Home > Bimbingan Islam > Aqiidatut Tauhiid > Halaqah 01: Makna Syahadat Laa Ilaha Illallah

Halaqah 01: Makna Syahadat Laa Ilaha Illallah

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Abdussalaam Busyro, Lc. حفظه لله تعالى
📗 Kitab عقيدة التوحيد (Aqiidatut Tauhiid ) Hal 45-53
📝 Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdillah Al Fauzan حفظه لله تعالى
〰〰〰〰〰〰〰

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه لاحول ولاقوة إلا بالله ، رضيت بالله ربا و بالإسلام دينا و بمحمد صلى الله عليه وسلم نبيا ورسولا رَبِّ زدْنيِ عِلْماً وَ ارْزُقْنيِ فَهْماً

قال الله تعالى في الكتاب الكريم : «وما خلقت الجن و الإنس إلا ليعبدون» وأحيكم تحية الإسلام تحية السنه و الجماعة
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Sahabat BiAS yang kami muliakan, syukur kita kehadirat Allāh atas nikmat dan karunia yang telah Allāh Subhānahu wa Ta’āla berikan. Kembali kita sama-sama berthalabul ‘ilmi, kita akan membahas Kitāb Aqidah At Tauhīd karya Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan.

الفصل الثاني

_Pasal yang kedua:_

في بيان معنى الشَّهادتين وما وقعَ فيهما من الخطأ،و أركانهما وشروطهما ومقتضاهما ونواقضهما

_Pembahasan terkait makna syahadat dan apa yang terkandung di dalamnya dari kesalahan-kesalahan yang terjadi, rukun apakah yang harus tertanam di dalam dua kalimat syahādat, syarat-syaratnya apa saja dan apa yang terkandung di dalamnya dan apa yang menjadi pembatal syahadatain._

أولًا‏:‏ معنى الشَّهادتين

_*PERTAMA: Makna Asy Syahādatain*_

معنى شهادة أن لا إله إلا الله‏:‏

_Makna syahādat أن لا إله إلا الله‏_

Tentunya kita mengenal bahwasanya Allāh menyebutkan:

عَـٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَـٰدَةِ

_Dia-lah, Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Dzat yang Maha Mengetahui hal-hal yang ghaib dan apa yang nampak._

Terkait dengan makna syahadat, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam tatkala Beliau mengutus shahabat yang bernama Mu’ādz bin Jabbal, maka Beliau memberikan nasehat:

يا معاذ إنك تأتي قوماً أهل الكتاب، فلتكن أول ما تدعوهم إليه شهادة أن لا إله إلا الله و أن محمدًا رسول الله

_”Wahai Mu’ādz, engkau akan mendatangi suatu kaum yang mereka adalah ahlul kitāb, hal pertama kali yang hendaknya engkau ajarkan, hendaknya engkau memberi pengajaran: لا إله إلا الله و أن محمدًا رسول الله.”_

Hendaknya engkau memberi pengajaran kepada mereka agar mereka meyakini bahwasanya di sana ada Dzat yang berhak untuk disembah yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan meyakini bahwasanya Muhammad adalah utusan Allāh.

Di dalam riwayat lain dikatakan:

إلى أن يوحدوا الله

_Agar engkau meng-Esakan Allāh._

Makna syahadatu: أن لا إله إلا الله‏ yaitu: الاعتقاد والإقرار.

Al ‘itiqād (الاعتقاد) adalah keyakinan.
Al iqrār (والإقرار) adalah pengakuan.

Semua orang memiliki: الاعتقاد , semua orang memiliki keyakinan. Begitu kita berbicara keyakinan maka semua orang mempunyai keyakinan.

Orang Yahudi mempunyai keyakinan, orang Nashrani mempunyai keyakinan, orang Khonghuchu mempunyai keyakinan, tetapi keyakinan mereka adalah keyakinan yang jauh dari kebenaran.

Yang dimaksud keyakinan di sini adalah:

الاعتقاد والإقرار

_Keyakinan yang mantab (jazim, yang tidak bisa tawar menawar.)_

أنه لا يستحقُّ العبادةَ إلا لله

_Bahwasanya tidak ada yang berhak untuk diibadahi kecuali Allāh._

والإلتزام ذلك

_Dan berpegang teguh dengannya._

والعمل به

_Dan mengamalkan dengannya._

Maka di sinilah seorang muslim begitu mengenal Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) maka dia harus memahami bahwasanya Dia-lah Allāh Subhānahu wa Ta’āla, satu-satunya Dzat yang berhak dan memegang apa-apa yang menjadi hak tersebut dan beramal denganya yaitu kita persembahkan hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Maka kalimat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) ada dua potongan yang pertama adalah: لَا إلَهَ .

Dikatakan:

نفي الاستحقاق من سوى الله للعبادة كائنًا من كان

Kita mengenal ada istilah: نفي (an nafī), nafī itu adalah peniadaan.

Dan: إثبات (itsbāt) adalah penetapan.

Dan di dalam kalimat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) ada dua potong yang pertama adalah: لا إله .

Dikatakan:

النفي أبلغ من الإثبات

_Peniadan itu jauh lebih gamblang dibanding penetapan._

Maka dikatakan di dalam Al Qur’ān:

فَمَن يَكْفُرْ بِٱلطَّـٰغُوت …

_”Barangsiapa yang kufur terhadap thaghut…”_

(QS Al Baqarah: 256)

Thaghut adalah:

كل ما عبد من دون الله

_Semua hal yang disembah selain Allāh._

Maka dikatakan: لا إله memiliki arti:

نفي الاستحقاق من سوى الله

_Meniadakan semua berhak selain Allāh._

Meniadakan semua selain Allāh untuk diibadahi, apapun bentuknya, siapapun orangnya.

Maka disinilah seorang mukmin hendaknya memahami kata-kata Lā ilāha (لَا إلَهَ ).

Terkadang kita melihat suatu tulisan, “Tidak boleh masuk ruangan ini,” siapapun tidak boleh untuk masuk ke ruangan tersebut. Kemudian ada penetapan (pengecualian) apa itu? “Selain karyawan.” Maka, “Selain karyawan,” dinamakan itsbāt.

Kenapa?

Yang berhak untuk masuk hanya karyawan.

Di dalam kalimat Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) ada kata Lā ilāha, semua bentuk peribadatan dinafīkan. Kemudian, illallāh, kecuali Allāh.

Yaitu: إثباتٌ لاستحقاق الله وحده للعبادة ini adalah itsbāt (penetapan). illallāh yaitu: ويؤمن بالله , beriman kepada Allāh.

Maka disini dikatakan Allāh memberikan pernyataan:

فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ

_”Barangsiapa yang khufur terhadap thaghut dan beriman kepada Allāh.”_

(QS. Al Baqarah: 256)

Maka semua bentuk thaghut harus kita tinggalkan.

Dan rerikutnya penetapannya: وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ , dan beriman kepada Allāh.

Maka dikatakan:

إثباتٌ لاستحقاق لله وحده للعبادة

_Suatu penetapan bahwasanya peribadatan itu hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata._

ومعنى هذه الكلمة إجمالًا‏

_Dan arti kata-kata dari barusan apa yang kita bahas adalah: إجمالًا‏, secara global._

Yaitu:

لا معبودَ بحقٍّ إلا الله‏.

Karena ada sebagian orang memahami dengan penafsiran atau pemahaman kurang tepat dan yang benar adalah: لا معبودَ بحقٍّ.

Yang kurang tepat yaitu: لا موجود. Maujud adalah “ada”.

Maka harus kita luruskan kata-kata Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) memiliki arti لا معبودَ بحقٍّ إلا الله‏ tidak ada dzat yang berhak untuk disembah.

Dikatakan :

وخبر “لا” يجب تقديره‏:‏ ‏”‏بحقٍّ‏”

_Khabar “laa” maka di sini wajib ada takdir yang tersembunyi yaitu: بحقٍّ‏ (berhak)._

ولا يجوزُ تقديره بموجود

_Tidak boleh takdirnya sesuatu hal yang tersembunyi artinya: موجود._

لأنّ هذا خلافُ الواقع

_Karena sesungguhnya hal seperti ini (jika ditafsirkan dengan موجود ) menyelisihi apa yang terjadi._

فالمعبوداتُ غيرُ الله موجودة بكثرة

_Sesuatu yang disembah selain Allāh tentunya jumlahnya banyak._

Tidak dinkatakan: فالمعبود، kalau معبود maksudnya satu tapi kalai: معبوداتُ maksudnya jamak (banyak).

غيرُ الله موجودة بكثرة

_Selain Allāh banyak bentuknya (banyak macamnya)._

Ada yang menyembah berhala, ada yang menyembah pohon, ada yang meyakini bahwasanya sungai yang di sana (orang jawa bilang) ada danyang atau ada yang bahurekso, ada yang singgah, ada yang memiliki, ada yang menjaga, Subhānallāh,

Berapa banyak kaum muslimin mengatakan kalimat tauhīd Lā ilāha illallāh (لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ) tapi karena keimanan yang dia miliki terbatas, bahkan mungkin kurang ilmu, akhirnya jauh dari aqidah yang haq.

Bahkan kadang karena malu bertanya kepada seorang guru, lebih menyedihkan lagi jika seorang guru tahu kemudian tidak memberikan ilmu.

Seorang ustad atau seorang kyai tidak memberikan pengajaran sehingga masyarakat jauh dari aqidah yang haq.

Kita kadang merasa sedih seorang muslim, dia berangkat haji, dia berpuasa Ramadhan, dia shalat lima waktu, tetapi masih meyakini kepada sesuatu hal yang berbau syirikiyyah, berbagai bentuk kemusyrikan.

Maka dikatakan:

فيلزم منه أن عبادة هذه الأشياء عبادة لله

_Bahwasannya peribadatan ini (kesyirikan) pada dasarnya ditujukan untuk Allāh._

وهذا من أبطل الباطل

_Dan ini adalah suatu bentuk kebathilan yang bathil._

Seseorang menyembah kuburan karena Allāh, ini yang dimaksud. “Saya menyembah pohon ini karena Allāh.”

Ini tidak benar, walaupun terkadang di sana ada doa-doa juga.

Suatu saat kami pernah berjumpa dengan seorang jama’ah, dia mengatakan:

“Pak ustadz, kami dapat warisan dari orang tua berupa keris, beliau mewasiatkan agar keris ini dijaga dan sebulan sekali harus dimandikan dengan kembang, jika tidak dimandikan dengan kembang keris tersebut akan ‘modhot’ (tidak masuk ke dalam sarungnya dengan sempurna).”

Kemudian kami bertanya, “Setelah mendapatkan wasiat tersebut bagaimana?”

Beliau menjawab, “Di awal-awal kami masih sering melakukannya, sesudah kami belajar tauhīd Alhamdulillāh keris tersebut tidak kami mandikan tetapi kami buang ke sungai.”

Kemudian kami bertanya, “Apakah dengan membuang keris itu jadi jauh dari keluarga pak, adakah keluarga yang marah?”

Beliau menjawab, “Keluarga banyak yang marah karena itu adalah warisan, tapi untuk apa saya belajar tauhīd kalau masih percaya dengan modhot atau tidak. Dan saya sampaikan bahwa warisan yang benar adalah warisan yang sesuai dengan syar’iat.”

Jika keris tersebut diyakini ada kekuatan maka kami sampaikan bahwa keris tersebut tidak memiliki kekuatan, karena kekuatan hanya milik Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Subhānallāh, tauhīd menghujam di dalam dada orang tersebut.

Jadi seseorang yang meyakini bahwasanya ia beribadah kepada berhala karena Allāh maka ini adalah pemahaman madzab: أهل وحدة الوجود , yaitu seseorang yang melakukan sesuatu amalan dan meyakini bahwa Tuhan sudah menyatu dengan dirinya, itulah yang disebut pemikiran: وحدة الوجود, seseorang yang meyakini bahwasanya Allāh sudah menyatu pada dirinya.

الذين هم أكفر أهل الأرض‏

_Dan mereka adalah orang-orang yang paling kufu di penduduk bumi._

Seorang muslim hendaklah memiliki aqidah yang benar. Dia beribadah hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla semata. Tidak boleh seseorang menjadikan bahwasannya Allāh telah menyatu pada dirinya, menyatu pada berhala, menyatu pada kuburan, menyatu pada ini dan itu.

Ini adalah pemikiran yang jauh dari kebenaran.

Maka seorang mukmin hendaknya menjaga aqidahnya. Kita melihat bahwasanya hati ini berada dalam gengaman Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا

_Biasa jadi seorang muslim di pagi hari dia beriman dan di sore hari dia kufur, bisa jadi seseorang di sore hari dia beriman dan pagi harinya dia kufur._

(HR Muslim)

Hendaknya kita senantiasa berdoa:

يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ

_”Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.”_

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم

In syā Allāh, kita lanjutkan pada pertemuan yang akan datang.

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top