🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
📝 AlHāfizh Ibnu Hajar ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
~~~~~~~
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رضي الله الهم قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم ” اَلظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.” مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ.
Dari Ibnu ‘Umar Radiyallahu anhuma ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Kedzaliman ialah kegelapan-kegelapan pada hari kiamat.” (Muttafaqun ‘alaih).
〰〰〰〰〰〰〰
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Ikhwan dam akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
Kita masih dalam bab Tarhib min Masawil Akhlak (Bab Peringatan Terhadap Akhlak-Akhlak Buruk), kita masuk pada hadits yang ketiga.
Dari Ibnu Umar radhiyallāhu anhuma, beliau berkata: Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
اَلظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
‘Kezhaliman merupakan kegelapan yang bertumpuk-tumpuk (banyak) pada hari kiamat kelak.”
(Muttafaqun ‘alaihi)
Hadits ini menjelaskan akan bahayanya berbuat zhalim.
Ada yang menafsirkan secara zhahir yaitu pada hari kiamat kelak akan diberi cahaya oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla sebagaimana Allāh isyaratkan dalam Al Qurān surat Al Hadid:
يَوْمَ تَرَى الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ يَسْعَى نُورُهُمْ بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ بُشْرَاكُمُ الْيَوْمَ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ
“Pada hari engkau melihat kaum mukminin dan mukminat yang cahaya mereka bersinar dihadapan mereka dan di sebelah kanan mereka. (Dikatakan kepada mereka), ‘inilah kabar gembira kepada kalian, bagi kalian surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai’.”
(QS Al Hadid: 12)
Jadi pada hari kiamat kelak kaum mukminin diberi cahaya oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla sehingga memudahkan langkah kaki mereka menuju surga.
Dalam surat At Tahrim Allāh juga berfirman:
نُورُهُمْ يَسْعَى بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَانِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَتْمِمْ لَنَا نُورَنَا وَاغْفِرْ لَنَا إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
“Cahaya mereka bersinar di hadapan mereka dan juga di sebelah kanan mereka, mereka berkata, ‘Ya Rab kami, sempurnakanlah cahaya kami’. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
(QS At Tahrim: 8)
Semakin sempurna cahaya maka maka semakin mudah mereka berjalan meuju surga.
Adapun orang-orang yang berbuat zhalim, pada hari kiamat kelak Allāh akan memberikan kepada mereka kegelapan yang bertumpuk tumpuk (zhulumat).
Allāh tidak mengatakan zhulman (satu kegelapan) tapi menggunakan kalimat jamak, kegelapan yang bertumpuk-tumpuk (zhulumat).
Sehingga orang yang berbuat zhalim sulit untuk berjalan karena berada dalam kegelapan, sehingga mereka sangat mudah untuk terjerumus ke dalam lubang neraka Jahannam tanpa mereka sadari.
Tafsiran lain mengatakan bahwasannya yang dimaksud dengan zhulumat pada hari kiamat adalah kesulitan yang sangat yang mereka hadapi pada hari kiamat kelak karena mereka telah berbuat zhalim.
Ini sama dengan firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
مَنْ يُنَجِّيكُمْ مِنْ ظُلُمَاتِ الْبَرِّ وَالْبَحْرِ
“Siapakah yang bisa menyelamatkan kalian dari kegelapan daratan dan lautan.”
(QS Al An’am: 63)
Maksudnya adalah kesulitan yang dihadapi tatkala di lautan seperti ombak yang besar.
Dan kesulitan di daratan lebih banyak lagi baik dimalam hari maupun disiang hari.
Namun Allāh menta’bir (mengungkapkan) kesulitan tersebut dengan zhulumat.
Ada sebagian ulama yang menafsirkan zhulumat pada hari kiamat dengan kesulitan-kesulitan yang amat berat yang akan dihadapi oleh orang yang berbuat zhalim pada hari kiamat kelak.
Kalau seandainya kesulitan tersebut di dunia mungkin bisa dihadapi tetapi kalau dihari kiamat maka kesulitan tersebut tidak ada bandingannya dengan kesulitan di dunia.
Kesulitan di dunia, betapapun besarnya maka sangat ringan jika dibandingkan dengan kesulitan-kesulitan dihari kiamat kelak.
Oleh karenanya, hadits ini adalah ancaman yang keras bagi orang yang berbuat zhalim.
Ikhwan dam akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
Para ulama menyebutkan bahwasannya kezhaliman itu ada 3 bentuk dan hadits ini berkaitan dengan seluruh jenis kezhaliman tersebut.
① ZHALIM TERHADAP RABBNYA
Bukan berbuat zhalim kepada Allāh karena seseorang tidak bisa berbuat zhalim kepada Allāh, tetapi berbuat zhalim yang berkaitan dengan hak Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Yaitu dengan kafir dan berbuat kesyirikan kepada kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Allāh berfirman:
وَالْكَافِرُوْنَ هُمُ الظَّالِمُوْنَ
“Dan orang-orang kafir, merekalah orang-orang yang zhalim.”
(QS Al Baqarah: 254)
Demikan juga dengan berbuat syirik, kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang besar.”
(QS Luqman: 13)
الظلم وضع الشيء في غير محله
Zhalim secara bahasa adalah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya.
Sehingga kalau seseorang memberikan ibadahnya bukan kepada penciptanya maka dia telah melakukan kezhaliman yang paling besar.
Seharusnya yang paling berhak disembah adalah Allāh, tetapi seseorang melakukan ibadah tersebut kepada selain Allāh.
② ZHALIM KEPADA DIRINYA SENDIRI
Seperti: mengikuti syahwat, mengikuti hawa nafsu sehingga meninggalkan kewajiban, kemudian melakukan berbagai model dosa yang berkaitan dengan dirinya.
③ ZHALIM KEPADA ORANG LAIN
Ini sangat berbahaya. Misalnya memakan harta orang lain dengan batil, menjatuhkan harga diri mereka, kemudian merendahkan (menghinakan) orang-orang yang lemah.
Ikhwan dam akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,
Ketiga bentuk kezhaliman di atas diisyaratkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari ‘Aisyah radhiyallāhu ‘anha.
Hadits ini diperselisihkan oleh para ulama dan Al Hakim menshahihkannya namun dibantah oleh Adz Dzahabi.
Dan yang benar bahwa hadits ini adalah hadits yang dha’if dan didha’ifkan oleh Al Albani rahimahullāh dan pentahqiq buku Musnad Imam Ahmad juga mendhaifkan.
Akan tetapi Syaikh Al Abani memandang maknanya benar karena dari sisi makna dikuatkan dengan hadits yang lain.
Bahwasanya Aisyah radhiyallāhu ‘anha berkata, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
الدَّوَاوِينُ عِنْدَ اللَّهِ ثَلاثَةٌ : دِيوَانٌ لا يَعْبَأُ اللَّهُ بِهِ شَيْئًا, وَدِيوَانٌ لا يَتْرُكُ اللَّهُ مِنْهُ شَيْئًا, وَدِيوَانٌ لا يَغْفِرُهُ اللَّهُ , فَأَمَّا الدِّيوَانُ الَّذِي لا يَغْفِرُهُ اللَّهُ فَالشِّرْكُ ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى : مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ )سورة المائدة آية (72 . وَأَمَّا الدِّيوَانُ الَّذِي لا يَعْبَأُ اللَّهُ بِهِ شَيْئًا فَظُلْمُ الْعَبْدِ نَفْسَهُ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ رَبِّهِ مِنْ صَوْمِ يَوْمٍ تَرَكَهُ أَوْ صَلاةٍ تَرَكَهَا, فَإِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ ذَلِكَ وَيَتَجَاوَزُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ , وَأَمَّا الدِّيوَانُ الَّذِي لا يَتْرُكُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْهُ شَيْئًا فَظُلْمُ الْعِبَادِ بَعْضُهُمْ بَعْضًا ، الْقِصَاصُ لا مَحَالَةَ ” .
“Catatan di sisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla ada 3 (catatan dosa).
⑴ Catatan yang Allāh tidak peduli sama sekali,
⑵ Catatan yang tidak ditinggal Allāh sama sekali dan
⑶ Cacatan dosa yang Allāh tidak akan ampuni.
Catatan yang tidak Allāh ampuni adalah berbuat syirik terhadap Allāh Subhānahu wa Ta’āla, Allāh berfirman:
“Barang siapa yang berbuat syirik kepada Allāh maka Allāh haramkan surga baginya.”
(QS Al Maidah: 72)
Adapaun catatan dosa yang Allāh tidak mempedulikannya sama sekali yaitu seorang hamba yang mezhalimi dirinya, antara dia dengan Rabbnya (seperti: minggalkan puasa, meninggalkan shalat).
Dosa seperti ini Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengampuninya jika Allāh berkehendak.
Adapun catatan dosa yang Allāh tidak meninggalkan sama sekali yaitu kezhaliman seorang hambah yang dilakukan kepada orang lainnya, tidak jalan keluar kecuali dengan qisas.”
Hadits ini sebagaimana yang saya jelaskan tadi, ada khilaf dikalangan para ulama tentang keshahihannya tetapi maknanya dikuatkan dengan hadits-hadits lain dan secara umum, secara syariat menunjukkan akan keshahihan maknanya.
والله أعلمُ بالصواب
__________