Bab 01 | Asal Usul Nenek Moyang Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam (Bagian 7)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Sirah Nabawiyyah
~~~~~~~

بِسْمِ الله الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

إنَّ الـحَمْدَ لله نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ونتوب إليه، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ،

أَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه لا نبي بعده

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا الله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَديِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحَدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.

Ikhwani fillāh, sebelum kita menjelaskan tentang nasab Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam, kita sampaikan tentang sejarah Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām secara singkat bagaimana Nabi Ismā’īl ‘alayhissalām sampai ke Mekkah.

Kita tahu bahwasanya Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām dilahirkan di negeri ‘Irāq. Tumbuh di atas tauhid, lalu mendakwahi kaumnya. Tatkala itu kaumnya menyembah berhala, diantaranya juga ayahnya.

Ayahnya pun marah dan berkata:

لَئِن لَّمْ تَنتَهِ لَأَرْجُمَنَّكَ

“Aku akan merajammu.”

(QS Maryam: 46)

Diusir dan diancam oleh ayahnya, dimusuhi oleh kaumnya dan akhirnya Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām keluar dari kaum tersebut, sementara kaumnya dalam keadaan musyrik.

Kemudian berjalanlah Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām ke negeri Syam. Disana beliau menikah dengan seorang wanita yang cantik jelita, namanya Sārah.

Di sana juga ternyata orang-orangnya kafir penyembah bintang, benda-benda langit. Nabi Ibrāhim juga mendakwahi mereka.

Oleh karenanya Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām dikenal dengan “Bapak Tauhid” karena beliau yang mendakwahkan tauhid. Dan menemukan 2 model kesyirikan pada masanya, yaitu para penyembah berhala dan penyembah benda-benda langit.

Kemudian setelah menikah bertahun-tahun dengan Sārah tapi belum memiliki anak. Akhirnya suatu hari Sārah pun berjalan bersama Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām melewati negeri Mesir, seperti dalam Shahih Bukhari dan yang lainnya.

Di negeri Mesir terkenal dengan seorang raja yang mata keranjang yang memiliki intel-intel (petugas khusus) untuk melirik wanita yang cantik. Kalau ada wanita yang cantik maka harus menjadi miliknya.

Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām mengerti berita ini sehingga tatkala mereka melewati negeri Mesir, Ibrāhīm ‘alayhissalām berkata kepada istrinya:

“Kalau mereka bertanya kepadamu, kau katakan bahwa aku adalah saudaramu karena aku tidak tahu di atas muka bumi ini yang Islam kecuali saya dan kamu, wahai istriku.”

Artinya di negeri Mesir tidak ada yang Islam kecuali mereka berdua. Nabi Lūth (sepupunya Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām) juga seorang Nabi tapi di negeri yang lain.

Akhirnya benar, tatkala melewati, maka terlihatlah oleh para pengikut raja dan mereka mengatakan:

“Wahai Raja, ada seorang wanita yang tidak boleh selain untukmu.”

Maka diambillah Sārah dan ditanyakan kepadanya siapakah Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām.

Kalau Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām mengatakan, “Saya adalah suaminya,” maka dia akan dibunuh. Tetapi kalau mengatakan, “Saya adalah saudaranya (kakak/adiknya),” maka tidak dibunuh.

Maka akhirnya Sārah diambil Sang Raja dan dimasukkan ke dalam kamarnya. Tatkala Sang Raja ingin menggauli, Sārah berdo’a dan Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām shalat dan berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Tiba-tiba kedua tangan Sang Raja terikat tidak bisa bergerak dan berkata:

“Wahai Sārah, berdo’alah kepada Tuhanmu agar membukakan ikatan kedua tanganku dan aku tidak akan mengganggumu.”

Maka Sārah berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, maka kedua tangan Raja tersebut terbuka, tatkala terbuka dari belenggunya, diapun tidak kuasa melihat kecantikan Sārah, dia maju lagi untuk menggauli Sārah.

Maka ketika mendekati Sārah, tangannya terikat kembali dan lebih parah dari sebelumnya. Sehingga dia berkata lagi:

“Wahai Sārah, sudah saya tidak akan mengganggu kamu lagi, do’akan kepada Allāh supaya terbuka tanganku ini.”

Maka Sārah berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, lalu kedua tangan Raja terbuka, begitu terbuka dia tak kuasa lagi saking cantiknya Sārah, maka dia maju lagi untuk mendekati Sārah untuk ketiga kalinya.

Maka tiba-tiba tangannya terbelenggu lebih kuat daripada dua kali sebelumnya. Maka dia mengatakan:

“Sudah, saya taubat dan ini terakhir, berdo’alah agar terbuka kedua tanganku.”

Maka Sārah berdo’a dan terbukalah kedua tangan Raja dan dia mengatakan kepada anak buahnya:

“Kalian tidak mendatangkan kepadaku seorang wanita tetapi kalian telah mendatangkan kepadaku seorang syaithan.”

Akhirnya karena Raja ini menghargai Sārah, diapun memberikan kepada Sārah seorang wanita yang namanya Hajar, dijadikan pembantu Sārah.

Maka berjalanlah Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām bersama istrinya dari negeri tersebut bersama seorang penghuni keluarga baru yaitu Hajar, pembantu mereka berdua, menjalani kehidupan.

Namun, bertahun-tahun berikutnya ternyata Sārah tidak juga mengandung, sampai Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām dan Sārrah sudah mulai tua. Sārah kasihan melihat suaminya. Suaminya harus memiliki keturunan, maka menikahlah Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām dengan pembantunya, Hajar. Jadi yang menawarkan kepada suaminya adalah istrinya.

Maka Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām menikah dengan Hajar dan akhirnya Hajar mengandung, yaitu Ismā’īl ‘alayhissalām.

Tatkala itu Sārah cemburu kepada Hajar, maka diapun benci kepada Hajar dan akhirnya Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām mengantarkan Hajar ke Mekkah untuk berhijrah, membawa putrannya, Ismā’īl ‘alayhissalām dalam rangka untuk menjauhkan supaya tidak cekcok terus antara Sārah dengan Hajar.

Demikianlah tabi’at wanita, akan tetapi Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām tidak mencaci maki Sārrah, karena kecemburuan itu wajar, kecemburuan itu mustahil bisa dihilangkan. Kecemburuan itu ada manfaatnya dan ada juga kekurangannya.

Diantara manfaatnya, seorang istri akan sangat sayang kepada suami jika ada rasa cemburu, lebih perhatian. Jika tidak ada rasa cemburu maka istri akan cuek saja. Namun cemburu ini tidak dijadikan bahan celaan oleh Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām dan membawa pergi Hajar ke Mekkah.

Dan kisahnya panjang dalam Shahih Bukhari.

Intinya, Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām meletakkan Hajar dan Ismā’īl ‘alayhissalām ke Mekkah kemudian pergi.

Kemudian tatkala Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām melangkahkan kakinya, tidak berbalik, maka Hajar mengejar suaminya dan mengatakan:

“Wahai Ibrāhīm, apakah engkau meninggalkan aku dan putramu ditempat yang tidak ada sesuatupun?”

Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām tidak menoleh, dan jalan terus.

Lalu Hajar mengejar dan berkata:

“Wahai Ibrāhīm, apakah engkau meninggalkan aku ditempat yang tandus tidak ada apa-apa?”

Tetapi Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām jalan terus. Yang ketiga kalinya dipanggil lagi tidak balik.

Maka Hajar berkata:

“Apakah Allāh yang telah memerintahkan engkau dengan hal ini?”

Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām menjawab:

“Ya, Allāh yang perintahkan.”

Maka kata Hajar:

“Kalau begitu Allāh tidak akan meninggalkan/menyia-nyiakan kami.”

Maka Ibrāhīm ‘alayhissalām pun berkata setelah berjalan agak jauh, dia mengangkat tangan dan berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan do’anya:

رَّبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِندَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُم مِّنَ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

“Ya Allāh, aku meletakkan anakku/keluargaku ditempat ini yang tandus tidak ada tanaman di dekat rumahmu (Baitullāh) yang dihormati. ya Allāh, demikian itu untuk menegakkan shalat, maka jadikanlan hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka rizki dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.”

(QS Ibrāhīm 37)

Anak dan istrinya sangat dicintainya, tetapi dia tidak ingin berdo’a dan diketahui mereka, maka Nabi Ibrāhīm ‘alayhissalām menjauh dan berdo’a kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Akhirnya benar, Allāh menjaga Hajar dan sebagaimana kita ketahui ceritanya dalam Shahih Bukhari dan yang lainnya.

Ibrāhīm ‘alayhissalām hanya memberikan bekal sekantung kurma dan sekantung air.

Maka di awal-awal hari masih cukup, tapi tatkala bekal sudah habis dan air susu tidak keluar lalu apa yang disusukan kepada Ismā’īl ‘alayhissalām?

Kita cukupkan disini saja, in syā Allāh besok kita lanjutkan lagi.

وبالله التوفيق والهداية
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
__________