Bab 05 | Beberapa Peristiwa Di Masa Kecil Nabi (Bag. 3 dari 7)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله على إحسانه، والشكر له على توفيقه وامتنانه، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له تعظيما لشأنه، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى رضوانه، اللهم صلى عليه وعلى آله وأصحابه وإخوانه

Shahābat BiAS yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

In syā Allāh kita akan menyampaikan peristiwa, dibelahnya dada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam (lanjutan).

Dan di antara bukti jantung Nabi bersih dan tidak ada gangguan syaithān, lihatlah bagaimana akhlaq Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Kalau kita belajar akhlaq Nabi maka akhlaq Nabi seluruhnya adalah mu’jizat,

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

_”Tidaklah Kami utus engkau kecuali rahmat bagi alam semesta.”_

(QS Al Anbiyā: 107)

Luar biasa rahmat Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Tidak ada manusia seperti Nabi yang jantungnya sudah dibersihkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karenanya kalau kita renungkan riwayat akhlaq Beliau maka sangat menakjubkan.

Contoh 1 saja yang menakjubkan saya, seperti Anas bin Mālik mengatakan:

خَدَمْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ وَاللَّهِ مَا قَالَ لِي أُفًّا قَطُّ وَلَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ لِمَ فَعَلْتَ كَذَا وَهَلَّا فَعَلْتَ كَذَا

_Aku menjadi pelayan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selama sepuluh tahun. Demi Allah, selama itu beliau tidak pernah berkata, “Uff (husy),” kepadaku dan tidak pernah membentakku dengan perkataan: “Hai, kenapa engkau perbuat begitu!”_

(HR Muslim nomor 4269, versi Syarh Muslim nomor 2309)

Adakah majikan tidak pernah protes atau tidak mengatur pembantunya selama 10 tahun?

Artinya, apa yang Beliau lihat maka Beliau biarkan dan ini luar biasa.

Contoh lagi pada hadīts Anas bin Mālik radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu,

Tatkala Beliau sedang berjalan, tiba-tiba ada orang Arab Badui menarik selendang Beliau dengan keras sehingga ada bekas merah di leher Beliau. Setelah memberhentikan Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dia berkata:

يا مُحَمَّدُ مُرْ لِي مِنْ مَالِ اللَّهِ الَّذِي عِنْدَكَ فَالْتَفَتَ إِلَيْهِ فَضَحِكَ ثُمَّ أَمَرَ لَهُ بِعَطَاءٍ

_”Wahai Muhammad, berikan kepadaku dari harta yang diberikan Allah padamu.”_

_Maka beliau menoleh kepadanya diiringi senyum serta menyuruh salah seorang sahabat untuk memberikan sesuatu kepadanya._

(HR Bukhari nomor 5624, versi Fathul Bari nomor 6088)

Orang ini meminta harta kepada Nabi namun tidak memiliki adab.

[(1) memberhentikan dengan cara kasar dan (2) memanggil Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dengan “Muhammad” bukan Rasūlullāh, (3) meminta harta Nabi Allāh yang ada padamu, dengan ucapan yang kasar].

Namun dalam kondisi demikian, yang menakjubkan saya, Nabi sama sekali tidak marah, bahkan tersenyum dan mengatakan: “Berikan kepada orang ini.”

Dalam waktu itu juga langsung bisa tersenyum. Siapa yang bisa seperti ini?

Kalau misal mobil kita terserempet, kita pasti marah duluan, baru 5 menit kemudian baru bisa tersenyum.

Dalam Shahīh Muslim, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, kalau memberikan sesuatu tidak pernah memakai perkiraan, luar biasa kalau sedekah.

Sampai ada seorang minta kambing kepada Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, maka Beliau memberikan dia kambing di antara 2 gunung, artinya satu lembah (ini ibarat orang Arab, artinya kambingnya banyak sekali).

Meminta 1 kambing tapi Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam malah memberikan banyak kambing, akhirnya orang tersebut masuk Islām.

Kemudian dia pulang kampung dan mengatakan:

يَا قَوْمِ أَسْلِمُوا فَإِنَّ مُحَمَّدًا يُعْطِي عَطَاءً لاَ يَخْشَى الْفَاقَةَ .

_”Wahai kaumku, masuk Islamlah, mintalah pemberian kepada Muhammad, Beliau akan memberikan yang tidak membuatnya takut miskin.”_

(HR Muslim nomor 2312)

Dan memang benar, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak pernah takut miskin. Karena jantungnya sudah dicuci oleh Allāh.

Ini bukti bahwa tidak ada yang bisa berakhlaq seperti akhlaqnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Oleh karenanya itu, kejadian mencuci jantung Rasūl shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah kejadian nyata yang pernah terjadi dengan didukung hadīts-hadīts shahīh dan ada atsar (buktinya).

Yang saya tidak habis pikir tentang akhlaq Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, sebelum Beliau menjadi Nabi, Beliau diberi amanah oleh orang-orang kāfir untuk dititipi barang-barang berharga kepada Nabi, karena Beliau dikenal sebagai “al amīn” (orang yang sangat terpercaya).

Kemudian setelah Beliau diutus menjadi Nabi, mulailah mereka merubah julukan al amīn dengan al kadzdzāb (pendusta), penyihir, dukun, orang gila, penyair gila, kadang sebagai tersihir.

Namun anehnya meskipun siang harinya mereka menjuluki Nabi dengan yang tidak baik (pendusta, penyihir, dukun, dll) tetap saja mereka menitipkan barang kepada Nabi, ini yang menakjubkan, Subhānallāh.

Walaupun mereka menuduh Nabi yang tidak-tidak, mereka tetap menitipkan barang kepada Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Karena hati kecil mereka mengatakan, Muhammad tidak mungkin bohong.

Kemudian yang menakjubkan juga tatkala Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam hijrah dari Mekkah menuju ke Madīnah, Nabi tidak mengambil barang-barang titipan tersebut bahkan Beliau menugaskan ‘Ali bin Abi Thālib 3 hari untuk mengembalikan barang-barang tadi karena Beliau mau dibunuh oleh orang-orang kāfir, padahal ada kesempatan untuk mengambil barang, ya atau tidak?

Namun Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak melakukannya, ini membuktikan bahwa akhlaq Nabi adalah mu’jizat dan tidak mungkin akhlaq Nabi demikian kecuali Beliau adalah utusan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan karena Allāh telah membersihkan jantung Beliau dari bagian yang merupakan bagian syaithān.

Oleh karenanya, pelajaran yang bisa kita ambil di antaranya tadi bahwa segala perkara yang datang dari Al Qurān maupun Sunnah Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, yang terkadang zhahirnya tidak sesuai dengan akal kita maka tundukkanlah akal kita, akal kita terlalu rendah.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الرُّوحِ ۖ قُلِ الرُّوحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّي وَمَا أُوتِيتُممِّنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا

_”Mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah ruh adalah urusan Rabbku, kalian tidak diberi ilmu kecuali sangat-sangat sedikit.”

(QS Al Isrā: 85)

Mau memakai alat apapun, manusia tidak akan bisa tahu hakikat ruh itu, padahal ruh itu selalu di dalam tubuh kita.

Kalau kita datangkan 100 pakar untuk meneliti tentang ruh, misal saat sakaratul maut sampai keluar ruhnya, pasti ada 100 pendapat.

Kenapa?

Karena mereka tidak memiliki ilmu, semua hanya dugaan.

Ini ruh, padahal ada di dalam jasad kita. Apalagi kita berbicara tentang yang ghāib (jinn, malāikat, Allāh Subhānahu wa Ta’āla), maka hendaknya kita tahu akal ini punya batasan.

Barangsiapa yang dengan akalnya nekat untuk menembus batasan-batasan akal maka dia tidak berakal.

Demikianlah kajian yang bisa kita sampaikan pada kesempatan hari ini, In syā Allāh mudah-mudahan besok kita lanjutkan lagi.

وبالله التوفيق و الهداية
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

______________________