Home > Bimbingan Islam > Kitābul Jāmi' > Hadits 09| Pemimpin Yang Berbuat Ghisy Kepada Rakyat (Bagian 1)

Hadits 09| Pemimpin Yang Berbuat Ghisy Kepada Rakyat (Bagian 1)

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
📝 AlHāfizh Ibnu Hajar ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
~~~~~~~

عَنْ مَعْقِلٍ بنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ” مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ ” .

Dari Ma’qil bin Yasir Radhiyallāhu ‘anhu, dia berkata: “Saya mendengar Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba yang Allāh memberikan kesempatan kepadanya untuk mengatur rakyat (bawahan), tatkala (hari dimana) dia meninggal dunia, sementara ia dalam kondisi berbuat Ghisy kepada rakyatnya, kecuali Allāh akan mengharamkan baginya surga””.

(HR Bukhari nomor 6617, versi Fathul Bari nomor 7150 dan Muslim nomor 3509, versi Syarh Muslim nomor 142)
〰〰〰〰〰〰〰〰〰

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kita masuk pada hadits yang ke 9 dan hadits ini tentang akhlak yang buruk yang berkaitan dengan orang-orang yang memiliki jabatan di pemerintahan atau memilik kekuasaan.

عَنْ مَعْقِلٍ بنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُولُ ” مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ ” .

Dari Ma’qil bin Yasar radhiyallāhu ‘anhu ia berkata: Aku mendengar Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

“Tidaklah seorang hamba yang Allāh berikan kepadanya kesempatan untuk mengatur rakyat (bawahan), tatkala (hari dimana) dia meninggal dunia sementara dia dalam kondisi berbuat ghisy kepada rakyatnya kecuali Allāh akan haramkan baginya surga.”

(HR Bukhari nomor 6617, versi Fathul Bari nomor 7150 dan Muslim nomor 3509, versi Syarh Muslim nomor 142)

Yang dimaksud dengan ghisy adalah lawan dari nasihat dan yang dimaksud dengan nasihat adalah seorang muslim berusaha berbuat yang terbaik bagi muslim yang lain.

Contohnya, Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dalam sebuah hadits membaiat sebagian sahabat, di antara isi baiatnya adalah melakukan nasihat pada setiap muslim.

Artinya bukan memberi nasihat seperti yang dipahami dalam bahsa kita, tapi maksudnya adalah berbuat yang terbaik bagi sesama muslim.

Oleh karenanya dalam sebuah hadits yang masyhur Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

” الدِّينُ النَّصِيحَةُ ” قُلْنَا لِمَنْ قَالَ ” لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ ” .

“Agama adalah nasihat.”

Kami berkata:

“Kepada siapa ya Rasulullāh?”

Maka Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam berkata:

“Nasihat kepada Allāh dan kepada kitab-Nya, kepada Rasul-Nya, kepada imam (pemimpin) kaum muslimin dan kaum muslimin secara umum.”

(HR Muslim nomor 82, versi Syarh Muslim nomor 55)

Nasihat di sini bukan seperti yang kita pahami dalam bahasa Indonesia yang artinya seseorang memberi nasihat kepada pihak yang lain.

Tapi nasihat dalam sari’at (dalam istilah syar’i) maknanya lebih umum yaitu melakukan yang terbaik kepada yang dinasihati.

Seperti nasihat kepada Allāh, tentunya bukan seperti yang kita pahami yaitu memberi nasihat kepada Allāh, tapi maksudnya adalah apa yang terbaik yang bisa kita lakukan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Sehingga maksudnya adalah menjalankan perintah-Nya, menjauhkan larangan-Nya.

Itu yang namanya nasihat.

Kemudian nasihat kepada Rasulullāh juga bukan berarti memberi nasihat kepada Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan ini adalah bentuk ketidakpantasan kepada Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam.

Jadi maksudnya adalah bersikap yang terbaik yang berkaitan dengan hak Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, seperti taat kepada perintahnya, menjauhi larangannya.

Demikian juga nasihat kepada Al Qur’an. Bagaimana menasihati Al Qur’an? Al Qur’an bukan pihak yang bisa diajak berbicara.

Nasihat kepada Al Quran adalah berbuat yang berbaik yang berkaitan dengan Al Qur’an, seperti:

– Meyakini Al Qur’an turun dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
– Bahwasannya seluruh huruf dalan lafazh-lafazh adalah firman dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
– Menjalankan perintah yang ada dalam Al Qur’an dan menjauhi larangan.

Itulah maksudnya nasihat.

Lawan dari nasihat adalah ghisy, yaitu berbuat yag tidak baik kepada rakyatnya.

Kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلاَّ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

“Tidaklah seorang hamba Allāh berikan kesempatan untuk mengatur rakyat (bawahan), tatkala meninggal dunia ternyata dia berbuat ghisy kepada rakyatnya maka Allāh akan haramkan baginya surga.”

Yaitu melakukan perbuatan yang tidak seharusnya kepada rakyatnya.

Harusnya dia melakukan nasihat yaitu yang terbaik kepada rakyatnya namun tidak demikian, maka dosanya besar.

Ini adalah ancaman bagi pemimpin (penguasa)

Dana kata para ulama, ini mencakup penguasa yang besar maupun penguasa dalam skup yang lebih kecil. Meliputi presiden, raja, khalifah dan juga yang dibawahnya sepeti menteri yang memiliki anak buah dibawahnya, gubernur, bupati kemudian camat sampai lurah.

Lurah juga memiliki rakyat di bawahnya, maka dia harus melakukan yang terbaik bagi rakyat (bawahan)nya.

Kalau ternyata dia melakukan ghiys, tidak melakukan yang terbaik kepada rakayatnya, dia hanya mementingkan kepentingan pribadinya, hanya memikirkan kemaslahatan dirinya, tidak memikirkan kemaslahatan rakyatnya, maka dia terancam Allāh haramkan surga baginya.

Oleh karenanya, kedudukan sebagai pemimpin adalah kedudukan yang bermata dua, berbahaya. Seseorang bisa meraih surga yang tinggi dan sebaliknya bisa terjerumus ke dalam neraka yang paling bawah gara-gara menjadi seorang pemimpin.

Oleh karenanya Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tatkala menyebutkan tentang 7 golongan yang akan Allāh naungi pada hari kiamat kelak yang pertama adalah pemimpin yang adil.

Kata Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, bahwa:

سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ بِعِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ دعته امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ فَقَالَ: إِنِّيْ أَخَافُ اللهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِيْنُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ

Ada 7 golongan yang akan dinaungi oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla pada hari kiamat yaitu tatkala di padang mahsyar dimana matahari diturunkan oleh Allāh pada jarak 1 mil sehingga manusia kehausan, kelaparan dan bercucuran keringat mereka (7 golongan tersebut adalah orang-orang yang melakukan amalam-amalan yang luar biasa).

Yang pertama adalah imam yang adil.

Yang kedua adalah dua orang yang saling mencintai karena Allāh, bertemu karena Allāh, berpisah karena Allāh.

Yang ketiga adalah pemuda yang tumbuh di atas ketaatan kepada Allāh. (Anak muda yang biasanya bersenang-senang, berhura-hura namun dia tidak. Dia tumbuh dalam ketaatan, dia tinggalkan selururh hura-huranya untuk beribadah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla).

Yang keempat adalah seorang yang hatinya selalu rindu untuk ke masjid. (Rindu untuk mendengarkan adzan. Dia bekerja, mencari nafkah akan tetapi dia rindu kapan dikumandangkan adzan. Sehinggah hatinya senantiasa rindu untuk ke masjid).

Yang kelima adalah seorang lelaki yang dirayu oleh wanita yang cantik, kaya-raya dan memiliki kedudukan kemudian diajak untuk berzinah tapi laki-laki itu berkata, “Aku takut kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”

Yang ke enam adalah seorang yang berinfaq dengan tangan kanannya kemudian dia sembunyikan sampai-sampai tangan kirinya tidak tahu yang diinfaqkan oleh tangan kanannya. (Ini adalah ibadah yag luar biasa).

Yang ke tujuh adalah orang yang tatkala sendirian takut dan mengagungkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla sampai kemudian menangis.

(HR Bukhari nomo 620, versi Fathul Bari nomor 660 dan Muslim nomor 1712 versi Syarh Muslim nomor 1031)

Ini 7 orang yang luar biasa yang akan dinaungi oleh Allāh pada hari kiamat.

Dan yang pertama kata Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah imam yang adil. Kenapa?
Karena imam yang adil ini pahalanya luar biasa. Kalau dia mengeluarkan ketetapan, undang undang atau peraturan yang membawa kemaslahatan bagi rakyatnya maka pahala akan sangat banyak.

Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

خَيْرُ الناسِ أَنْفَعُهُمْ لِلناسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia”

وَأَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ

“Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia.”

(HR Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir nomor 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ nomor 176).

Bayangkan, seorang raja atau gubernur atau pak lurah yang membuat peraturan yang bermanfaat bagi orang banyak, betapa banyak orang yang akan berterima kasih kepadanya, betapa banyak orang yang akan berbahagia dengan peraturan tersebut.

Maka betapa banyak pahala yang akan dia dapatkan.

Oleh karenanya, pantas Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tatkala menyebutkan 7 golongan yang akan dinaungi oleh Allāh pada hari kiamat kelak yang pertama disebutkan adalah imam yang adil, karena pahalanya sangat luar biasa.

Namun sebaliknya, jika dia melakukan ketidakadilan, dia melakukan ghiys, tidak melakukan nasihat kepada rakyatnya, maka diapun binasa, diancam dengan neraka Jahannam.

Akan kita lanjutkan pada sesi berkutnya, in syā Allāh

Wallāhu A’lam bishowwab.
__________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top