Home > Bimbingan Islam > Sirah Nabawiyyah > Bab 02 | Kondisi Jazirah Arab Sebelum Islam (Bag. 4 dari 8)

Bab 02 | Kondisi Jazirah Arab Sebelum Islam (Bag. 4 dari 8)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة
إِنَّ الْحَمْدَ لله, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, ونتوب إليه وَنَعُوذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ الله فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لا نبي بعده.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
فإن اصدق الحديث كتاب الله وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَاتٍ بدعة وكلّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ وكلّ ضلالة في النار

Ikhwāni fīllāh azaniyallāhu wa iyyakum.

Apa yang dilakukan oleh ‘Amr bin Luhay Al Khuzā’i, dengan mengkeramatkan unta-unta, diabadikan oleh Allāh dalam surat Al Māidah ayat 103.

Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:

ما جَعَلَ اللَّهُ مِن بَحِيرَةٍ وَلَا سَائِبَةٍ وَلَا وَصِيلَةٍ وَلَا حَامٍ ۙ وَلَٰكِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ ۖ وَأَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ

_”Allāh tidak pernah membuat syari’at yang namanya bahīrah, sāibah, washīlah dan hām (ini nama-nama unta atau kambing yang dikeramatkan).

Misalnya ada unta yang beranak 4 atau 5 kali berturut-turut, maka unta-unta tersebut tidak boleh diganggu (seperti tidak boleh diperas susunya, tidak boleh ditunggangi, tidak boleh dipotong).

Ini adalah awal dari kesyirikan.

Awalnya mengkeramatkan unta yang tidak dikeramatkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan melarang untuk memotong unta tersebut, padahal dihalalkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla

Bahkan Al Hāfizh Ibnu Katsīr rahimahullāh dalam perkataannya yang indah dalam kitābnya Al Bidāyah wan Nihāyah, beliau menjelaskan bahwasanya ‘Amr bin Luhay Al Khuzā’i melakukan ini semua dalam rangka persangkaan sebagai rahmat bagi hewan-hewan.

Kata Al Hāfizh Ibnu Katsīr rahimahullāh:

وما كانوا ابتدعوه من الشرائع الباطلة الفاسدة التي ظنها كبيرهم عمرو بن لحي – قبحه الله – مصلحة ورحمة بالدواب والبهائم

“Dan bid’ah-bid’ah yang mereka lakukan dari syari’at-syari’at yang bathil dan rusak yang dipersangka oleh pembesar mereka ‘Amr bin Luhay Al Khuzā’i, semoga Allāh memburukkan wajahnya, sebagai suatu mashlahat dan sebagai suatu bentuk rahmat kepada hewan-hewan.”

⇒ Zhahirnya bagus, unta ini sudah melahirkan anak betina 5 kali berturut-turut, ini berjasa sehingga tidak boleh disentuh dan diperas susunya karena dia sudah berjasa melahirkan anak betina 5 ekor.

Ini tampaknya mashlahat dan rahmat, tetapi adalah bid’ah yang sesat dan awal kesyirikan yaitu mengkeramatkan hewan-hewan yang tidak dikeramatkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Maka, setelah itu kesyirikan berkembang. Mulai dari penyembahan terhadap patung-patung yang mereka jadikan washilah antara mereka dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dari sini wajar kalau kita tahu bahwasanya orang-orang Arab dahulu meskipun mereka di zaman jāhilīyyah, mereka mengenal Allāh, itu wajar.

Kenapa?

Karena mereka mengenal Ka’bah, mengenal dakwah tauhīd sebelumnya.

Dan diantara sisa-sisa dari ajaran Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām yang masih tersisa pada mereka, mereka mengenal Allāh sebagai Pencipta. Maka jangan disangka orang-orang musyrikin tidak mengenal Allāh, mereka kenal.

Kalau kita tahu sejarah tentang perjalanan Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām, Nabi Ismā’īl ‘alayhissalām sampai Jurhum, Khuza’ah dan Quraysh, maka kita tahu bahwasanya wajar jika mereka mengenal Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh mengatakan dalam Al Qurān:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ ۚ

“Kalau engkau bertanya kepada mereka siapakah yang menciptakan langit dan bumi, maka sungguh-sungguh (benar-benar) mereka mengatakan yang menciptakan adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”

(QS Az Zumār: 38)

Oleh karenanya mereka berhaji, sejak zaman sebelum Nabi Muhammad, sejak zaman nenek moyang. Jangan heran mereka juga bertalbiyah.

Oleh karenanya dalam shahīh Muslim, tatkala Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam melihat orang-orang Quraysh thawāf di Ka’bah kemudian mereka bertalbiyah, “Labbaik Allāhumma labbaik, Labbaik lā syarīka laka Labbaik (Yā Allāh, kami penuhi panggilan-Mu, yā Allāh, Yā Allāh tidak ada syarikat (sekutu) bagimu),”

maka kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

“Sudah cukup, jangan ditambah lagi talbiyahnya.”

Maka mereka tambahkan:

إلا شريكا هو لك تملكه وما ملك

“Kecuali syarikat yang Engkau bolehkan yā Allāh, yang Engkau kuasai dan dia tidak menguasai apa-apa.”

⇒ Mereka juga bertalbiyah tetapi talbiyah mereka ada kesyirikan. Mereka mengakui Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Lantas kenapa mereka menyembah patung-patung?

Patung-patung itu hanya simbol dari orang-orang shālih, simbol yang mendekatkan mereka kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karenanya mereka berkata sebagaimana Allāh abadikan dalam Al Qurān:

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ

“Kami tidak menyembah mereka kecuali untuk mendekatkan kami kepada Allāh dengan sedekat-dekatnya.”

(QS Az Zumār: 3)

⇒ Ini asal kesyirikan mereka dalam rangka untuk mengagungkan Allāh tetapi melalui perantara.

Oleh karenanya Ar Razzi, salah seorang mufassir dari kalangan madzhab Syāfi’iyah, dalam kitābnya Mafātihul Ghāib atau tafsir Ibnu kabīr, dia sebutkan:

“Orang-orang musyrikin dahulu, mereka menyembah penghuni kubur atau mereka menyembah patung-patung, dalam rangka mereka menyangka, kalau melalui perantara ini maka permintaan mereka segera dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”

Lebih mudah dikabulkan daripada langsung kepada Allāh karena melalui perantara-perantara yang dekat dengan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karenanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan:ِ

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ

“Dan jika hamba-Ku bertanya kepada engkau wahai Muhammad, katakanlah Aku dekat, Aku penuhi (kabulkan) doa orang yang berdo’a kepadaKu.”

(QS Al Baqarah: 186)

⇒ Tidak perlu lewat perantara, langsung saja kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karenanya ikhwān dan akhawāt yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kita perlu mengenal sejarah tentang kesyirikan yang terjadi sebelum datangnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan juga setelah datangnya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, agar kita tidak terjerumus ke dalam kesyirikan-kesyirikan tersebut.

Dan patung-patung yang mereka sembah berbeda-beda, masing-masing punya Tuhan sendiri-sendiri. Di Mekkah ada patungnya sendiri, di Thā’if ada patungnya sendiri, di Madīnah ada patungnya sendiri.

Di Mekkah ada 2 patung yang terkenal, diantaranya disebut dengan Al ‘Uzza dan Hubal, di Mekkah banyak patung sehingga mereka berkreasi membuat sesembahan-sesembahan.

Patung ini mewakili untuk ini, dan patung lain untuk ini, masing-masing punya fungsi sendiri-sendiri, sama seperti dewa-dewa pada keyakinan orang-orang Hindu (misalnya) dan orang-orang musyrikin.

Dan ini tidak benar. Namanya Tuhan, semua fungsi ditangan Dia, Tuhan Maha Sempurna.

Orang musyrikin juga memiliki Tuhan yang bermacam-macam, sebagaimana kata Ibnu ‘Abbās dalam Shahīh Bukhāri:

كَانَ الَّلاَتُ رَجُلاً يَلُتُّ سَوِيقَ الْحَاجِّ

“Latta dahulunya adalah orang shālih, (diantara kebiasaan dia adalah suka) membuat adonan makanan lalu dia bagi-bagikan kepada jama’ah haji.”

(Hadits riwayat Bukhari nomor 4481 versi Fathul Bari nomor 4859)

==> Maka tatkala dia meninggal dibuatlah patung di kuburannya.

Kemudian di Madīnah yang disembah oleh suku Aus dan suku Khazraj adalah Al Manāt.

Dan di Ka’bah ada sekitar 360 patung yang nanti akan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam hancurkan tatkala Fathu Makkah. Sebelumnya Rasūlullāh Shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak mampu menghancurkan.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam shalāt di Ka’bah, ada patung-patung. Namun Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam hanya mampu menghancurkannya setelah Fathu Makkah.

جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

“Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.”

(QS Al Isrā: 81)

Kita cukupkan disini saja, In syā Allāh besok kita lanjutkan lagi.

Wabillāhi taufīq walhidayah.

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ، وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاتة

———————————————-

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top