🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
📝 AlHāfizh Ibnu Hajar ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
~~~~~~~
بِسْمِ اللَّهِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
Pada pambahasan kali ini, kita akan membahas bagaimana kiat-kiat agar terlindung dari penyakit riya’.
Yaitu:
▪1. Yang paling penting adalah berdoa kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan tulus dan serius minta kepada Allāh agar Allāh menjauhkan kita dari penyakit riya’.
Diantaranya adalah doa yang diajarkan oleh Nabi shallallāhu ‘alayhi wasallam:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allāh, aku berlindung kepada Engkau dari kesyirikan yang aku sadari dan aku berlindung kepada Engkau dari kesyirikan yang aku tidak sadari.”
(HR Bukhari)
Ini adalah doa agar terlindung dari riya’, kenapa?
Karena pintu-pintu riya’ sangatlah samar.
Betapa banyak pintu-pintu riya’ yang dialami seseorang dan dia masuk ke dalam pintu tersebut dan dia tidak sadar.
Dan syaithan memiliki berbagai macam metode (langkah-langkah) untuk menjerumuskan orang kedalam riya’.
Jadi kita harus berdoa kepada Allāh agar dijauhkan dari riya’.
▪2. Kiat yang kedua adalah berusaha untuk menyembunyikan amal shalih.
Kalau kita mempunyai amal shalih jangan kita ceritakan kecuali jika ada maslahatnya
Jadi, pada asalnya adalah kita sembunyikan.
Ingat, bahwasannya amal shalih yang dikerjakan dengan diam-diam pahalanya lebih besar daripada yang dikerjakan dengan kelihatan.
Dua-duanya kalau ikhlas akan dapat pahala, akan tetapi yang tersembunyi lebih baik.
Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
إِنْ تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ وَإِنْ تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
“Jika kalian menampakkan sedekah maka itu baik, namun jika kalian sembunyikan sedekah kalian dan kalian berikan kepada orang fakir maka itu lebih baik bagi kalian.”
(QS Al-Baqarah: 271)
Ini menunjukkan bahwa amal itu ada 2 derajat, yaitu:
– Amal yang ikhlas dengan dilihat oleh orang lain.
– Dan berikutnya adalah amal yang ikhlas (dan ini derajatnya lebih tinggi) yang disembunyikan atau tidak dilihat oleh orang lain.
Oleh karenanya Nabi shallallāhu ‘alayhi wasallam memuji bahwa diantara 7 orang yang dinaungi oleh Allāh pada hari kiamat, salah satu diantaranya adalah:
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
“Seseorang yang dia berinfaq dengan diam-diam sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya.”
(HR Bukhari 1423 dan Muslim 1031, dari Abu Hurairah)
Padahal tangan kiri adalah teman dekat tangan kanan. Dimana ada tangan kanan, tangan kiri selalu bersama dan bekerja sama. Namun untuk urusan amal shalih, tatkala tangan kanan bersedekah maka disembunyikan sampai-sampai sahabat dekatnya, teman sejawatnya yaitu tangan kiri tidak mengetahui.
Ini menunjukkan bahwa orang ini berusaha untuk menyembunyikan amal shalihnya.
Adalah perkara yang menyedihkan dijaman sekarang, kalau jaman dahulu, para salaf, mereka benar-benar berusaha menyembunyikan amal mereka. Adapun jaman sekarang, kita dapati orang-orang berusaha dengan berbagai macan metode dan uslub (gaya) untuk mengumbar, men-share, mem-publish amalan shalih mereka.
Dengan melalui Facebook, whatsapp dengan menjadikan sebagai DP (dispaly picture) pada Whatsapp dan macam-macamnya.
Dengan bergaya mengangkat kedua tangan sambil berdoa di depan Ka’bah kemudian difoto, “luar biasa”.
Dia tidak berdoa kepada Allāh, hanya bergaya berdoa dihadapan Allāh kemudian difoto. Kedua tangannya yang diangkat tersebut bukan karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bukan ikhlas berdoa kepada Allāh, akan tetapi untuk riya’, agar difoto dan disebarkan ke teman-temannya.
Oleh karenanya seseorang harus berusaha untuk menyembunyikan amal shalihnya.
Kalau bisa, ketika dia umrah tidak ada yang tahu, berhaji tidak ada yang tahu, berjalan ke Masjid Nabawi tidak ada yang mengetahui.
Ini adalah sarana yang paling kuat agar kita terhindar dari riya’.
Seseorang hendaknya melatih diri agar qona’ah, merasa puas, jika yang tahu hanyalah Allāh. Kalau Allāh sudah tahu dia sudah merasa puas, sehingga dia tidak punya syahwat agar orang lain tahu amalan dia, cukup dia tahu bahwa Allāh sudah tahu.
Makanya sebagian orang “luar biasa”, semua kebaikkan yang dia lakukan dia share.
Dia berbakti kepada orang tuanya, dia share. Padahal amalan ini adalah amalan yang luar biasa, tidak usah di-share, tidak usah digembar-gemborkan.
Dia baik sama istrinya, dia share, ini tidak perlu.
Seseorang hendaknya berusaha menjaga privasi dia, cukup Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang tahu. Dia boleh men-share, boleh menyampaikan kalau ada maslahatnya.
Akan tetapi kelau sekedar untuk memamerkan, agar orang lain tahu, maka ini adalah pintu besar yang dapat menjerumuskan orang kedalam riya’.
Oleh karenanya, menyembunyikan ibadah merupakan sarana yang kuat agar terhindar dari penyakit riya’.
▪3. Kemudian yang terakhir agar terhindar dari penyakit riya’, yaitu kita mengingat akan bahaya riya’ dan bahagianya orang ikhlas.
Bahaya riya’ sangat besar.
Orang yang riya’ di dunia tidak akan pernah puas. Dia ingin dikomentari dan ingin dipuji. Tidak selamanya orang memuji kita, kadang-kadang mencela kita. Mungkin sekarang memuji kita dengan pujian yang habis habisan, akan tetapi kalau lagi bermasalah sama kita maka dia akan mencaci-maki dengan berlebih-lebihan.
Oleh karenanya, kalau hanya megharapkan pujian manusia maka ini adalah cita-cita yang tidak akan pernah tercapai.
Kalau ada yang memuji kita pasti juga ada yang mecela kita. Kalaupun dia memuji kita, tidak selamanya memuji kita.
Adapun mengharapkan semua orang memuji kita, maka ini hanya menimbulkan kekecewaan dan kesedihan. Orang yang seperti ini adalah orang yang gelisah karena yang dicari adalah pujian sehingga kalau tidak dia dapatkan diapun bersedih.
Adapun akibat riya’ di akhirat, sebagaimana telah dijelaskan, 3 orang yang pertama kali diadzab di neraka Jahannam adalah orang-orang yang riya’ semuanya.
Yang berjihad karena riya’, yang belajar dan mengajarkan ilmu (berdakwah) karena riya’ dan yang bersedekah karena riya’.
Maka hendaknya kita merenungkan akibat riya’ di dunia dan di akhirat, ini akan menjauhkan dari penyakit riya’.
Kemudian, kita juga merenungkan tentang kebahagiaan orang yang ikhlas.
Orang yang ikhlas adalah orang berbahagia. Dia tahu bahwa Allāh mengetahui amalan dia. Dia berbahagia meskipun orang lain tidak mengetahui amalan dia.
Dia tentram, kenapa?
Karena dia tahu bahwa:
– Penciptanya, Allāh Subhānahu wa Ta’āla, yang akan memberi ganjaran telah mengetahui dia beramal shalih.
– Penciptanya, Allāh Subhānahu wa Ta’āla, telah tahu dia berbuat baik kepada orang tuanya.
– Tahu bahwa ia telah baik kepada istrinya.
Maka ini mendatangkan kebahagiaan dalam dirinya.
Orang yang ikhlas adalah orang yang paling berbahagia, dia tidak peduli dengan komentar orang. Yang dia pedulikan adalah komentar Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
Perlu saya ingatkan. Kita berusaha ikhlas namun Allāh berfiman:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا
“Allāh tidak membani seseorang diluar kemampuannya.”
(QS Al-Baqarah: 286)
Jika kita sudah berusaha ikhlas dengan semaksimal mungkin, lantas mungkin kita tejerumus ke dalam riya’ dalam sedikit kesalahan, mungkin kadang niat kita tidak beres, kita segera bertaubat kepada Allāh. Mudah-mudahan Allāh mengampuni dosa-dosa kita tersebut, karena Allāh mengetahui bahwa kita telah berusaha.
Tidak ada yang menjamin kita selalu ikhlas, akan tetapi kalau kita berusaha maka Allāh megetahui usaha kita dan (insya Allāh) Allāh akan memaafkan kekurangan kita yang di luar dari kemampuan kita.
والله تعال أعلمُ بالصواب
وبالله التوفيق
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
__________