Home > Bimbingan Islam > Sirah Nabawiyyah > Bab 05 | Beberapa Peristiwa Di Masa Kecil Nabi (Bag. 4 dari 7)

Bab 05 | Beberapa Peristiwa Di Masa Kecil Nabi (Bag. 4 dari 7)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Peristiwa berikutnya yang akan kita bahas adalah wafatnya ibunda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam yaitu Āminah bintu Wahbin.

Tadi telah kita jelaskan bahwasanya tatkala Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berumur 4 tahun maka ibundanya datang mengambil Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan ibu susu Beliau (Halimah) segera memberikan kepada ibunda.

Para ulamā menyebutkan diantara sebabnya adalah karena kejadian tadi (pembelahan dada) membuat Halīmah takut, jangan-jangan suatu saat Nabi akan diserang dan dia punya amanah untuk menjaga anak ini, maka dia kembalikan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada ibunda.

Maka setelah itu, Beliau dirawat oleh ibunya dari umur 4 tahun sampai 6 tahun.

Tatkala berumur 6 tahun, Beliau dibawa oleh ibunya ke Madīnah karena ayah Nabi meninggal di Madīnah, jadi banyak paman (akhwāl, saudara ibu) Nabi berada di Madīnah, sedangkan ‘ammam (saudara bapak) nya di Mekkah.

Mereka menuju Madīnah.

Disebutkan oleh ahli sejarah bahwasanya ibundanya menjenguk kuburan ayah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, setelah itu mereka berjalan pulang.

Setelah berjalan pulang antara Madīnah ke Mekkah ada suatu tempat namanya Abwā dan sampai sekarang tempat tersebut masih ada.

Disebutkan oleh para ulamā, Abwā terletak sekitar 235 km dari Mekkah. Ditempat tersebut, ibunda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal dunia.

Jadi ini adalah cobaan yang luar biasa yang dialami oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Nabi telah mencapai puncak keyatiman (ibunya meninggal dalam keadaan ayahnya tidak ada), setelah dirawat oleh ibundanya hanya 2 tahun.

Dan tatkala ibundanya meninggal adalah saat bersafar di suatu tempat yang jauh dari Mekkah dan dari Madīnah.

Kalau di Mekkah ada paman-pamannya dari sisi ayahnya, kalau di Madinah ada paman-pamannya dari sisi ibunya.

Namun ibundanya meninggal di tengah-tengah antara Mekkah dan Madīnah (Abwā), maka tidak ada orang yang Beliau menyerahkan keluh kesahnya.

Dan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat langsung bagaimana ibundanya menghadapi kematian.

Para ulamā menyebutkan bahwasanya semakin orang bertaqwa maka semakin tinggi cobaannya.

Kalau kita mempelajari tentang cobaan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sangatlah luar biasa.

Beliau lahir dalam keadaan yatim, umur 6 tahun melihat ibunya meninggal, tidak ada siapa-siapa, di tempat yang asing.

Bagaimana kesedihan yang dirasakan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Kemudian anak-anak Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam meninggal semua kecuali Fāthimah. Terakhir anaknya Ibrāhīm meninggal dipangkuan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Oleh karena itu, ujian Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam sangat luar biasa. Sebagaimana dalam hadīts:

أشد الناس بلاء الأنبياء ثم الصالحون ثم الأمثل فالأمثل يُبتلى

_”Orang yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang shālih, kemudian selanjutnya dan selanjutnya.”_

Di antara ujian Nabi sejak kecil, Beliau melihat bagaimana ibunya meninggal dan Beliau menjadi anak yatim piatu.

Oleh karenanya, Nabi tatkala mengatakan:

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ

_”Aku bersama orang yang menanggung anak yatim seperti 2 jari ini disurga.”_

Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan demikian bukan hanya sekedar teori tetapi Beliau sudah merasakan sendiri susahnya menjadi anak yatim.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

السَّاعِي عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ

_”Seorang yang berusaha untuk mengurus janda dan orang miskin (termasuk anak yatim) seperti berjihad di jalan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”_

(HR Bukhari nomor 4934, versi Fathul Bari nomor 5353)

أَنَّ رَجُلًا شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ لَهُ إِنْ أَرَدْتَ تَلْيِينَ قَلْبِكَ فَأَطْعِمْ الْمِسْكِينَ وَامْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ

_Seorang shahābat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam datang menemui Beliau, dia mengatakan bahwa hatinya seakan-akan keras._

_Maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bekata padanya:_

_”Kalau engkau ingin hatimu lunak (mudah terenyuh/menangis tatkala mendengar ayat-ayat Allāh, khusyū’ tatkala shalāt) maka berilah makan kepada fakir miskin dan usaplah kepala anak yatim.”_

(HR Ahmad nomor 7260)

Kenapa?

Karena Nabi mengetahui kerinduan anak yatim tatkala diusap kepalanya.

Bagaimana seorang anak ketika didatangi oleh orangtuanya, dia rindu untuk diusap kepalanya.

Oleh karenanya, seseorang kalau ingin hatinya bersih dan mudah mendapatkan nasehat maka perhatianlah terhadap orang miskin, memberi makan kepada orang-orang miskin, datangi anak-anak yatim dan usaplah kepalanya.

Memang benar kita bisa saja mengirim uang untuk anak yatim, tetapi lebih indah lagi kalau seseorang bertemu langsung dengan anak yatim kemudian mengusap kepalanya, merasakan kesedihan yang dirasakan anak yatim tersebut.

Inilah ujian yang dihadapi oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Jadi Beliau benar-benar mengetahui kesedihan hidup orang miskin, sebagai anak yatim, sehingga tatkala Beliau berbicara tentang rahmat maka itu benar-benar keluar dari lubuk hati yang paling dalam.

Beliau benar-benar mengerti dan bukan sekedar teori, tetapi Beliau pernah mempraktekkan sebagai anak yatim dan juga sebagai orang miskin.

Setelah ibunda meninggal, maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dirawat oleh kakeknya, ‘Abdul Muththalib. Kakeknya sangat cinta kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Disebutkan oleh ahli sejarah bahwa ‘Abdul Muththalib di bawah naungan Ka’bah, dia memiliki semacam kasur/tempat duduk/permadani tempat dia duduk. Dan anak-anaknya kalau datang hanya duduk disekitar permadani tersebut, tidak ada yang berani duduk di permadani ‘Abdul Muththalib karena dia adalah orang yang memiliki haybah (pamor, kharismatik).

Adapun Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam masih kecil, masih 6 tahun, kalau datang ke Ka’bah, Beliau duduk di permadani kakeknya, maka dilarang oleh paman-pamannya.

Namun Nabi tetap duduk dan dibiarkan oleh ‘Abdul Muththalib, bahkan kakeknya menggendongnya dan duduk di sampingnya, karena kakeknya sangat cinta dengan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Kita tahu bahwa bapak Nabi (‘Abdullāh) sangat dicintai oleh ‘Abdul Muththalib, maka demikian juga cucunya, terlebih lagi kondisi Nabi dalam keadaan yatim piatu.

Tatkala paman-pamannya melarang Nabi untuk duduk di permadani maka ‘Abdul Muththalib mengatakan:

“Biarkan cucuku, sesungguhnya dia memiliki suatu kehebatan.”

Akhirnya kakeknya ‘Abdul Muththalib juga meninggal dunia, disebutkan umurnya sekitar 82 tahun (80 tahun lebih).

Lalu ‘Abdul Muththalib mewasiatkan kepada Abū Thālib (paman Nabi).

Kenapa Abū Thālib yang dipilih?

Karena Abū Thālib dan ‘Abdullāh saudara kandung 1 ibu dan 1 bapak.

‘Abdul Muththalib menikah dengan beberapa wanita, diantaranya yang 1 ibu dan 1 bapak adalah Abū Thālib dan ‘Abdullāh, sedangkan paman yang lain dari ibu yang lain.

Akhirnya Abū Thālib lah yang merawat Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dan disebutkan bahwa Abū Thālib sangat mencintai Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, dia sering tidur di samping Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Nabi sering diajak kemana-mana, bahkan di antaranya disebutkan Abū Thālib kalau berdagang ke negeri Syām, Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam diajak.

Namun sayangnya Abū Thālib adalah orang yang miskin.

Oleh karenanya, Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bekerja untuk membantu pamannya di antaranya dengan menggembalakan kambing.

Demikian saja.

سبحانك اللهم وبحمدك، أشهد أن لا إله إلا أنت، أستغفرك وأتوب إليك
وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

_____________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top