Bab 07 | Pembangunan Ka’bah Dan Awal Diturunkan Wahyu (Bag. 11 dari 12)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Malaikat Jibrīl sempat tidak datang lagi kepada Rasūlullāh ﷺ. Wahyu sempat terputus. Ada yang mengatakan 3 hari atau 40 hari.

Sementara Rasūlullāh ﷺ merasa rindu ingin bertemu kembali dengan malaikat Jibrīl. Maka Rasūlullāh ﷺ kembali ke gua Hirā namun beliau tidak bertemu dengan malaikat Jibrīl.

Di sini ada suatu riwayat yang sering dijadikan dalil oleh orang-orang orientalis (nashrani) dan orang-orang syi’ah untuk mencela Islam. Disebutkan riwayatnya dalam Shahih Al Bukhari. Karena dalam riwayat tersebut disebutkan bahwa Nabi ingin melemparkan dirinya dari puncak gunung (gua Hirā), seakan-akan ingin bunuh diri tatkala malaikat Jibrīl tidak datang-datang.

Menurut orang-orang nasrani dan orientalis, “Tidak mungkin Nabi berkeinginan bunuh diri?”

Sementara kelompok yang lain berkata, “Shahih Bukhari rusak, karena di dalamnya ada riwayat Nabi ﷺ ingin bunuh diri.”

Kelompok yang dimaksud adalah kaum syi’ah yang memang tidak beriman dengan Shahih Bukhari. Mereka memiliki buku hadits sendiri. Jika mereka menukil dari Shahih Bukhari, ini artinya mereka hanya mencari pendapat yang mendukung pendapat mereka saja.

Perlu diketahui, bahwa tidak semua hadits yang ada dalam Shahih Bukhari adalah shahih. Ada beberapa hadits yang statusnya mu’allaq (tergantung) atau tanpa sanad.

Para ulama membedakan, ada hadits mu’allaq yang shahih apabila ada dalam riwayat yang lain sanad yang menyambungkan. Kalau ternyata tidak ada sanad yang menyambungkan maka dihukumi oleh para ulama tidak shahih.

Adapun hadits ini yaitu kisah Nabi ingin melemparkan dirinya itu tanpa sanad.

َ وَفَتَرَ الْوَحْيُ فَتْرَةً حَتَّى حَزِنَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا بَلَغَنَا حُزْنًا غَدَا مِنْهُ مِرَارًا كَيْ يَتَرَدَّى مِنْ

رُءُوسِ شَوَاهِقِ الْجِبَالِ فَكُلَّمَا أَوْفَى بِذِرْوَةِ جَبَلٍ لِكَيْ يُلْقِيَ مِنْهُ نَفْسَهُ تَبَدَّى لَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنَّكَ رَسُولُ اللَّهِ حَقًّا فَيَسْكُنُ لِذَلِكَ جَأْشُهُ وَتَقِرُّ نَفْسُهُ فَيَرْجِعُ فَإِذَا طَالَتْ عَلَيْهِ فَتْرَةُ الْوَحْيِ غَدَا لِمِثْلِ ذَلِكَ فَإِذَا أَوْفَى بِذِرْوَةِ جَبَلٍ تَبَدَّى لَهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذَلِكَ

Dan wahyu sempat berhenti beberapa lama hingga Nabi ﷺ sedih. Berita yang sampai kepada kami, kesedihan yang beliau alami sedemikian rupa, hingga beliau beberapa kali ingin bunuh diri dengan cara menerjukan diri dari puncak gunung.

Setiap kali beliau naik puncak gunung untuk menerjunkan dirinya, Jibril menampakkan diri dan mengatakan:

“Hai Muhammad, sesungguhnya engkau betul-betul Rasulullah!”

Nasehat ini menjadikan hatinya lega dan jiwannya tenang dan pulang. Namun jika sekian lama wahyu tidak turun, jiwanya kembali terguncang.

Dan setiap kali ia naik puncak gunung untuk bunuh diri, Jibril menampakkan diri dan menasehati yang semisalnya.

Ibnu Abbas mengatakan tentang ayat, “Faaliqul ishbah,” yaitu cahaya matahari ketika siang, dan cahaya bulan ketika malam.

Maka bantahan terhadap ke-2 golongan di atas adalah:

⑴ Hadits ini hadits yang lemah.

⑵ Rasūlullāh ﷺ belum bunuh diri, hanya timbul keinginan dalam dirinya saking sedihnya. Dan ini menunjukkan sifat manusiawinya Rasūlullāh ﷺ.

⑶ Menunjukkan bahwa Rasūlullāh ﷺ sejatinya adalah manusia yang ma’shum.

Ma’shum bukan berarti tidak pernah salah, namun ketika beliau salah langsung ditegur atau diingatkan oleh Allāh.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ditranskrip oleh Tim Transkrip BiAS
_______