Bab 07 | Pembangunan Ka’bah Dan Awal Diturunkan Wahyu (Bag. 10 dari 12)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda dalam hadītsnya:

عن أبي أمامة رضي الله عنه قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « صَنَائِعُ الْمَعْرُوفِ تَقِي مَصَارِعَ السُّوءِ ، وَصَدَقَةُ السِّرِّتُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ تَزِيدُ فِي الْعُمُر

Abū Umamah Al Bahily radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Perbuatan kebaikan akan mencegah kejadian buruk dan sedekah yang tersembunyi akan memadamkan kemurkaan Rabb serta menyambung hubungan silaturahim dapat menambah umur.”

(HR. Ath Thabrani dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Shahīh Al Jami’, no, 3797)

Para ulamā mengatakan:

“Barangsiapa yang ingin husnul khātimah hendaknya dia berbuat baik kepada orang lain agar Allāh anugerahkan kepadanya husnul khātimah.”

Ini juga menjadi dalīl bolehnya memuji orang lain.

Namun Imām Nawawi rahimahullāh menjelaskan di dalam Shahīh Muslim bahwasanya ada hadīts-hadīts yang menjelaskan larangan memuji orang lain dan ada pula hadīts-hadīts yang membolehkan memuji orang lain.

Di antara hadīts-hadīts yang melarang, kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

إذا رأيتم المداحين، فاحثوا في وجوههم التراب

“Jika kalian melihat ada orang-orang yang senang memuji maka siramkanlah pasir ke wajahnya.”

(Shahīh) Ash Shahīhah (912)

Ini menunjukkan bahwa pujian itu bisa membahayakan. Seseorang bisa menjatuhkan orang lain lantaran pujian. Betapa banyak orang yang awalnya Ikhlās lalu dipuji, sehingga berubah hatinya. Ikhlās yang selama ini dia kumpulkan dan bina rusak gara-gara pujian.

Oleh karenanya banyak orang rusak karena pujian.

Di sisi lain, kita boleh memuji seseorang, sebagaimana hadīts di mana Khadījah memuji suaminya.

Menurut para ulamā diperkenankan memuji jika ada mashlahatnya.

Contohnya:

Orang yang sedang “jatuh”, maka saat itu kita puji dia untuk membangkitkan percaya dirinya.

Selama ada mashlahatnya, maka pujian itu diperbolehkan. Asal tidak berlebihan dan sesuai dengan kenyataan yang ada.

⑷ Dakwah kebenaran itu pasti selalu memiliki musuh.

Saat Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bertanya, “Apakah aku akan dimusuhi?” Maka kata Waraqah Bin Naufal, “Tidak ada seorangpun yang datang dengan seperti apa yang kau bawa, kecuali akan dimusuhi.”

Maka suatu hal yang mustahil jika berdakwah akan selalu mulus.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِّنَالْمُجْرِمِينَ ۗ

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap seorang Nabi musuh dari orang-orang yang jahat.”

(QS Al Furqān: 31)

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi musuh-musuh dari kalangan syaithān dan manusia, mereka saling membisikkan di antara mereka perkataan-perkataan yang indah.”

(QS Al An’ām: 112)

Yaitu, perkataan yang indah untuk menjatuhkan seorang Nabi.

Apabila Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam yang begitu lembut, berakhlaq mulia, yang santun dan memiliki bahasa yang indah dalam menyampaikan, tetap saja dimusuhi, lantas bagaimana kita yang seringkali bersikap kasar dan tidak sabaran. Maka jelas mudah dimusuhi.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَعِبَادُ الرَّحْمَٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُون
َ
Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan, “Salam.”

(QS Al Furqān: 63)

Menurut sebagian ulamā ini, ayat di atas merupakan dalīl bahwa pasti ada orang-orang bodoh yang akan menghina di setiap waktu dan zaman.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”

(QS. Al ‘Ashr: 1-3)

Apabila sudah menyampaikan kebenaran, maka konsekuensinya akan mendapatkan gangguan.

Untuk itulah pada ayat setelahnya Allāh mengatakan:

وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.

“Saling berwasiat di dalam kesabaran.”

Perhatian pula ucapan Luqmān kepada putranya:

يَا بُنَيَّ أَقِمْ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنْ الْمُنكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ

“Wahai putraku, dirikanlah shalāt, serulah kepada kebaikan dan cegahlah kemungkaran dan sabarlah atas apa yang menimpamu.”

(QS Luqmān: 17)

Orang yang beramar ma’ruf nahi munkar pasti akan mengalami gangguan, kenapa ?

Karena dia sedang menahan syahwat manusia.

Oleh karenanya, amar ma’ruf nahi munkar butuh perjuangan dan harus melihat mashlahah mudharatnya, Tidak semua orang bisa menegakkan amar ma’ruf nahi munkar.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
________