Home > Bimbingan Islam > Kitābul Jāmi' > Hadits 10 | Keutamaan Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Hadits 10 | Keutamaan Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
📝 AlHāfizh Ibnu Hajar ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
~~~~~~~

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله

Kita masih dalam Bab Zuhud wal Wara’ dan kita masuk pada hadits yang ke-10 tentang “Keutamaan Bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla”.

وَعَنْ أَنَسٍ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “كُلُّ بَنِيْ آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.” أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَابْنُ مَاجَهْ، وَسَنَدُهُ قَوِّيٌ.

Dari Anas radhiallahu ‘anhu, beliau berkata: “Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam bersabda:

‘Seluruh anak Adam senantiasa berbuat kesalahan dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla’.”
(HR At Tirmidzi dan Ibnu Majah dan sanad qawiy)

Ikhwan dan akhwat yang dirahmati oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

Hadits ini menjelaskan bahwasanya diantara sifat yang senantiasa menempel pada anak Adam (manusia) adalah bersalah.

Oleh karenanya, Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menggunakan sighah mubālaghah خَطَّاءٌ (senantiasa bersalah).

Dan Allāh telah menyebutkan dalam Hadits Qudsi:

يا عبادي ! إنكم تخطئون بالليل والنهار، وأنا أغفر الذنوب جميعاً فاستغفروني أغفر لكم

“Wahai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat salah di siang hari dan di malam hari.”
(HR Muslim no.2577, dari shahābat Abū Dzar radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu)

Bagaimanapun dia berusaha untuk berbuat lurus, dia pasti pernah tersesat, terjerumus dalam kesalahan.

Oleh karenanya Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا

“Istiqamahlah kalian, namun kalian tidak akan mampu.”
(HR Ibnu Mājah)

Seseorang senantiasa berusaha beristiqamah dan berusaha untuk tidak salah, (akan tetapi) meskipun berusaha semaksimal mungkin, pasti suatu saat dia pernah terjerumus dalam kesalahan, karena itu sifat manusia.

Selama dia adalah anak Adam dia pasti melakukan kesalahan karena sifat ini memang “jibilli”.

Kata sebagian ulama, “jibilli” yaitu sifat yang sudah terpasangkan dalam penciptaannya.

Allāh menciptakan anak Adam dengan sifat memiliki potensial untuk bersalah.

Kenapa?
Karena ada ibadah yang Allāh sukai dari anak Adam yaitu bertaubat kepada Allāh.

Allāh mengatakan:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ

“Allāh mencintai orang-orang yang bertaubat.”
(QS Al Baqarah: 222)

Allāh tidak menyukai kesalahan, tetapi kesalahan itu di buat oleh Allāh sebagai sifat yang menempel pada manusia karena ada tujuan (yang) lebih utama yaitu agar dia bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Yang menjadi masalah (adalah) kalau dia bersalah dan tidak bertaubat, ini masalah besar.

Tapi kalau dia bersalah kemudian bertaubat, taubat ini dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karenanya, dalam hadits ini Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

“Seluruh anak Adam bersalah dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.”

Dalam hadits, Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:

لَوْ لَمْ تُذْنِبُوا لَذَهَبَ اللَّهُ بِكُمْ وَلَجَاءَ بِقَوْمٍ يُذْنِبُونَ فَيَسْتَغْفِرُونَ اللَّهَ فَيَغْفِرُ لَهُمْ

“Kalau kalian tidak berdosa maka Allāh akan membuat kalian pergi (hilang, binasa), Allāh akan mendatangkan manusia yang lain yang mereka berdosa kemudian mereka bertaubat (beristighfar) kepada Allāh, maka Allāh pun mengampuni mereka.”
(HR Muslim, dari shahābat Abu Hurairah radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu)

Karenanya, ikhwan dan akhwat yang dirahmati Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

Taubat adalah kewajiban bagi setiap mukmin dan Allāh mengatakan:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا المُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Bertaubatlah kalian seluruhnya, wahai orang-orang yang beriman, semoga kalian beruntung.”
(QS An Nūr: 31)

Wajib bagi siapa saja, jangankan terhadap orang awam, ustadz juga wajib bertaubat, ulama juga wajib bertaubat.

Bertaubat, karena kita tidak terluput dari dosa.

Dan masing-masing mempunyai dosa sendiri-sendiri (sehingga) setiap orang harus bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Rasūlullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam saja sering bertaubat.
Beliau beristighfar sekali duduk/majlis saja bisa sampai seratus kali.

Oleh karenanya, seseorang (hendaknya) senantiasa bertaubat kepada Allāh karena dia tidak tahu kapan akan nyawanya oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Jangan sampai dia diambil nyawanya oleh Allāh sementara dia belum bertaubat.

Kalau sudah bertaubat kepada Allāh (maka) selesai urusan.

التائب من الذنب كمن لا ذنب له

“Seorang yang telah bertaubat akan seperti orang yang tidak berdosa.”

Oleh karenanya, perbanyaklah beristighfar.

Dalam hadits disebutkan:

طُوبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِه ِاسْتِغْفَاراً كَثِيراً

“Sungguh beruntung orang yang mendapati dalam catatan amalnya istighfar yang banyak.”
(HR Al Baihaqi, Imām Ahmad dalam Az Zuhd dan dishahihkan Syaikh Al Albāni. Lihat Shahīh Al Jāmi’ hadits no. 3930)

Karena dia banyak beristighfar maka dosa-dosanya diampuni.

Dia terjerumus dalam dosa (lalu) beristighfar, (kemudian) terjerumus dalam dosa lagi (dan) bertaubat lagi, sampai akhirnya Allāh mencabut nyawanya dalam kondisi dia telah bertaubat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla senantiasa mengilhamkan kepada kita untuk senantiasa membasahi lisan kita (untuk) beristighfar kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Semoga Allāh mengampuni dosa-dosa kita.

وبالله التوفيق
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
______________________________

image_pdfimage_print

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top