🌍 BimbinganIslam.com
🎙 Ustadz Firanda Andirja, MA حفظه لله تعالى
📗 Kitābul Jāmi’ | Bulughul Maram
📝 AlHāfizh Ibnu Hajar ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ
~~~~~~~
وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ، دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْـتُـهُ أَحَبَّنِيَ اللَّهُ، وَأَحَبَّنِيَ النَّاسُ. فَقَالَ: “اِزْهَدْ فِيْ الدُّنْـيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ.” رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَهُ وَسَنَدُهُ حَسَنٌ.
Dari Sahl bin Sa’ad Radiyallahu ‘anhu ia berkata: Seorang sahabat menemui Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan berkata:
“Wahai Rasūlullāh, tunjukkan kepadaku suatu perbuatan yang jika aku lakukan, aku akan dicintai oleh Allāh dan manusia.”
Beliau bersabda: “Zuhudlah dari dunia, niscaya Allāh akan mencintaimu dan zuhudlah dari apa yang ada pada manusia, niscaya mereka akan mencintaimu.”
(HR. Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad yang hasan)
~~~~~~~
بِسْـــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــــــــــم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله
Kita masuk pada hadits yang ke-6 dari Bab Zuhud wal Wara’.
وَعَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ رضي الله عنه قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللَّهِ، دُلَّنِيْ عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْـتُـهُ أَحَبَّنِيَ اللَّهُ، وَأَحَبَّنِيَ النَّاسُ. فَقَالَ: “اِزْهَدْ فِيْ الدُّنْـيَا يُحِبَّكَ اللَّهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا عِنْدَ النَّاسِ يُحِبَّكَ النَّاسُ.” رَوَاهُ اِبْنُ مَاجَهُ وَسَنَدُهُ حَسَنٌ.
Dari Sahl bin Sa’ad Radhiyallāhu ‘anhu ia berkata: Seorang shahābat menemui Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam dan berkata:
“Wahai Rasūlullāh, tunjukkan kepadaku suatu perbuatan yang jika aku lakukan, aku akan dicintai oleh Allāh dan manusia.”
Beliau bersabda:
“Zuhudlah dari dunia, niscaya Allāh akan mencintaimu dan zuhudlah dari apa yang ada pada manusia, niscaya mereka akan mencintaimu.”
(HR Ibnu Mājah dan lainnya dengan sanad yang hasan)
⇒ Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan zuhud.
Zuhud ada 2 macam:
⑴ Zuhud terhadap dunia.
Ini mendatangkan kecintaan Allāh terhadap seseorang.
⑵ Zuhud terhadap apa yang dimiliki oleh orang lain.
Artinya, kita tidak berharap/minta/dikasih dari orang lain.
■ ZUHUD TERHADAP DUNIA
Orang yang zuhud kepada dunia, dia akan dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla karena Allāh mencela orang-orang yang mendahulukan kehidupan dunia dari pada kehidupan akhirat.
Dalam Al Qurān Allāh berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (١٦) وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (١٧)
“Akan tetapi kalian mendahulukan kehidupan dunia padahal akhirat lebih baik dan lebih kekal.”
(QS Al A’lā: 16-17)
Dalam ayat yang lain, kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla:
تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۗ
“Kalian menghendaki perbendaharaan dunia padahal Allāh menghendaki akhirat.”
(QS Al Anfāl: 67)
Dalam ayat yang lain:
قُلْ مَتَاعُ الدُّنْيَا قَلِيلٌ وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ لِّمَنِ اتَّقَىٰ
“Katakanlah, bahwasannya perhiasan dunia itu sedikit dan akhirat lebih baik bagi yang bertaqwa.”
(QS An Nisā: 77)
Perhiasan/harta dunia yang luar biasa di hadapan kita dan begitu mewahnya dunia ini, ternyata di sisi Allāh sangatlah sedikit jika dibandingkan dengan akhirat.
Kita bisa renungkan hadits Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam:
رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Dua raka’at yang dikerjakan sebelum shalat shubuh (qābliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.”
(HR Muslim no. 725)
⇒ Maksudnya, ganjaran yang Allāh siapkan di akhirat kelak bagi yang senantiasa shalat 2 raka’at sebelum shalat Shubuh adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya.
Seluruh kenikmatan dunia dan seisinya ini akan kalah dengan ganjaran yang Allāh sediakan bagi orang yang shalat 2 raka’at sebelum Shubuh.
Dalam hadits yang lain Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam mengatakan:
لَوْ كَانَت الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ الله جَنَاحَ بَعُوضَةٍ ، مَا سَقَى كَافِراً مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ
“Seandainya dunia itu nilainya seperti sayap seekor nyamuk, maka Allāh tidak akan memberikan minuman kepada seorang kafir.”
(HR Tirmidzi, dan dia berkata: ‘hadits hasan shahih’)
Karena dunia tidak ada nilainya maka Allāh berikan kepada orang kafir.
Kalau dunia itu bernilai, maka Allāh tidak akan memberikan sama sekali kepada orang kafir, Allāh akan khususkan kepada orang beriman saja.
Allāh berikan dunia kepada orang kafir sebagaimana juga Allāh berikan dunia kepada orang mu’min.
Namun saya ingatkan:
◆ Jangan disalahpahami bahwasanya tidak boleh mencari dunia sama sekali.
⇒ Hal ini juga sering disampaikan oleh para asatidzah.
◆ Dunia itu tercela bukan karena zatnya.
⇒ Sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Rajab Al Hanbali dalam kitabnya Jāmi’ul ‘Ulūm wal Hikam. Beliau menyebutkan bahwasannya:
◆ Dunia itu tercela bukan karena zatnya tetapi karena kebanyakan manusia mendahulukan dunia daripada akhirat.
⇒ Dunia tercela tatkala manusia menjadikan dunia sebagai tujuannya.
Adapun dunia pada zatnya sendiri tidak tercela karena dunia ini bisa bermata dua; bisa bermanfaat untuk akhirat seseorang dan bisa juga mencelakakan akhirat seseorang.
Bukankah dalam banyak ayat dan hadits Rasulullāh shallallāhu ‘alayhi wa sallam menganjurkan untuk bersedekah, memberi manfaat, memberi hadiah, menyenangkan orang lain?
⇒ Kita beri hadiah dan pekerjaan kepada orang lain, kita membantu orang lain.
Ini semua berkaitan dengan dunia. Semua butuh dengan dunia, jadi beramal shalih butuh dengan dunia.
Oleh karenanya, dunia itu menjadi terpuji tatkala dijadikan sarana untuk mencapai akhirat dan bukan menjadi tujuan utama.
Oleh karenanya diantara do’a Nabi shallallāhu ‘alayhi wa sallam adalah:
وَلا تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا
“Ya Allāh, jangan Engkau jadikan dunia ini sebagai puncak dari kehidupan kami.”
(HR Tirmidzi no. 3502)
Seseorang yang menjadikan dunia sebagai puncaknya, maka dia akan lelah. Bahkan orang kaya pun akan lelah.
Anda kira orang kaya tatkala mencapai harta yang begitu banyak, dia tidak lelah?
Dia lelah, meskipun dia “Bos” yang punya kekayaan yang luar biasa.
Dia akan lelah berfikir; kalau ada kerugian dan musibah maka dia akan pusing/stress, karena dia menjadikan dunia sebagai tujuannya.
Tetapi kalau orang kaya yang menjadikan dunia sebagai sarana untuk mencapai akhirat, dia akan bekerja dengan senang (bahagia) karena saat bekerja dia tahu bahwa hartanya akan digunakan untuk berinfaq di jalan Allāh.
✓Tatkala membantu fakir miskin, dia gembira.
✓Tatkala membangun pondok atau masjid, dia bahagia.
✓Tatkala pondoknya ditempati oleh orang (untuk belajar), dia bahagia.
✓Bisa berbakti kepada orang tua, dia bahagia.
Oleh karenanya, jika seseorang menjadikan dunia sebagai tujuannya (maka) dia akan tersiksa dan sengsara.
Dan barang siapa yang menjadikan dunia bukan sebagai tujuannya (maka) dia akan zuhud terhadap dunia.
⇒ Meskipun dia memiliki dunia yang banyak tetapi dunia tidak masuk ke hatinya dan hanya di tangannya karena dia tahu dunia itu hanyalah alat untuk mencapai akhirat, bukan tujuan.
Semoga Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan kita orang-orang yang zuhud sehingga kita dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته