🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Abdussalaam Busyro, Lc. حفظه لله تعالى
📗 Kitab عقيدة التوحيد (Aqiidatut Tauhiid ) Hal 45-53
📝 Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه لاحول ولاقوة إلا بالله
Pada pembahasan yang lewat telah kami sampaikan syarat yang pertama dan untuk kesempatan kali ini kita akan membahas syarat yang kedua.
*▪ Syarat Yang Kedua : Yakin*
Berkata muallif _hafidzahullāh:_
اليقين : بأن يكون قائلها مستيقنا بما تدل عليه، ، قال تعالى تعالى: إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ
_Yakin (اليقين) adalah menjadikan orang yang mengucapkan yakin dan membenarkan, apa yang terkandung di dalamnya._
فإن كان شاكا فيما تدل عليه لم تنفعه
_Kalau sekiranya orang yang mengucapkan kalimat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) ini ternyata dia penuh dengan keraguan dengan apa yang terkandung di dalamnya maka tidak akan bermanfaat baginya._
Sebagaimana firman Allāh:
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ يَرۡتَابُواْ
_”Sesungguhnya orang-orang yang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allāh dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ada keraguan di dalamnya.”_
(QS. Al-Hujurāt: 15)
Subhānallāh, diantara hal yang patut kita syukuri adalah menjadi hamba Allāh yang beriman dan tidak ragu di dalamnya.
Disebutkan di dalam hadīts Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
من اصبح المؤمنين
_”Barangsiapa yang di waktu pagi dalam keadaan beriman”_
Beriman nikmat.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda:
يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا
_”Bisa jadi seseorang di waktu pagi hari dalam keadaan beriman, kemudian di waktu sore ia kafir”_
و يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا
_”Bisa jadi seseorang di waktu sore hari dalam keadaan beriman, kemudian di waktu pagi ia kafir”_
فإن كان مرتابا كان منافقا
_Seseorang yang mengucapkan Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) sementara di dalam hatinya ada keraguan maka dihukumi seperti orang munafik._
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam suatu saat pernah bersabda:
فَمَنْ لقيتَ مِنْ وَرَاءِ هَذا الحائِط يَشْهَدُ أَنْ لا إلهَ إلَّا اللَّهُ مُسْتَيْقِنًا بِهَا قَلْبُهُ؛ فَبَشِّرْهُ بالجنَّةِ
_”Siapapun yang engkau jumpai, dibalik tembok kebun ini, kemudian dia bersaksi dengan penuh dengan keyakinan, ‘bahwasanya tidak ada dzat yang berhak untuk disembah kecuali Allāh’, maka kabarkanlah kepadanya kabar gembira dengan surga”_
Subhānallāh.
Menunjukkan siapapun orang yang mengucapkan kalimat tauhīd dengan penuh keyakinan dengan apa yang terkandung di dalamnya maka dia akan masuk surga.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ قال في آخِر الحياة لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ
_”Barangsiapa yang di akhir hayatnya mengucapkan kalimat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) maka dia akan masuk surga”_
Kemudian syaikh Shalih Fauzan mengatakan:
فمن لم يستيقن بها قلبه، لم يستحق دخول الجنة
_Begitu juga sebaliknya orang yang mengucapkan Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) tetapi dia tidak yakin dengan kebenaran apa yang diucapkannya (hatinya mengingkari)._
Orang-orang munafik jika mereka berjumpa dengan orang-orang beriman maka Allāh menyebutkan:
وَإِذَا لَقُوا۟ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ قَالُوٓا۟ ءَامَنَّا
_”Jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman maka mereka mengatakan kami ini beriman”_
Bagaimanakah Allāh mengungkapkan jika orang-orang munafik ini bertemu dengan antek-antek mereka Allāh ungkapkan dengan syaithan.
وَإِذَا خَلَوْا۟ إِلَىٰ شَيَـٰطِينِهِمْ قَالُوٓا۟ إِنَّا مَعَكُمْ
_”Dan jika mereka berjumpa dengan sesama orang-orang munafik, mereka mengatakan Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok”_
(QS. Al-Baqarah: 14)
Kemudian Allāh menyebutkan:
ٱللَّهُ يَسۡتَهۡزِئُ بِهِمۡ وَيَمُدُّهُمۡ فِي طُغۡيَٰنِهِمۡ يَعۡمَهُونَ
_”Allāh akan memperolok-olokkan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan”_
(QS. Al-Baqarah: 15)
الشرط الثالث : القبول : لما اقتضته هذه الكلمة من عبادة الله وحده، وترك عبادة ما سواه؛ فمن قالها ولم يقبل ذلك ولم يلتزم به؛ كان من الذين قال الله فيهم: {إِنَّهُمۡ كَانُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ يَسۡتَكۡبِرُونَ ۞ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوٓاْ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٖ مَّجۡنُونِۭ}
*▪ Syarat Yang Ketiga: Qabul*
Al-Qabūl (القبول) menerima itu menafīkan atau meniadakan semua bentuk penolakan.
: القبول : لما اقتضته هذه الكلمة من عبادة الله وحده وترك عبادة ما سواه
*Al-Qabūl adalah menerima apa saja yang terkandung di dalam kalimat ini (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) dan di dalamnya ada konsekuensi yaitu menyembah Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata. Dan meninggalkan semua bentuk peribadatan selain yang ditunjukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.*
فمن قالها ولم يقبل ذلك ولم يلتزم به؛ كان من الذين قال الله فيهم
*Siapa saja yang mengucapkannya akan tetapi tidak menerima dan mentaati maksud dari apa yang terkandung di dalam kalimat (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) maka dia tergolong di dalam firman Allāh berikut ini.*
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:
إِنَّهُمۡ كَانُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَهُمۡ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا ٱللَّهُ يَسۡتَكۡبِرُونَ ۞ وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوٓاْ ءَالِهَتِنَا لِشَاعِرٖ مَّجۡنُونِۭ
*”Sungguh, dahulu apabila dikatakan kepada mereka, “Lā ilāha illallāh” (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah), mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata, “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?”*
(QS. Ash-Shāffāt : 35-36)
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam dianggap penyair.
Al-Walid Ibnu Mughirah tatkala beliau berjumpa dengan kaumnya (sesudah mendengar apa yang dibaca oleh Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam. Dia pun binggung, julukan apa yang seharusnya diberikan kepada Muhammad?
Jika dikatakan Muhammad gila, Beliau tidak gila karena orang gila ucapannya tidak jelas sedangkan Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam ucapan Beliau jelas.
Kemudian Al-Walid menetapkan Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam sebagai penyair, tetapi dia pun binggung karena penyair biasanya hanya membual saja (hanya berbicara tetapi tidak pernah mengerjakan).
Sementara Al-Walid Ibnu Mughirah mengenal bahwanya Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam, Beliau mengucapkan dan mengerjakan.
Kemudian Al-Walid mengatakan, “Mungkin Muhammad seorang tukang sihir” kemudian dia mengatakan sihir itu tidak jelas (ucapannya berupa mantera-mantera) sementara ucapan Muhammad shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah benar.
Demikianlah, “Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan petunjuk kepada siapa saja yang Allāh kehendaki. Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla menyesatkan siapa saja yang Allāh kehendaki”.
Al-Walid Ibnu Mughirah paham akan kebenaran Al-Qur’ān tetapi karena hatinya tertutup sehingga dia mengatakan, “Apakah kami harus meninggalkan sesembahan kami karena seorang penyair gila?”.
وهذا كحال عباد القبور اليوم
_Jika kita berbicara materi yang barusan kita sampaikan (syarat ketiga ini) ini adalah keadaan penyembah-penyembah kubur yang belakangan ini sering kita jumpai._
فإنهم يقولون: لا إله الا الله، ولا يتركون عبادة القبور، فلا يكونون قابلين لمعنى : لا إله الا الله
_Karena sesungguhnya mereka mengatakan Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) tapi mereka tidak meninggalkan peribadatan terhadap kuburan, maka dengan demikian mereka tidak menerima apa yang terkandung di dalam makna Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ)._
Terkait dengan عبادة القبور (penyembah kuburan) seorang mukmin hendaknya paham bahwasanya kuburan adalah tempat dimana Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam pernah bersabda:
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ أَلاَ فَزُوْرُوْهَا فَإِنَّهَا تُرِقُّ الْقَلْبَ، وَتُدْمِعُ الْعَيْنَ، وَتُذَكِّرُ اْلآخِرَةَ، وَلاَ تَقُوْلُوْا هُجْرًا.
_”Dahulu aku pernah melarang kalian untuk ziarah kubur, sekarang ziarahilah kubur karena ziarah kubur dapat melembutkan hati, meneteskan air mata, mengingatkan negeri Akhirat dan janganlah kalian mengucapkan kata-kata kotor (di dalamnya).”_
Pada dasarnya dahulu ziarah kubur dilarang kemudian Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam membolehkan para sahabat dan umatnya untuk ziarah kubur.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
زوروا القبور فإنها تذكر الموت
_”Hendaklah kalian ziarah kubur, karena ziarah kubur akan mengingatkan kalian akan kematian”_
Kita sebagai seorang muslim kadang menjumpai orang-orang yang biasanya (pekerjaannya) ziarah kubur, maka ingat! Hendaklah mereka memahami hadīts Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam bahwasanya ziarah kubur itu diperbolehkan tetapi Allāh melaknat kaum wanita yang pekerjaannya ziarah kubur.
Bagi laki-laki ziarah kubur itu dianjurkan adapun untuk kaum wanita, wanita itu hatinya lembut sehingga belum masuk kuburan saja sudah nangis apalagi sebentar lagi bulan Sya’ban.
Ada sebagian orang yang menjadikan bulan Syab’an untuk ziarah kubur dengan pemahaman sebagai bentuk birrul walidain. Ziarah kubur bisa kapan saja, tidak harus di bulan Sya’ban.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menyebutkan, _”Ziarah kubur mengingatkan kematian.”_
Tetapi orang-orang sekarang ziarah kubur bukan untuk mengingat kematian tetapi mengingatkan kehidupan.
Apa bukti bahwasannya ziarah kubur bagi sebagian orang adalah mengingatkan kehidupan? Ada sebagian orang ketika ziarah kubur mereka membawakan makanan atau minuman yang menjadi kesukaan penghuni kubur ketika mereka masih hidup dulu.
Suatu saat ada yang pernah berkata kepada kami, “Pak ustadz, saya pernah ikut keluarga besar pergi ziarah kubur dan membawa makanan yang disukai oleh bapak saya dulu, dan membawa teh pahit yang menjadi kesukaan ayah saya dulu waktu hidup”, karena di kuburan dzikirnya lama, bacaan-bacaannya lama, kemudian saya haus dan saya minum teh pahit itu”.
Begitu teh saya minum, saudara-saudara saya melihat saya dengan pandangan yang sinis kemudian saya berkata kepada mereka, “Nanti kalau bapak tanya siapa yang minum teh pahit, bilang padaku. Aku yang minum”.
Subhānallāh.
Sebagai seorang muslim hendaknya kita berakal bahwa ziarah kubur itu hanya untuk mengingat kematian bukan mengingat kehidupan.
وصلى الله على محمد وآل أله وصحبه وسلم
و السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
____________________