Bab 03 | Kondisi Di Luar Jazirah Arab Sebelum Islam Dan Peristiwa Tentara Bergajah (Bag. 4 dari 5)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
إنَّ الـحَمْدَ لله نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه لا نبي بعده. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون, فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Disebutkan dalam riwayat yang lain, tatkala ‘Abdul Muththalib datang menemui Abrahah, Abrahah kagum dengan kondisi ‘Abdul Muththalib (mungkin orangnya gagah), ‘Abdul Muththalib meminta agar dikembalikan 200 ekor unta miliknya.

Abrahah berkata:

“Saya pertama kali lihat engkau wahai ‘Abdul Muththalib, saya kagum. Namun tatkala engkau minta 200 ekor untamu, maka sayapun merendahkan engkau.”

“Apakah engkau datang menemuiku hanya untuk mengambil 200 ekor unta yang aku ambil darimu?”

⇒ Abrahah telah mencuri 200 unta ‘Abdul Muththalib.

Abrahah mengira ‘Abdul Muththalib datang untuk membela Ka’bah ternyata tidak, maka Abrahah merendahkan ‘Abdul Muththalib.

Abrahah berkata:

“Bagaimana engkau datang hanya mengurusi unta? Sementara saya datang untuk menghancurkan Ka’bah kalian?”

“Dan itu adalah agamamu dan agama nenek moyangmu.”

“Bagaimana engkau tidak membela (Ka’bah) tetapi engkau mempermasalahkan 200 ekor unta?”

Apa jawaban ‘Abdul Muththalib?

‘Abdul Muthalib menjawab:

“Saya pemilik unta adapun Ka’bah ada Rabbnya yang akan menjaganya.”

Maka kata Abrahah:

“Kata orang kalau masuk Ka’bah aman, maka saya akan menakut-nakuti kalian.”

Ini adalah kesombongan kedua, dia mengatakan:

“Tidak ada yang bisa mencegahku.”

Maka kata ‘Abdul Muthalib:

“Itu urusanmu dengan Tuhannya Ka’bah, yang penting unta saya kembalikan.”

Akhirnya Abrahah semakin emosi. Kemudian orang-orang Quraisy kabur, lari ke gunung-gunung, mereka berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Maka disebutkan dalam riwayat Al Hākim dalam al Mustadrak:

Kata ‘Abdul Muthalib:

“Kalau engkau ingin apa saja akan kami berikan tetapi kembalilah, jangan menghancurkan Ka’bah.”

Namun Abrahah tidak mau dan tetap ingin menghancurkan Ka’bah.

Maka akhirnya berjalanlah Abrahah dengan pasukannya (60 ribu pasukan dan 12 ekor gajah 10 atau 8 ekor). Dan sampailah mereka di suatu tempat bernama Wādi Al Muhassir (antara Mina dengan Muzdalifah).

Tatkala tiba di sana, tiba-tiba gajah mereka berhenti.

Diantara gajah-gajah itu ada pimpinan gajah yang bernama Mahmūd. Mahmūd ini tatkala disuruh berjalan ke arah barat (ke arah Mekkah) dia tidak mau, kalau ke arah lain (utara, selatan) berjalan cepat, merekapun binggung. Kalau gajah Mahmūd tidak mau jalan maka yang lain juga tidak mau jalan.

Akhirnya mulai timbul ketakutan dalam diri mereka, kenapa tiba-tiba gajah ini berhenti.

Tatkala mereka dalam keadaan ketakutan tersebut (sebagaimana dalam hadīts)

Kata Ibnu ‘Abbas radhiyallāhu Ta’āla ‘anhumā:

“Tiba-tiba datang sekumpulan burung-burung yang begitu banyak, datang dari arah laut ke arah mereka kemudian terbang di atas mereka sembari memegang batu yang siap dilemparkan kepada mereka (pasukan Abrahah).”

⇒ Disebutkan bahwa setiap 1 ekor burung membawa 3 buah batu:

√ 1 batu diparuhnya,
√ 1 batu dikaki kanannya,
√ 1 batu dikaki kirinya.

Batu yang dibawa bukan batu sembarang melainkan batu yang membinasakan.

Lalu dilemparkanlah batu-batu tersebut mengenai mereka, yang terkena batu tersebut tewas (kebanyakan tewas).

Adapun Abrahah, dia tidak tewas. Disebutkan dia terkena lemparan namun tidak membuat dia tewas, dia sempat kabur. Allāh tidak menjadikan dia langsung tewas tetapi dia kabur menuju Shan’a dan tewas disana.

Namun selama dia (Abrarah) dalam perjalanan (melarikan diri /kabur) badannya terlepas sedikit demi sedikit sampai akhirnya dia sampai di Shan’a, dadanya terbelah dan jantungnya keluar (Allāh menyiksa dia dahulu tidak langsung mati).

⇒ Inilah kisah Abrahah dengan pasukan tentaranya (tentara bergajah) yang dihancurkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dan ditahun itu lahirlah Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Disebutkan sekitar 50 hari (sebulan lebih) setelah kejadian ini lahirlah Nabi Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Kisah ini adalah kisah yang nyata, tidak sebagaimana pernyataan orang-orang Nashāra yang berusaha mengingkari kisah ini.

Kita dapati ada sebagian penulis-penulis dari orientalis yang mengatakan bahwa ini adalah dongeng yang disebutkan Allāh dalam Al Qurān, tidak ada kisah tentara bergajah yang dihancurkan oleh burung-burung yang melemparkan batu-batu kepada mereka, mereka mengingkari kisah ini.

Dan ini dibantah oleh para ulamā!

Ini bukanlah dongeng, oleh karenanya barangsiapa yang mempelajari tentang buku-buku atau syair Jāhilīyyah, mereka banyak menyebutkan syair-syair yang berkaitan dengan kisah tentara bergajah ini, karena syair-syair yang ditulis pada zaman Jāhilīyyah masih ada sampai sekarang.

Dan didapati dalam syair-syair mereka (bait-bait syair mereka), mereka bercerita tentang kisah tentara bergajah yang mereka saksikan langsung.

Bahkan diantara dalīl yang menunjukkan adanya kisah ini, sering disebutkan dalam buku-buku mereka, mereka mengatakan Si Fulān lahir berapa tahun sebelum tahun gajah, sampai tahun gajah dijadikan istilah. Kalau ternyata hanya dongeng maka tidak akan dijadikan suatu istilah, tetapi ini dijadikan istilah sebagai penanggalan.

Seperti:

→ Si Fulān lahir 2 (dua) tahun sebelum tahun gajah
→ Si Fulān lahir tatkala tahun gajah
→ Si Fulān lahir 2 (dua) tahun setelah tahun. gajah.

Ini menunjukan peristiwa tersebut benar-benar terjadi.

Tapi kata mereka, sebenarnya Abrahah tidak pergi ke Mekkah, tetapi dia sebenarnya ingin menyerah, Abrahah tidak ingin menghancurkan Ka’bah.

Orang-orang Nashāra tatkala mendengar cerita ini mereka jengkel, seakan-akan mereka (orang Nashāra) hasad kepada orang-orang Islām, jadi mereka ingin mentakwil cerita ini. Kata mereka, ini tidak benar!

Yang benar kata mereka adalah Abrahah berangkat dari Yaman ingin menghancurkan orang-orang Persia karena terjadi peperangan antara Persia dengan Romawi tetapi dia (Abrahah) mengambil jalan darat melewati Mekkah kemudian terjadilah peristiwa itu.

Justru ini yang tidak benar!

Karena disebutkan oleh para ulamā, kalau seandainya Abrahah ingin menyerang Persia maka dia mengambil jalan laut (jalan laut lebih mudah dan lebih dekat) tidak harus melewati Mekkah lalu kemudian pergi ke Persia.

Sebagian riwayat, seperti Ibnu Hisyām meriwayatkan dari sanad yang hasan, ‘Āisyah menceritakan bahwasanya dia melihat ada pasukan bergajah yang dia hidup.

Jadi pasukan Abrahah tidak semua meninggal, ada yang masih hidup, namun dalam keadaan buta, ada 2 (dua) orang yang masih hidup dan dilihat oleh ‘Āisyah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhā. Mereka minta-minta makan kepada manusia dan mereka berdua dulu ikut dalam tentara bergajah.

Kemudian juga diriwayatkan oleh Imām Tirmidzi bahwasanya ada seorang shahābat bersama ibunya dan ibunya memberhentikan dia:

“Wahai anakku, lihatlah ini kotorannya gajah namun telah berubah warnanya.”

⇒ Jadi ini menunjukkan bahwasanya kisah tersebut ada dan terjadi ditahun ketika dilahirkannya Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Demikian saja yang bisa kita sampaikan, kita cukupkan sampai disini, In syā Allāh besok kita lanjutkan lagi.

وبالله التوفيق و الهداية
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
____________________