Home > Bimbingan Islam > Aqiidatut Tauhiid > Halaqah 02: Tafsir-Tafsir Yang Bathil Tentang Makna Laa Ilaha Illallah

Halaqah 02: Tafsir-Tafsir Yang Bathil Tentang Makna Laa Ilaha Illallah

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Abdussalaam Busyro, Lc. حفظه لله تعالى
📗 Kitab عقيدة التوحيد (Aqiidatut Tauhiid ) Hal 45-53
📝 Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ ارْزُقْنيِ فَهْماً

قال الله تعالى في الكتاب الكريم : «وما خلقت الجن و الإنس إلا ليعبدون» وأحيكم تحية الإسلام تحية السنه و الجماعة
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Sahabat BiAS yang kami muliakan, syukur kita kehadirat Allāh atas nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan. Kembali kita sama-sama berthalabul ilmi, kita akan membahas yaitu Kitāb Aqidatu At-Tauhīd karya Syaikh Shahih Fauzan al-Fauzan.

Pendengar BiAS yang kami muliakan.

و قد فصسرت هذه الكلمة بتفسبرات باطلة، منها

Syukur kita kehadirat Allāh atas nikmat dan karunia Nya, kembali kita dikesempatan kali ini, kita bisa kembali sama-sama berthalabul ilmi, semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla meridhāinya. Masih pada pembahasan Kitāb Aqidatu At-Tauhīd karya Fadhillatu Syaikh DR. Shalih Fauzan al-Fauzan hafizhahullāh ta’āla.

فظلة الكتاب العلماء. وقد فُسّرتْ هذه الكلمةُ

_Dan telah ditafsirkan kalimat-kalimat berikut ini dengan beberapa penafsiran yang bathil, Apakah penafsiran yang bathil? maka penafsiran yang bathil di antaranya adalah,_

١- أن معناه‏ا :‏ لا معبودَ إلا الله‏، وهذا باطل،

_Tidak ada sesembahan kecuali Allāh dan ini adalah penafsiran yang bathil._

Ketika seseorang menafsirkan kalimat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) ditafsirkan dengan, _”Tidak ada sesembahan kecuali Allāh”._

لأن معناه‏:‏ أن كل معبود بحقّ أو باطل هو الله، كما سبق بيانه قريبًا‏

_Karena jika seseorang menafsirkan, “Tidak ada sesembahan kecuali Allāh”, maka akan kita pahami bahwasanya sesembahan itu bisa benar dan bisa bathil. Dan dia-lah Allāh._

Maka pernyataan seperti ini sudah kita bahas pada pembahasan yang telah lewat .

٢- أن معناها‏:‏ لا خالقَ إلا الله‏.‏ وهذا جزء من معنى هذه الكلمة؛ ولكن ليس هو المقصود؛ لأنه لا يثبت إلا توحيد الربوبية، وهو لا يكفي وهو توحيد المشركين

Tidak ada pencipta (خالقَ) kecuali (إلا الله‏) Allāh.

وهذا جزء من معنا هذه الكلمة؛ ولكن ليس هو المقصود

_Dan ini bagian daripada kalimat tersebut akan tetapi bukan itu yang menjadi harapan._

لأنه لا يثبت إلا توحيد الربوبية

_Karena jika seseorang menafsirkan penafsiran (لا خالقَ إلا الله‏) tidak ada pencipta kepada Allāh, maka di sinilah penetapan Tauhīd Rububiyyah._

وهو لا يكفي وهو توحيد المشركين

_Dan seseorang menafsirkan, “Tidak ada pencipta kecuali Allāh”, maka itu tidak cukup dan ini adalah tauhīdnya orang-orang musyrikin Quraisy._

Di mana orang-orang musyrikin Quraisy tatkala mereka ditanya:

وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ وَسَخَّرَ ٱلشَّمْسَ وَٱلْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ ٱللَّهُ

_Jika ditanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allāh”…_ (QS. Al-Ankabut: 61)

Jika seseorang menafsirkan kalimat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) dengan kalimat (لا خالقَ إلا الله‏) maka Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tidak perlu berdakwah. Karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Mekkah, mereka meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah pencipta.

Dalam penafsiran (لا خالقَ إلا الله‏) jika ditafsirkan (لا خالقَ) adalah _”Tidak ada pencipta kecuali Allāh”_ maka orang-orang Quraisy, mereka meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah pencipta.

Ternyata Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tetap mengajarkan kalimat tauhīd yaitu berharap agar (orang-orang Quraisy) mereka tidak hanya menetapkan Tauhīd Rububiyyah, tidak menetapkan tauhid kecuali tauhīd Rububiyyah. Adapun menetapkan kalimat tauhīd maka mereka tidak sampai di situ. Dalam artian mereka tidak mau meyakini bahwasanya Tuhan itu hanya satu.

Maka rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tatkala beliau berdakwah ada salah satu pemuka Quraisy yang menyakiti Rasūlullāh bahkan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam hendak dibunuh dan Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam ketika itu dibela oleh Abū Bakar Ash-Shiddiq.

أتتقالو رجول يقال يا ربي يا للله

_Apakah engkau akan membunuh seseorang yang mengatakan Tuhanku adalah Allāh?_

Maka disini Abū Bakar Ash-Shiddiq memahami kalimat tauhīd dengan baik dan melaksanakan. Adapun orang-orang Quraisy maka mereka meyakini kebenaran tauhīd tetapi kebenaran tersebut mereka pisah, mereka hanya menerima kalimat penetapan tauhīd dalam hal rububiyyah saja adapun dalam perkara uluhiyyah maka orang-orang Quraisy mereka tidak menetapkan.

Maka dikatakan وهو التوحيد المشركين karena jika seseorang mengatakan لا خالقَ إلا الله‏ maka orang-orang musyrikin pun meyakini dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla memberikan kepada kita suatu pernyataan di dalam Al-Qur’ān bahwasanya orang-orang Quraisy menyakini Tauhīd Rububiyyah.

Agar lebih mudah kita pahami.

Tauhīd Rububiyyah adalah suatu keyakinan di mana seorang hamba meyakini bahwasanya;

• Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah pencipta.
• Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Dzat yang Maha Menghidupkan.
• Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Dzat yang Maha Mematikan.
• Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Dzat yang mengatur seluruh alam semesta.
• Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Dzat yang yang memberikan rezeki.
Ini Tauhīd Rububiyyah

Orang-orang Quraisy meyakini bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah Dzat yang menciptakan langit, dzat yang menciptakan bumi, dzat yang Maha Menghidupkan dan dzat yang Maha
Mematikan, dzat yang memberikan rezeki dan dzat yang mengatur seluruh alam.

Maka Tauhīd Rububiyyah adalah melekat pada orang-orang Quraisy dan Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tetap mendakwahi mereka, kenapa? karena Beliau shallallāhu ‘alayhi wa sallam berharap orang-orang Quraisy agar paham akan Tauhīd Uluhiyyah.

Dan disinilah kita bisa menyimpulkan bahwasanya orang-orang Quraisy itu sangat paham tauhīd, tetapi mereka hanya menetapkan Tauhīd Rububiyyah semata.

Adapun Tauhid Uluhiyyah mereka tidak mau,
kenapa?
Karena mereka menganggap bahwasanya di sana ada Hubal, Latta, Uzza dan Manat (sesembahan-sesembahan) yang selama ini mereka agungkan.

٣- أن معناها‏:‏ لا حاكميّةَ إلا لله، وهذا أيضًا جزء من معناها، وليس هو المقصود؛ لأنه لا يكفي، لأنه لو أفرد الله بالحاكمية فقط، ودعا غير الله، أو صرف له شيئًا من العبادة ، لم يكن موحدًا. وكل هذه تفاسير باطلة أو ناقصة؛ وإنما نبهنا عليها لأنها توجد في بعض الكتب المتداولة

_”Tidak ada hakim kecuali Allāh”_
√ Tidak ada yang memberikan hukuman kecuali Allāh.
√ Tidak ada yang menetapkan kecuali Allāh.

وهذا أيضًا جزء من معناها

_Dan inipun bagian dari makna kalimat tauhīd_

وليس هو المقصود

_Dan itu juga bukan yang dimaksud._

لأنه لا يكفي

_Karena sesungguhnya hal tersebut tidak cukup._

لأنه لو أفرد الله بالحاكمية فقط ودعا غير الله أو صرف له شيئًا من العبادة لم يكن موحدًا

Karena sesungguhnya ketika seseorang (أفرد الله بالحاكمية) memberikan penetapan bahwasanya Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah satu-satunya hakim.

ودعا غير الله

_Dan dia menyeru kepada selain Allāh_

أوصرف له شيئًا من العبادة لم يكن موحدًا

_Atau menetapkan sesuatu (walaupun hanya sedikit) dari ibadah maka belum ditetapkan orang ini muwahid (orang yang bertauhīd)._

Sudah pokoknya saya menetapkan, _”bahwasanya satu-satunya hakim itu adalah Allāh”,_ dan ini pun tidak benar.

وكل هذه تفاسير باطلة أو ناقصة

_Dan penafsiran ini semua adalah tidak benar dan kurang_

وإنما نبهنا عليها لأنها توجد في بعض الكتب المتداولة

_Dan kami ingatkan bahwasanya penafsiran-penafsiran seperti ini terdapat di dalam buku-buku yang beredar di sekitar kita._

Syaikh Shalih Al-Fauzan memberikan penjelasan bahwasanya arti Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) yang benar adalah لا معبودَ بحقٍّ إلا الله sebagaimana telah ditetapkan.

والتفسيرُ الصحيح لهذه الكلمة عند السلف والمحققين‏:‏
أن يُقالَ‏:‏ ‏(‏لا معبود بحق إلا الله‏)‏ كما سبق

Jadi penafsiran لا معبودَ إلا الله – _”Tidak ada sesembahan kecuali Allāh” maka ini tidak benar._

Penasiran لا خالقَ إلا الله‏ – _”Tidak ada pencipta kecuali Allāh”,_ juga kurang pas.

Penafsiran لا حاكميّةَ إلا لله – _”Tidak ada hakim (penentu atau yang memberikan hukum) kecuali Allāh”,_ juga kurang pas.

Jika kita menafsirkan لا حاكميّةَ إلا لله – _”Tidak ada memberikan hukum kecuali Allāh”,_ juga kurang tepat karena orang-orang musyrikin mereka pun menetapkan bahwasanya خالقَ (pencipta) dan حاكميّةَ adalah tauhīd rububiyyah.

والتفسيرُ الصحيح لهذه الكلمة عند السلف والمحققين‏:‏

_Penafsiran yang benar menurut As-Salaf, As-Salaf adalah pendahulu sebagaimana sabda Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam kepada Aisyah radhiyallāhu ‘anhā:_

انا لك السلف

_”Wahai Aisyah aku adalah untuk engkau pendahulumu”_

Syaikh Abdurrahman al-Auza’i pernah berkata:

عليك بآثار من سلف وإن رفضك الناس ، وإياك وآراء الرجال وإن زخرفوه لك بي القول

_”Hendaknya engkau memahami dan berpegang teguh dengan apa yang ada pada Salafush Shalih sekalipun banyak orang yang meninggalkan atau menolaknya. Dan hati-hatilah kamu dengan ucapan para pembaharu yang suatu saat nanti akan muncul orang-orang yang memiliki pemikiran yang tidak pas sekalipun mereka menghiasi dengan perkataan yang indah”_

Ketahuilah, bahwasannya kalimatut tauhid,
Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan bahwasanya kalimat tauhīd Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) أن أي يوقال

Hendaknya ditafsirkan ‏لا معبود بحق إلا الله‏ – _”Tidak ada dzat yang berhak disembah kecuali Allāh”._ Itu adalah penafsiran yang benar كما سبق sebagaimana penjelasan yang telah lalu.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top