disebabkan oleh lisan terhadap hati susah disembuhkan.

Oleh karenanya orang-orang kāfir Quraisy mengetahui hal ini dan mereka berusaha menyakiti hati Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan berbagai tuduhan-tuduhan.

Diantara ejekan yang mereka lakukan (yaitu) ejekan yang diucapkan oleh Abū Jahal.

Suatu saat dia mendengar tentang ayat-ayat Al Qur’ān yang menyebutkan tentang syajaratun zaqqūm yaitu buah zaqqūm atau pohon zaqqūm, yang buahnya merupakan makanan penghuni neraka jahanam.

Jadi dia (Abū Jahal) mendengar ayat-ayat tersebut saat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam membacanya.

Maka dia pun mengumpulkan orang-orang Quraisy kemudian dia mengejek ayat ini, dia (Abū Jahal) mengatakan:

يا معشر قريش هل تَدْرُونَ ما شجرةُ الزَّقُّومِ التي يخوفكم بها محمد؟ قالوا: هي العَجْوةُ

“Wahai orang-orang Quraisy, kalian tahu apa itu pohon zaqqūm? Yang Muhammad menakut-nakuti kalian dengan pohon tersebut (katanya ini makanan penghuni neraka jahannam).”

Kata orang-orang Quraisy: “Kami tidak tahu pohon apakah itu.”

Kata Abū Jahal, “Itu kurma ajwa.”

Kata Abū Jahal, “Demi Allah seandainya saya bisa dapat pohon zaqqūm, saya akan makan sepuas-puasnya.”

“Apa Muhammad menakut-nakuti kita dengan pohon zaqqūm? Kalau ada sini, saya makan.”

Maka Allāh menurunkan ayat menjelaskan tentang pohon zaqqūm.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

إِنَّ شَجَرَتَ الزَّقُّومِ * طَعَامُ الْأَثِيمِ *كَالْمُهْلِ يَغْلِي فِي الْبُطُونِ * كَغَلْىِ الْحَمِيمِ

“Sesungguhnya pohon zaqqūm adalah makanan bagi orang-orang yang berdosa, sebagaimana minyak yang panas yang mendidih dalam tubuh, sebagaimana mendidihnya air panas.”

(QS Ad Dukhān: 43-46)

Dalam hadīts, kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

وَلَوْ أَنَّ قَطْرَةً مِنَ الزَّقُّومِ قُطِرَتْ فِي الأَرْضِ لأَفْسَدَتْ عَلَى أَهْلِ الدُّنْيَا مَعِيشَتَهُمْ فَكَيْفَ بِمَنْ لَيْسَ لَهُ طَعَامٌ غَيْرُهُ

“Kalau seandainya ada satu getah dari buah zaqqūm menetes di atas muka bumi ini, maka akan merusak kehidupan seluruh penghuni bumi.”

(HR Ibnu Majah nomor 4316)

Bagaimana kalau tidak ada makanan yang dimakan kecuali buah zaqqūm tersebut?

Yā akhi, seandainya di rumah kita, dengan begitu mewahnya rumah kita ada AC nya, ada perhiasan-perhiasannya, ada makanan yang lezat, ada apa saja di rumah kita. Tahu-tahu ada bangkai tikus, kita cari-cari nggak dapat-dapat di mana bangkai tikus tersebut. Kira-kira makan lezat atau tidak?

Makan akan tidak lezat, terganggu, tidurpun terganggu, mau ketemu istripun terganggu.

Kenapa?

Karena ada bau busuk.

Demikianlah kalau ada setetes dari buah zaqqūm yang menetes di atas muka bumi ini maka akan merusak kehidupan umat manusia.

Bagaimana bila dimakan? Maka dia akan mendidih di dalam perut.

Selain Abū Lahab, istrinya pun Ummu Jamil ikut mengejek Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Tatkala turun wahyu kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, kemudian beberapa hari tidak turun wahyu, maka diapun (ummu Jamil) mendatangi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Dia (ummu Jamil) mengatakan:

“Wahai Muhammad, saya harap syaithānmu sudah meninggalkan engkau, kenapa tidak ada turun wahyu?”

“Saya lihat syaithānmu tidak mendatangi engkau sejak dua hari atau tiga hari, biasanya setiap hari ada wahyu, ini sudah dua hari, tiga hari nggak ada wahyu, syaithānmu pergi ya?”

Yang mengejek perempuan (tantenya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam), istri Abū Lahab pamannya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Keluarga Abū Lahab mengganggu Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. İstri, anaknya semua mengganggu Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Bayangkan! Sampai perempuan ikut-ikutan mengejek.

Yang mengejek Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bukan hanya kaum lelaki, kaum wanitapun ikut mengejek Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, mereka mendatangi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Bayangkan, mereka mencari Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Mereka tidak hanya mengejek Nabi di dalam rumah mereka tetapi langsung mendatangi Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Mereka mengatakan, “Wahai Muhammad, mana syaithānmu?”

Malāikat Jibrīl dibilang syaithān, Maka Allāh turunkan firman-Nya:

وَالضُّحَىٰ* وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ * مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ

“Demi waktu dhuha (ketika matahari naik sepenggalah). Dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu.”

(QS Adh Dhuhā: 1-3)

Maka turunlah ayat surat Adh Dhuhā untuk membantah ummu Jamil.

Dia (ummu Jamil) protes kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, dia mengatakan: Saya mendengar Muhammad mengejek saya dalam ayatnya:

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ *

“Binasalah kedua tangan Abū Lahab dan benar-benar binasa dia!”

(QS Al Lahab: 1)

وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ

“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar (penyebar fitnah).”

(QS Al Lahab: 4)

Subhānallāh, ummu Jamil jengkel karena dia merasa diejek oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Demikian pula Abū Jahal, Abū Jahal mengatakan, “Wahai Muhammad, kalau agama ini benar dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla maka turunkanlah hujan batu.”

Kemudian Allāh Subhānahu wa Ta’āla abadikan didalam Al Qur’ān:

وَإِذْ قَالُوا۟ ٱللَّهُمَّ إِن كَانَ هَـٰذَا هُوَ ٱلْحَقَّ مِنْ عِندِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةًۭ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ أَوِ ٱئْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍۢ

Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Yā Allāh, jika betul (Al Qur’ān) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami adzāb yang pedih.”

(QS Al Anfāl: 32)

Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla :

وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ ۚ وَمَا كَانَ ٱللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ

Dan Allāh sekali-kali tidak akan mengadzāb mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allāh akan mengadzāb mereka, sedang mereka meminta ampun.”

(QS Al Anfāl: 33)

Ini di antara uslub untuk menjatuhkan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

🖋Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_______